Eps 8

Dan lagi pula, hampir seluruh wanita yang pernah ia tiduri rata-rata adalah wanita liar yang memang sudah sering melakukan hubungan intim dengan pria lain hingga membuat Vir sama sekali tak memandang mereka selain sekali itu saja hanya demi menuntaskan nafsunya.

"Vir, kebetulan sekali, jika kamu mau mengantarku pulang, hari ini rumahku kosong, kita bisa mengulanginya lagi." Bisik Helena tepat di telinga Vir.

Namun mendengar hal itu membuat Vir hanya tersenyum manis.

"Tidak bisa. Lagi pula jika aku membawa wanita lain, maka pretty akan cemburu."

"Pretty?"

"Ya, motor ini ku beri nama pretty, jika dia sudah cemburu, biasanya dia suka menjatuhkan aku dan wanita yang ku bonceng dengan sendirinya." Jelas Vir yang sangat jelas jika ia mengarang.

Namun memang, bagi Vir motor pemberian Fusa itu sangat berharga, bahkan ia sudah bertekad, ia sama sekali tak ingin membonceng siapa pun terutama wanita di atas motornya.

"Tapi Vir aku..."

"Aku buru-buru. Bye." Jawab Vir yang seolah tak mau lagi meladeni Helena.

Vir melajukan motornya dengan kecepatan maksimal, suara dari motor besarnya pun terdengar begitu gaharnya di jalanan. Hingga tibalah ia di persimpangan jalan, kemudian ia ingin melambatkan laju motornya karena ada truk besar melintas di hadapannya. Namun na'as, mata Vir seketika membulat sempurna, di tambah lagi rasa panik yang mulai menjalar di tubuhnya karena ternyata rem motornya tiba-tiba saja menjadi blong.

Vir semakin panik saat motor yang di kendarainya kini semakin dekat dengan truk panjang yang melintas tepat di hadapannya. Namun matanya yang tajam tak sengaja menyorot ke arah kolong truk yang cukup tinggi. Hingga akhirnya tanpa sempat berfikir panjang lagi, vir pun langsung memiringkan motornya agar bisa langsung masuk begitu saja melalui kolong truk dan melewati truk itu dengan selamat.

Hingga akhirnya Vir pun sengaja menabrakkan motornya ke pembatas jalan agar bisa berhenti. Dengan nafas terengah-engah ia pun segera turun dari motornya sembari memandangi truk besar yang mulai menjauh.

"Huh.. huh.. huh.. hampir saja." Celetuknya seorang diri.

Vir segera membawa motornya ke bengkel tempat dimana ia bekerja, disana sudah ada ken yang juga baru tiba.

"Ada apa dengan motor barumu Vir? Apa kau mulai mendapat karma karena tidak pagi merampas makananku tanpa memberiku tumpangan ha?" Goda Ken sembari tertawa puas.

Vir pun hanya mendengus dan tersenyum lirih.

"Bukan sekedar karma, aku bahkan hampir mati tadi." Jawab Vir santai sembari mencagakkan motornya.

"Hah?! Memangnya ada apa?!" Ken pun menghampiri Vir dengan tatapan serius.

"Entahlah, remku tiba-tiba saja blong, untung saja aku masih bisa mengelak dari truk besar yang melintas di hadapanku." Jelas Vir sembari mulai duduk di sebuah kursi.

"Blong?!"

"Emm" Vir pun mengangguk lesu.

"Aneh sekali."

"Sudah lah, ayo cepat bantu aku memperbaiki motor ini." Vir akhirnya kembali bangkit duduknya.

Setengah jam berlalu, Ken yang membantu Vir membongkar motornya tiba-tiba saja merasa aneh pada kabel rem yang putus.

"Vir, kemari dan lihat lah."

Vir mendekati Ken dan memandangi potongan kabel yang di pegang olehnya.

"Lihat lah Vir, nampaknya ini bukan putus dengan sendirinya, melainkan seperti sengaja di potong, melihat dari ujungnya yang begitu rapi." Jelas Ken.

Vir pun mengamati kedua ujung kabel rem motornya yang memang begitu terlihat sangat rapi.

"Benar juga." Ucapnya pelan.

"Tapi siapa yang sengaja melakukan ini pada motormu?" Tanya Ken bingung.

Namun saat itu Vir lebih memilih bungkam meski ia sepertinya tau siapa yang mencoba mencelakainya.

"Sepertinya aku tau siapa orangnya." Gumam Vir dalam hati.

Ke esokan harinya...

Sama seperti hari sebelumnya, hari ini Vir pun nampak gagah dan terlihat sangat macho saat mengendarai motor besarnya. Ia terus melaju melewati para mahasiswa yang berjalan santai memasuki kawasan kampus mereka.

Vir berjalan dengan cepat memasuki gedung kampusnya, ia terus melirik kesana kemari untuk mencari seseorang yang di duganya telah sengaja memotong kabel rem pada motornya.

Akhirnya pucuk di cinta ulam pun tiba, kini Vir akhirnya menemukan sosok yang sejak tadi di carinya, yaitu pak Han. Pak Han yang tak sengaja melihat Vir di hadapannya, nampak kaget saat mendapati Vir yang seolah baik-baik saja tanpa luka sedikit pun.

"Hai pak Han, nampaknya hari ini wajahmu terlihat cerah." Sapa Vir sembari tersenyum.

"Bagaimana bisa?" Tanya pak Han dalam hati yang merasa bingung melihat Vir baik-baik saja.

"Kenapa pak Han? Kenapa begitu kaget saat melihatku?" Tanya Vir yang dengan santai mulai melangkah mendekati pak Han.

Wajah pak Han seketika berubah menjadi pucat pasih, kebetulan sekali saat itu di koridor kampus terlingat lengang, pak Han mulai memundurkan langkahnya perlahan karena begitu takut Vir akan berbuat nekat padanya.

Menyadari pak Han yang seolah ingin menghindarinya, membuat Vir dengan cepat memiting lehernya dan membawanya ke arah tangga.

"Vir, apa yang ingin kau lakukan??" Pak Han pun sangat panik saat Vir seperti ingin mendoronga.

"Aku bisa saja mendorongmu sekarang, dan kau akan jatuh berguling-guling ke bawah, itu cukup untuk setidaknya membuat lehermu patah." Bisik Vir dengan suara pelan, namun dibalik itu terdapat makna ancaman yang membuat pak Han ketakutan.

"Jangan Vir, tolong jangan, aku ini dosenmu."

"Kau sudah mencoba untuk membunuhku dengan memotong kabel rem motorku, apa hal seperti itu pantas di lakukan oleh seorang dosen yang memiliki wajah alim sepertimu."

"Ma, maaf Vir, tolong maafkan aku."

Akhirnya Vir pun melepaskan pitingannya dengan kasar,

"Pergi!" Bentak Vir.

Pak Han dengan nafasnya yang terengah-engah pun langsung menjauh dari Vir.

"Dasar kau, da.. dasar tidak waras!" Ketus pak Han yang langsung lari ketakutan.

Vir pun hanya mendengus memandangi kepergian pak Han, namun tak lama ia tersentak saat pundaknya di tepuk oleh Ken.

"Vir, sedang apa kau disini? Ayo, ke kelas."

"Oh, emm ayo." Jawab Vir yang bersikap seolah tak terjadi apa-apa.

Vir dan Ken berjalan menyusuri koridor untuk menuju kelasnya, sepanjang koridor mata Vir yang jelalatan terus melirik-lirik ke setiap kelas yang ia lewati.

"Wah, lihat adik tingkat yang rambut panjang itu, lihat bodynya, woahhh seperti gitar spanyol." Ucap Vir sembari menarik pundak Ken agar mau melihat sosok yang ia maksud.

"Ya ya ya," Ujar Ken yang seolah tak berminat.

"Apa kau mau berkencan dengannya? Aku bisa mengaturnya untukmu."

"Ah tidak, kau saja. Jangan coba mempengaruhiku untuk masuk ke lembah hitam seperti mu." Jawab Ken santai.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Nila Sari

Nila Sari

ken baik, tapi monoton kayaknya haha

2021-11-18

1

Wie Yanah

Wie Yanah

ken kya'y lbh baik dr vir

2021-11-07

1

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

hah... syg skli vir... doyan celap celup.... huh🙄🙄

2021-10-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!