"Hah?! Emm,,," Namun Ken terlihat kebingungan.
"Sudah, katakan saja iya." Bisik Vir.
"Oh iya, iya Siska."
"Emm baiklah." Jawab Siska lesu.
"Ayo Ken," Vir pun merangkul Ken untuk keluar dari kelas.
"Bye, bye Zara." Ucap Vir yang kemudian pergi.
"Dia bahkan tidak mengatakan itu padaku." Keluh Siska dalam hati sembari menatap tajam ke arah Zara yang mulai ingin bangkit dari duduknya.
Siska pun memberi kode pada kedua sahabatnya, lalu dengan cepat keduanya langsung menghampiri Zara dan mengapit tubuhnya. Hal itu seketika membuat Zara bingung serta takut, di tambah dengan kedua tangannya yang di pegangi oleh dua orang itu.
"Heh kau wanita aneh." Ketus Siska yang berdiri dengan kedua tangan bersedekap di hadapan Zara.
"Apa yang kalian lakukan? To, tolong lepaskan aku." Ucap Zara lirih sembari terus berusaha melepaskan tangannya.
"Tenang lah orang aneh, nanti akan kami lepaskan setelah kami puas mengerjaimu hahaha." Jawab salah satu teman Siska.
"Ka, kalian mau apa?"
"Bawa dia ke rooftop." Perintah Siska.
Zara pun di bawa secara paksa ke atap gedung kampus, dalam keadaan kedua tangan yang masih di pegangi, membuat Zara tak bisa melakukan perlawanan apapun apalagi untuk meloloskan diri. Zara hanya bisa menangis, dan memelas belas kasih agar Siska dan temannya melepaskannya, namun semua seakan sia-sia karena Siska sama sekali tidak bergeming.
Siska mulai melangkah mendekati Zara, dengan sebuah senyuman sinisnya, dia pun merampas syal yang melingkar di leher Zara secara paksa.
Zara seketika menjerit histeris, namun sayangnya hal itu tidak membuat Siska dan kedua orang temannya berhenti sampai disana. Siska Justru semakin melebarkan senyumannya saat syal milik Zara telah berada dalam genggamannya.
"Tolong, tolong kembalikan syalku, tolong." Ucap Zara memelas.
Alih-alih mengembalikan syal itu, Siska justru membuangnya begitu saja hingga jatuh ke halaman dasar gedung. Tak puas hanya dengan sehelai syal, kini Siska kembali merobek baju lengan panjang yang di pakai Zara, membuat Zara kembali berteriak semakin histeris dan ketakutan.
Hari itu, Zara yang malang kembali mengalami hal yang sangat membuatnya takut, seketika kenangan buruk di masa lalu kembali terbayang jelas di pikirannya.
"Tidak!!!" Teriak Zara yang semakin mengeraskan suaranya, berharap ada seseorang yang bisa mendengarnya.
"Hahaha teriak lah sekeras yang kau bisa, karena itu akan percuma. Tidak akan ada yang bisa membantumu haha." Ucap Siska yang kemudian melepaskan baju Zara dan kembali membuangnya.
Membuat lengan dan pundak putih mulus Zara semakin jelas terlihat, kini hanya tersisa tangtop dengan tali selebar jari kelingking saja yang terlihat masih terbalut di tubuhnya.
"Nah, jika kau pulang dengan keadaan begini, orang-orang di kampus ini tidak akan mengataimu aneh lagi, justru kau akan jadi pusat perhatian hahaha." Tambah Siska yang tertawa puas.
"Sudah, lepaskan dia! kurasa sudah cukup untuk hari ini." Perintah Siska pada kedua temannya.
Zara langsung duduk terkulai begitu kedua tangannya di lepaskan begitu saja oleh kedua teman Siska. Zara yang terus menangis, memilih duduk menyudut sembari menyilangkan kedua tangannya di dada untuk menutupi tubuhnya yang terbuka.
Siska dengan memasang wajah sinisnya, perlahan mulai jongkok di hadapan Zara, lalu dengan sebelah tangannya, ia mencengkram rahang Zara hingga membuat bibirnya berkedut.
"Jangan pernah berlagak sok cantik lagi di depan Vir, karena aku takkan segan melakukan hal yang lebih gila lagi dari ini. Kau mengerti wanita aneh??" Tegas Siska memberi peringatan Pada Zara sembari melepas kasar cengkraman tangannya.
Saat itu Zara sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun, yang ia lakukan saat itu hanyalah memandangi wajah Siska dengan begitu lirih dengan dibarengi oleh air matanya yang terus menetes.
Merasa cukup puas dengan aksinya hari itu, Siska pun akhirnya pergi meninggalkan Zara seorang diri di atas atap gedung. Saat itu rasa trauma Zara seolah kian memuncak, ia terus menangis tersedu-sedu, bayangan masa lalu seakan semakin kuat memenuhi isi kepalanya saat itu, membuat Zara semakin ketakutan hingga langsung menyembunyikan wajahnya di balik kedua kaki yang ia tekuk.
"Tidak, jangan, jangannnn" Teriak Zara lagi yang semakin menangis.
Di sisi lain, Vir dan Ken yang baru selesai bertanding basket, memilih duduk bersantai di tepi lapangan. Sembari menenggak minumannya, mata Vir seolah tak bisa tenang dan terus jelalatan kesana kemari untuk mencari mangsa.
"Sudah lah Vir, apa kau tidak lelah?"
"Lelah? Lelah apanya?" Tanya Vir sembari mengernyitkan dahi.
"Viola yang tadi pagi baru kau ajak kenalan, bahkan belum kau ajak berkencan, sekarang kau sudah mencari mangsa baru lagi. Haissh kau ini benar-benar penjahat klamin ya."
"Hehehe tidak, aku hanya bercanda. Sepertinya aku sudah mulai berada di fase jenuh dengan para wanita yang begitu ramah padaku."
"Maksudmu?" Kini giliran Ken yang mengerutkan dahinya.
"Ya, sepertinya aku butuh hal baru, yang lebih menantang." Jawab Vir dengan santai.
"Contohnya?" Tanya Ken yang masih nampak bingung.
"Emm... Zara, wanita yang sering disebut aneh oleh teman-teman kita, bagaimana pendapatmu jika aku mendekatinya??"
"Jangan!!" Jawab Ken dengan begitu tegas.
"Hei, ada apa denganmu? Kenapa kau begitu keberatan?" Tanya Vir sembari tertawa geli.
"Kau boleh mendekati, bahkan mengencani seluruh wanita di kampus ini, terkecuali dia. Lagi pula, bukankah kau pun sudah tau, jika sia bersentuhan tangan dengan lelaki saja seolah sangat takut dan jijik."
"Nah, justru hal itu lah yang membuatku penasaran dan seolah punya tantangan tersendiri jika bisa menakhlukannya, lagi pula jika di lihat-lihat, Zara memiliki paras yang cantik alami, bodynya juga bagus bila di lihat secara jeli."
"Aku tetap tidak setuju!" Jawab Ken yang mulai bangkit dari duduknya dan ingin bergegas pergi meninggalkan Vir begitu saja.
"Hei Ken, tapi kenapa? Beri aku alasan yang jelas." Ujar Vir yang ikut berdiri dan menyusul langkah Ken.
Ken akhirnya kembali menghentikan langkahnya dan menatap Vir dengan serius.
"Kau ingat saat aku mengatakan sudah ada seseorang yang aku sukai?" Tanya Ken.
"Emm." Vir pun mengangguk.
Ken pun menghela nafas sejenak.
"Gadis yang ku maksud adalah Zara." Ucapnya pelan, dan kemudian melanjutkan langkahnya.
Mendengar hal itu membuat Vir seketika terdiam dengan matanya yang sedikit membulat. Vir benar-benar tidak menyangka jika gadis yang ingin di dekati olehnya adalah wanita yang selama ini di sukai diam-diam oleh sahabatnya.
Entah kenapa, perasaan Vir mendadak menjadi tak karuan, seolah seperti ada perasaan sedih yang tidak bisa di jelaskan, juga ada perasaan kecewa saat mengetahui hal yang cukup mengejutkan baginya.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nila Sari
suka kali sama virrr
2021-11-18
0
Wie Yanah
nah lohh vir ngalah ga
2021-11-07
1
Ririn Satkwantono
sayang nya vir..... pnjhat kelam*n.... 😁😁😁😁
2021-10-31
2