Virzara
Masa remaja, adalah masa-masa yang seharusnya selalu dilewati dengan penuh warna dan keceriaan. Namun semua hal menyenangkan itu ternyata sama sekali tidak berlaku bagi Zara. Zara, adalah seorang gadis malang yang kini berusia 22 tahun, gadis polos berparas lembut dan teduh ketika di pandang, memiliki rambut yang begitu lurus, hitam, dan panjang layaknya rambut para bintang iklan shampoo. Seorang gadis yang sebelumnya ialah sosok yang begitu ceria dan terkenal sangat ramah, kini dengan sangat terpaksa harus melewati masa remajanya dengan penuh ketakutan dan kebencian pada semua lelaki yang ia temui, di mana pun ia berada.
Rasa trauma yang teramat dalam, akibat kejadian mengerikan yang ia alami di masa lalu, membuat Zara tidak pernah mau berbicara sedikit pun pada semua lelaki di sekitarnya. Baik itu teman lelaki di kelasnya, mau pun seluruh lelaki asing yang baru ditemuinya. Zara benar-benar telah berubah, menjadi pribadi yang sangat tertutup dan sangat pendiam. Bahkan, semenjak kejadian naas yang menimpanya ketika ia masih duduk di bangku SMP dulu, sejak saat itu juga ia sama sekali tak ingin menjalin hubungan pertemanan dengan siapa pun lagi, baik pada perempuan apalagi lelaki.
Namun rasa traumanya tentu tidak dapat membuat waktu berhenti berputar, waktu pun terus berlalu, hari berganti ke hari berikutnya hingga kini tanpa terasa, Zara sudah menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas kenamaan di negara T. Kecerdasan otak dan bakat melukis yang luar biasa membuat Zara mendapat beasiswa di Universitas itu. Namun meski telah melewati berbagai musim, sama sekali tidak membuat rasa trauma pada Zara lenyap terkikis waktu. Kenangan buruk yang telah merusak hidup dan masa depannya selalu membekas di memorynya.
Suatu hari di taman kota
Hari itu, cuaca terlihat sangat cerah, Zara yang saat itu mulai merasa penat karena menghabiskan waktu libur hanya berada di dalam rumah, memilih untuk menikmati sisa waktu liburnya dengan duduk seorang diri di sebuah kursi yang ada di sisi taman yang berada tak begitu jauh dari rumahnya.
Saat itu, ia terlihat sangat fokus dengan pensil dan buku khusus untuk melukis, memilih untuk membunuh waktu luangnya dengan cara melukis sebuah pemandangan kota yang kala itu ada di hadapannya, namun tiba-tiba saja, fokus Zara saat melukis terpecah, ketika ada seorang lelaki datang menghampirinya.
"Maaf nona, apa kau tau di sekitar sini ada rumah sakit yang bernama Emm..." Nampak seorang lelaki itu seperti tengah berusaha berpikir keras untuk mengingat rumah sakit yang ia lupa namanya.
"Astaga,,, rumah sakit apa ya tadi namanya??" Kata lelaki itu lagi yang terlihat sangat kebingungan sembari mulai menggaruk-garukan kepalanya yang tak gatal.
Sementara Zara yang sempat melirik sebentar ke arah lelaki itu, langsung dibuat ketakutan setengah mati hingga membuatnya dengan cepat menundukkan kepalanya. Dengan tangan yang begitu gemetaran, bahkan tanpa mengeluarkan suara sedikit pun, Zara pun langsung membuka lembaran kosong pada buku lukisnya, lalu bergegas menggambar sebuah denah rumah sakit yang di maksud oleh lelaki itu. Lalu dengan tergesa-gesa ia pun merobek kertas itu dan sembari terus menundukkan kepalanya, langsung memberikan selembar kertas yang ia gambar pada lelaki itu.
"Nah iya benar, rumah sakit Monalisa." Ucap lelaki itu yang akhirnya memasang raut wajah sumringah saat memandang selembar kertas yang diberikan Zara padanya.
Zara yang sudah sangat ketakutan, bergegas memasukkan buku dan pensilnya ke dalam tas, lalu tanpa berkata sepatah kata pun, dia langsung berlari pergi begitu saja meninggal lelaki itu.
"Hei nona, aku belum mengucapkan terima kasih." Teriak lelaki itu saat melihat Zara pergi begitu saja.
Namun Zara, ia terus saja berlari tanpa menggubris lelaki itu sedikit pun hingga membuatnya cukup tercengang.
"Hah?! Apa yang salah denganku? Kenapa dia jadi begitu ketakutan?" Tanya lelaki itu sembari mengamati seluruh badannya.
Namun seolah tak ingin terlalu ambil pusing, Lelaki itu pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya menuju rumah sakit Monalisa yang dimaksud. Dengan hanya berjalan kaki, ia terus berjalan menyusuri jalanan yang tidak terlalu padat, mengikuti denah yang telah di gambar oleh Zara.
Apa kalian tau siapa lelaki yang sejak tadi telah jadi bahan perbincangan? Ya, lelaki itu ialah Virga. Seorang playboy kelas kakap, yang namanya dikenal oleh hampir seluruh mahasiswi di kampusnya, yang ternyata ia juga kuliah di universitas yang sama dengan Zara. Kelakuan Virga yang hobi melakukan *** bebas, membuatnya di cap sebagai Penjahat Kelamin oleh teman-teman dan dosennya. Dan Zara, ia jelas tau tentang Virga yang selalu jadi perbincangan seluruh wanita di kampusnya, karena dia bisa melihat setiap para gadis di kelasnya begitu histeris saat melihat Virga melintasi kelas mereka.
Virga juga dijuluki sebagai mahasiswa abadi, karena sudah 5 tahun lamanya ia belum juga wisuda, Virga bahkan sama sekali tak ingin memikirkan sampai berapa lama lagi ia harus menghabiskan waktu sebagai mahasiswa di universitas itu, yang ada dalam benaknya ialah bagaimana cara menaklukan wanita incarannya dan wanita itu bisa memberi kepuasan untuknya.
Tapi tidak bisa di pungkiri, wajah Virga seakan memiliki aura yang begitu kuat, hingga membuat para gadis tak kuasa menolaknya. Alisnya yang tebal, serta ketajaman matanya saat memandang seseorang, benar-benar membuat Vir nampak berbeda dan sungguh diminati hampir seluruh mahasiswi di kampusnya.
Saat itu, Zara terus berlari hingga ia tiba di rumahnya, ia dengan ketakutan langsung masuk ke rumahnya, lalu terduduk di sofa dengan wajah pucat fasih dan nafasnya yang begitu terengah-engah.
"Huh, huh, huh."
Tapi ketakutan Zara ternyata tidak berakhir sampai disitu saja, secara tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar pintu rumahnya hingga membuatnya kembali ketakutan. Dengan cepat Zara meraih sebuah bantal yang ada di sisinya, lalu memeluknya dengan sangat erat. Perlahan, handle pintu rumahnya mulai terlihat bergerak, hal itu sontak membuatnya semakin ketakutan, lalu langsung menutup wajahnya dengan bantal. Hingga akhirnya, selang beberapa detik setelahnya, seseorang pun terdengar masuk ke dalam rumahnya.
"Zara" Panggil seseorang.
Mendengar suara yang begitu familiar, membuat Zara seketika langsung mengangkat wajahnya kembali, lalu mulai menatap seseorang yang kini ada di hadapannya. Perasaan lega pun akhirnya muncul, saat melihat seseorang yang sebelumnya membuatnya ketakutan, ternyata adalah Nany, ibunya sendiri yang ternyata baru saja pulang kerja.
"Kau kenapa? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Nany yang langsung mendekati Zara saat melihatnya sangat ketakutan.
"Tadi aku bertemu seorang lelaki di taman Bu." Jawab Zara lirih.
"Lelaki? Apa yang dia lakukan padamu? Apa terjadi sesuatu lagi?" Nany pun terlihat semakin panik dan langsung mengamati beberapa bagian pada tubuh Zara.
"Dia menanyakan alamat padaku." Jawab Zara pelan.
"Menanyakan alamat??!" Nany pun seketika menghentikan gerakannya.
"Iya."
"Menanyakan alamat saja kenapa harus membuatmu jadi begitu ketakutan?" Tanya Nany lagi sembari mengusap keringat Zara yang sejak tadi terlihat bercucuran.
"Tapi dia adalah lelaki yang terkenal sangat brandal di kampusku bu." Jawab Zara lirih yang kemudian mulai melangkah untuk menuju ke kamarnya.
- Sisi lain di rumah sakit Monalisa -
Virga pun akhirnya tiba di rumah sakit yang sejak tadi ia cari-cari keberadaannya, setelah bertanya pada Resepsionis, ia kembali melanjutkan langkahnya, menaiki lift dan menyusuri koridor yang di sisi kiri dan kanannya terdapat banyak pintu yang diberi nama berbeda-beda. Hingga akhirnya ia pun menghentikan langkahnya saat berada tepat di depan sebuah pintu kamar, dengan perlahan tangannya mulai menekan handle pintu, pintu itu pun terbuka, di dalamnya bisa terlihat dengan jelas ada seseorang yang tengah terduduk di kursi roda dengan posisi membelakangi Vir.
"Hei" Sapa Virga yang mulai melangkah masuk, sembari menutup kembali pintu kamarnya.
Lelaki itu melirik sejenak ke arah Vir, lalu kembali menatap ke jendela sembari tersenyum simpul.
"Kenapa kau datang?" Tanya lelaki itu dengan tenang tanpa merubah posisi duduknya.
"Aku akan merasa tenang saat sudah memastikan jika kau masih hidup." Jawab Vir santai sembari mulai duduk di sebuah kursi.
Lelaki itu pun tersenyum, lalu mulai memutar kursi rodanya secara perlahan hingga akhirnya menghadap ke arah Vir. Vir yang melihat keadaan lelaki itu pun, seketika menghela nafas panjang dan tertunduk lesu.
Lelaki itu adalah Fusa, seorang pembalap moto GP yang sangat di kagumi oleh Virga sejak ia remaja. Namun beberapa hari yang lalu, Fusa mengalami kecelakaan yang cukup hebat, hal itu menyebabkan ia harus merelakan sebelah kakinya untuk di amputasi.
"Hahaha kenapa ekspresi mu jadi mendadak berubah?" Tanya Fusa sambil tertawa saat melihat Virga yang langsung terkulai lesu saat melihat kakinya yang hanya tinggal satu.
Saat itu Vir masih terdiam sembari terus menatapnya dengan tatapan sendu.
"Oh ya, sepertinya aku masih punya wine yang sangat bagus dan enak, kau tunggu lah sebentar." Kata Fusa lagi sembari mendorong sendiri kursi rodanya menuju kulkas kecil yang tersedia di kamar rawatnya.
"Bagaimana kau bisa setenang itu?" Tanya Virga yang masih menatap sendu ke arah Fusa yang saat itu sedang sibuk memilih beberapa botol wine di dalam kulkas.
"Lalu aku harus bagaimana? Apa kau berharap aku menangis meratapi nasibku? Begitu? hahaha." Jawab Fusa yang terus memasang raut wajah riang di hadapan Virga.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nina Maryanie
nyimak sek Thor..
2023-09-04
0
Yu Yi
aku tau banget kisah inii mungkin kah ini sama seperti film taiwan tersebut hihiiiii
2021-11-21
1
Nila Sari
suka cerita nya bagussss
2021-11-18
1