Eps 16

Hingga tanpa ia sadari, kedua tangannya mulai saling meremass-remass jemarinya sendiri saking gugupnya.

"Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku sarapan." Jawab Vir santai sembari kembali tersenyum lirih.

Mendengar hal itu, Zara pun bergegas mengeluarkan kotak bekal dari dalam tasnya.

"Ini, ambil lah." Zara pun menyodorkan kotak bekal itu ke hadapan Vir.

Membuat Vir cukup tercengang memandangi kotak bekal berwarna merah muda yang ada di hadapannya.

"Ah tidak perlu Zara, ibumu pasti dengan tulus membawakan sarapan untukmu, kenapa malah memberinya padaku? Astaga, apa kamu mulai kasihan padaku ya?" Vir pun menolaknya dengan senyuman.

"Ak, aku yang menyiapkan ini," jawab Zara yang mulai menatap Vir.

Vir pun kembali terdiam dan membalas tatapan Zara yang terlihat ragu-ragu.

"Untukmu." Tambah Zara lagi dengan suaranya yang semakin pelan.

"Un.. untukku??" Mata Vir seketika mendelik.

Ia begitu tak menyangka ada seorang wanita yang secara khusus membawakan bekal untuknya, terlebih jika wanita itu adalah Zara yang terkenal sebagai wanita aneh yang takut akan lelaki.

Zara pun mengangguk dan kembali menunduk, lalu Zara meraih tasnya, seolah bersiap untuk bangkit dari duduknya dan ingin ujrbwbqymeninggalkan Vir.

"Anggap saja itu sebagai ucapan terima kasihku karena kamu sudah dua kali menolongku. Aku pergi dulu." Ucap Zara pelan dan mulai ingin melangkah pergi.

"Hei." Vir dengan cepat menahan tangan Zara.

Hal itu spontan membuat Zara terkejut, ia panik hingga seketika langsung berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Vir. Vir yang menyadari akan hal itu pun dengan cepat langsung melepaskan tangan Zara.

"Maaf, aku tidak bermaksud." Ucap Vir yang mendadak merasa tak enak hati.

Entah kenapa sikap Vir jadi begitu tak enakan pada Zara, padahal sebelumnya ia dengan gampang bisa menahan dan menarik tangan wanita mana saja yang ia mau tanpa ada penolakan.

Zara kembali ketakutan, bayangan saat pergelangan tangannya di genggam kuat oleh orang keji di masa lalu kembali terbayang begitu saja.

"Kamu mau kemana? Ayo temani aku sarapan disini." Vir pun langsung duduk di tempat dimana sebelumnya Zara terduduk.

Dengan penuh semangat, Vir pun mulai membuka kotak bekalnya, matanya seolah berbinar saat mendapati nasi goreng kecap, dengan toping telur mata sapi setengah matang, dan taburan bawang goreng di tambah potongan ayam yang semakin menggugah seleranya.

"Wahhh, belum memakannya saja, aku sudah sangat yakin jika ini sangat enak. Apa kamu yakin memberikannya untukku?" Tanya Vir yang masih terus memandang kagum makanan yang berada di dalam kotak bekal yang ia pegang.

Zara yang berdiri di hadapannya hanya bisa terdiam memandanginya.

"Hei, kenapa kamu masih diam disitu? Ayo temani aku makan." Vir menepuk bagian yang kosong pada kursi panjang yang tengah ia duduki.

Ia begitu berharap Zara akan mau duduk di sisinya. Dan ya, sesuai yang di harapkan oleh Vir, Zara pun perlahan mulai memberanikan diri untuk duduk di sampingnya namun dengan jarak yang tidak terlalu dekat.

"Aku makan ya." Ucap Vir lagi seolah meminta izin pada Zara.

Zara pun mengangguk.

Vir mulai menyantap nasi goreng itu, dan benar saja, lidah Vir seolah begitu dimanjakan dengan rasanya yang memang sangat enak. Membuat Vir dengan lahap memakannya seolah tanpa jeda.

"Terima kasih ya, berkatmu, aku jadi ingat kembali bagaimana rasanya sarapan." Celetuk Vir sembari terus mengunyah makanannya dengan sangat lahap.

Hingga tanpa Vir sadari, ada butiran nasi yang melekat di sisi bibirnya. Zara yang melihat hal itu, entah kenapa kali itu ia dengan spontan begitu berani mengusap ujung bibir Vir.

"Tidak perlu tergesa-gesa, makan lah dengan tenang." Ucap Zara dengan lembut sembari tersenyum tipis.

Hal itu pun lagi-lagi membuat Vir jadi tercengang memandangi Zara yang dengan lembut mengusap ujung bibirnya seolah tanpa ragu.

"Di,, dia mau menyentuhku? Bukankah ini terasa aneh disaat tadi ia seolah begitu ketakutan saat aku menyentuh tangannya." Gumam Vir dalam hati.

Menyadari Vir yang terus menatapnya, membuat Zara seolah tersentak dan langsung menyingkirkan tangannya dari wajah Vir.

"Ma, maaf." Ucap Zara yang terlihat sangat panik.

"Hehehe tidak perlu panik, kamu hanya menyentuh bibirku, bukan menyentuh bagian kejantananku." Jawab Vir yang langsung melebarkan senyumannya.

Membuat Zara kembali diam saat ucapan Vir kembali seperti sebelumnya yang terkesan mesum.

"Kamu tau aku hanya bercanda kan, jadi tidak perlu cemas dengan kata-kataku barusan. Aku lanjut makan lagi ya."

Zara kembali mengangguk, ia merasa lega karena Vir dengan cepat menyadari ucapan mesumnya yang membuat Zara kurang nyaman saat mendengarnya. Vir dengan lahap kembali mengunyah makanannya hingga kandas.

Zara pun tersenyum memandangi wajah Vir yang kala itu terlihat begitu polos saat menikmatinya makanannya, terlihat seperti anak-anak tanpa dosa. Namun di sisi lain, dalam hati Zara menyimpan begitu banyak pertanyaan yang begitu enggan ia tanyakan secara langsung pada Vir. Terutama tentang kedua orang tuanya, tentang kehidupannya, kenapa kehidupan Vir jadi begitu liar, tak terkontrol, bahkan terkesan sudah tidak ada lagi orang tua yang mendidiknya dan mengurusnya di rumah.

"Aku masih heran, sebenarnya apa maksudmu membawakan makanan untukku? Maksudku, kenapa harus rela merepotkan diri seperti ini?" Tanya Vir saat baru saja selesai menghabiskan makanannya.

Zara mulai menatap Vir dengan lekat dan mulai mengungkap isi hatinya.

"Ini adalah bentuk rasa terima kasihku, karena kamu terus menolongku. Meski bagimu ini bukanlah hal yang special, tapi bagiku hal ini begitu penting dan berarti, karena jika boleh jujur, ini pertama kalinya aku kembali berkomunikasi dengan lelaki. Jadi sekali lagi ku ucapkan banyak terima kasih." Zara pun tersenyum tipis.

Vir yang mendengar hal itu sejenak jadi terdiam dan terus memandangi wajah polos Zara yang terlihat begitu tulus.

"Ku dengar kamu takut dan benci dengan lelaki, apa itu benar?" Tanya Vir secara hati-hati.

Namun Zara lebih memilih kembali menunduk, ia tak tau harus bagaimana menjawabnya, karena rasanya ia sangat belum siap untuk menceritakan pengalaman pahit yang pernah ia alami hingga membuatnya jadi bersikap aneh seperti sekarang.

Namun di sisi lain, tanpa Vir dan Zara sadari, Ken nyatanya melihat mereka duduk berdua dan terlihat sedang mengobrol begitu serius. Ken pun langsung meraih ponselnya untuk mengirim pesan singkat pada Vir.

Disaat yang bersamaan pula, ponsel Vir berbunyi menandakan ada pesan baru, Vir pun meraih ponsel dari saku celananya dan raut wajahnya seketika berubah saat membaca pesan yang di kirimkan Ken untuknya.

"Aku melihatmu dan Zara sedang mengobrol, kalian nampak akrab, bagaimana bisa? Dan mengenai permintaanku, apa sudah?"

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Nila Sari

Nila Sari

mudah mudahan nanti vir bakal berubahh

2021-11-18

0

Enna Anna ⭐♥️

Enna Anna ⭐♥️

Ken nggak usaha sih sekarang malah cemburu

2021-11-12

2

Wie Yanah

Wie Yanah

ken cmbru ... lgiandr dl meneng bae klw ska mah ngmg napa😒😊🙏💪🥰

2021-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!