Sementara Ken yang saat itu sedang berdiri memesan makanan, melihat kepergian Zara, membuatnya hanya bisa menghela nafas dan mendadak menjadi lesu.
Zara terus berjalan dengan cepat menuju ke kelas, karena setelah istirahat masih ada kelas bahasa Inggris yang harus di lewati. Suasana kelas masih sepi, namun Zara tetap saja masuk dan duduk di kursinya, ia pun memilih kembali membaca bukunya seraya menunggu kelas berikutnya di mulai. Perlahan tapi pasti para mahasiswa pun berangsur-angsur memasuki kelas, kelas pun mulai penuh, tak lama pak dosen yang khusus mengajar kelas bahasa Inggris pun masuk ke kelas dan di susul oleh Vir dan Ken yang juga tak lama masuk ke dalam kelas.
Kelas pun di mulai, pak Han selaku dosen bahasa Inggris mulai menjelaskan beberapa point' penting dari bab yang tengah mereka bahas
Selesai dari pembahasan, pak Han pun menyuruh seluruh siswa menuliskan pengalaman berlibur setiap mahasiswa selama libur panjang kemarin, pak Han pun mewajibkan mereka menuliskan masing-masing pengalamannya dalam bahasa Inggris dan hanya memberikan waktu selama 30 menit untuk para mahasiswa menyelesaikan tugasnya.
30 menit sudah berlalu, pak Han pun menyuruh seluruh mahasiswa menghentikan kegiatan menulisnya.
"Sekarang aku ingin, satu orang dari kalian membacakan pengalamannya saat berlibur!" Ucap pak Han.
Keadaan kelas yang sejak tadi tak pernah tenang, kini mendadak jadi hening seketika.
"Tidak ada yang bersedia?" Tanya pak Han lagi.
Semua masih hening dan tak ada jawaban dari satu orang pun yang ada di dalam kelas.
"Baiklah, biar aku yang menunjuknya." Ucap pak Han kemudian.
"Zara, berdiri lah dan mulai bacakan pengalaman liburanmu." Pak Han pun tersenyum pada Zara.
Zara yang sejak tadi terus menunduk, kini dengan sangat ragu mulai berdiri dari duduknya. Ia perlahan meraih bukunya, dengan tubuh gemetaran, ia pun mulai membacakan hasil tulisannya dengan suara yang sangat pelan dan nyaris tak terdengar.
"Tidak dengar!" Ketus Siska.
"Iya pak tidak dengar." Keluh sebagian mahasiswa lagi.
"Hei kawan, tolong besarkan suaramu! Biarkan kami mendengar suara merdumu sekali ini saja" Ucap salah satu teman Siska yang kemudian tertawa mengejek.
"Hei ada apa ini? Sudah, sudah! jangan membully Zara seperti itu." Ucap pak Han yang kemudian langsung menghampiri Zara.
"Sudah, tidak apa Zara jangan bersedih, kamu boleh duduk sekarang." Ucap pak Han pada Zara sembari mengusap-ngusap pundak Zara namun dengan sorot matanya yang terlihat berbeda.
Zara sontak mendadak semakin gemetaran saat pundaknya di sentuh oleh pak Han, dia terduduk ketakutan namun tak berani berkata apapun. Sementara Vir yang melihat hal itu, dibuat mulai memicingkan matanya karena merasa jika gelagat pak Han yang menatap Zara terlihat aneh, seolah penuh nafsu.
"Apa-apaan?! Tatapan lelaki itu,, kenapa sepertinya lebih buas dariku saat menatap Zara?" Gumam Vir dalam hati.
"Siska, suaramu terdengar paling kuat saat memprotes Zara barusan, sekarang tolong kau saja yang bacakan pengalamanmu!" Perintah pak Han yang kembali ke mejanya.
"Ok." Jawab Siska santai.
Siska pun mulai membacakan pengalamannya saat berlibur ke Swiss. Sementara Zara hanya kembali tertunduk di kursinya, masih dengan tubuhnya yang gemetaran dan Vir yang terduduk dengan jarak beberapa kursi dari Zara hanya terus diam sembari mengamati Zara yang terlihat ketakutan sembari sesekali mengamati kembali pak Han yang terus tersenyum menatap Zara dari mejanya.
"Dosen yang terkenal alim itu ternyata juga bisa memandang anak didiknya dengan tatapan mesum seperti itu." Ketus Vir dalam hati sembari menggelengkan kepalanya.
Kelas bahasa Inggris pun akhirnya selesai dan pak Han langsung keluar dari kelasnya. Zara memilih keluar lebih dulu meninggalkan kelas itu, lalu terus berjalan sembari terus menundukkan kepalanya, tak lama Ken pun berlari untuk menyusul langkahnya, dengan langkah pelan ia pun terus mengikuti Zara dari belakang.
Sikap Ken begitu bukanlah tanpa alasan, sejak masih duduk di bangku SMP, nyatanya diam-diam ia sudah menyukai Zara, namun karena sikap aneh Zara yang tidak pernah mau berdekatan dengan lelaki, membuatnya jadi tidak berani mendekati Zara. Ia hanya bisa terus memperhatikan Zara dari kejauhan dan hanya bisa mengikuti Zara sampai rumahnya saat pulang sekolah dulu. Dan di awal mereka masuk ke perguruan tinggi, betapa senangnya Ken saat tau ternyata Zara kuliah di universitas yang sama bahkan berada di kelas yang sama dengannya.
Saat menuruni anak tangga menuju lantai utama, Zara yang mendadak merasa ada seseorang yang mengikutinya pun sontak menghentikan langkahnya, dengan rasa cemas ia membalikkan badannya dan mendapati Ken yang berdiri tak jauh darinya, hal itu pun membuat Ken menjadi terkejut saat menyadari jika Zara mulai memandanginya dengan tatapan yang aneh. Akhirnya, ia pun hanya bisa diam dan memutuskan untuk melanjutkan langkahnya dan melewati Zara yang masih berdiri terdiam.
"Dia memang mengikuti ku atau hanya perasaanku saja?" Tanya Zara dalam hati sembari memandangi kepergian Ken yang sudah berjalan di depannya.
Zara pun kembali melanjutkan langkahnya, namun begitu sampai di Loby kampus, langkah Zara kembali di hentikan oleh Vir yang dengan sengaja menjegatnya.
"Hai teman, apa kamu sudah mau pulang?" Tanya Vir sembari memainkan bola basket yang tengah di pegang nya.
"Tidak, aku masih ada kelas kursus melukis di gedung B." Jawab Zara pelan sembari kembali menundukkan pandangannya.
"Gedung B? Bukankah gedung itu tepat bersebelahan dengan lapangan basket? Kebetulan aku juga ingin tanding basket hehe." Ucap Vir sembari tersenyum cengengesan.
Namun Zara hanya diam tertunduk dan tak meresponnya sama sekali.
"Vir ayo cepat lah, jangan mengganggunya!" Teriak Ken yang berada cukup jauh di depan mereka.
"Ok." Ucap Vir yang kemudian berjalan ingin menyusul Ken.
Namun Vir tiba-tiba saja berbalik badan dan kembali mendekati Zara yang masih terdiam.
"Hei teman, tolong pinjami aku uang." Ucap Vir yang kembali tersenyum lugu seolah tidak punya rasa malu.
Zara dengan ragu-ragu merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan uang 100 ribu.
"Hanya ada segini." Ucap Zara lirih yang masih terus menunduk ketakutan.
"Tidak apa, segini juga cukup." Vir pun mengambil uang itu dari tangan Zara.
"Tenang saja, setelah ini aku akan mengembalikannya dua kali lipat." Tambah Vir dengan sumringah dan kembali melanjutkan langkahnya.
"Ah satu lagi." Vir lagi-lagi membalikkan badan dan kembali menghampiri Zara.
"Pinjamkan ini juga!" Vir langsung saja melepas ikatan rambut Zara yang selalu mengikat rambutnya sejak awal Vir melihatnya.
"Cantik juga." Celetuk Vir tersenyum manis saat melihat rambut panjang Zara yang jadi terurai.
Vir pun langsung pergi begitu saja meninggalkan Zara yang masih mematung memandangi kepergian Vir yang terlihat tak merasa berdosa sedikit pun. Sementara Zara masih syok dengan perlakuan Vir barusan yang melepaskan ikatan rambutnya begitu saja tanpa permisi lebih dulu.
Zara pun akhirnya hanya bisa kembali menghela nafas lesu, ia kembali tertunduk sembari melanjutkan langkahnya menuju gedung B.
Setibanya di gedung B, ia langsung memasuki salah satu ruangan, ruangan itu berdinding kaca transparan sehingga meski berada di dalam ruangan itu, orang yang berada di dalam bisa melihat dengan jelas ke lapangan basket yang tepat berada di sampingnya. Zara pun mulai duduk di depan kanvas lukis yang sudah tersedia di depan kursinya, dan di susul oleh beberapa orang lainnya yang ikut kelas lukis juga. Bu Lusi sebagai dosen yang membimbing kelas kursus melukis itu pun membawa patung gips ke hadapan mereka. Bu Lusi memerintahkan mereka untuk melukis patung yang hanya setengah badan itu.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Yu Yi
sama banget sama drama mars
2021-11-21
0
Nila Sari
up lagi up lagiiiiiii
2021-11-18
0
Wie Yanah
zara hrs di bwa ke psikiater setidky biar sedkt santai ga trllu tegang 🤣🙏💪🥰
2021-11-07
1