Begitu lah isi pesan dari Ken, hingga membuat Ken seketika menoleh kesana kemari demi mencari keberadaan Ken.
"Haissh sial, kenapa dia harus melihatnya." Celetuk Vir dalam hati.
Akhirnya Vir dengan lesu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana, ia mulai menghela nafas dan kembali menatap Zara.
"Apa aku boleh bertanya?"
Zara yang terus menundukkan kepalanya pun hanya mengangguk.
"Menurutmu Ken bagaimana?" Tanya Vir pelan.
Mendengar pertanyaan itu sontak membuat Zara langsung menatap Vir dengan mengernyitkan dahinya.
"Ken?" Zara terlihat masih bingung.
"Iya, Kenzo. Bagaimana penilaianmu terhadap Ken?"
"Bagaimana kamu bisa menanyakan Ken kepadaku sementara aku tidak pernah bergaul dengan lelaki. Ta, tapi,,, dia dulu teman sekolahku saat SMP, setauku dia baik." Jelas Zara pelan.
Vir yang mendengarnya pun mulai tersenyum meski senyuman itu terlihat begitu lirih.
"Tapi, apa maksudmu bertanya begitu?" Zara kembali mengernyitkan dahinya.
"Se, sebenarnya aku..." berbeda dari sikapnya yang biasanya begitu santai, kini Vir terlihat sedikit terbata-bata.
"Kenapa?" Dahi Zara semakin mengkerut saat menantikan Vir melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya aku bermaksud menjadi makcomblang untuk kalian berdua." Jawab Vir akhirnya.
"Apa?!" Mata Zara pun seketika melebar menatap Vir.
"Iy,, iya. Ken ternyata secara diam-diam sudah menyukaimu sejak lama, dan dia memintaku untuk menyampaikan padamu, jika dia ingin mengajakmu berkencan." Jelas Vir lagi.
Mendengar hal itu pun membuat mata Zara semakin melebar, ia sangat terkejut mendengar pengakuan Vir tentang Ken. Ada secercah perasaan kecewa yang tak tau datang dari mana, Zara kecewa karena nyatanya ia memang bukanlah gadis special di mata Vir.
"Kenapa aku bisa berfikir sebodoh ini dan mulai berharap padanya, di saat jelas-jelas aku bukanlah masuk ke dalam kategori wanita idaman baginya." Gumam Zara lirih dalam hati.
"Jadi bagaimana? Apa kamu mau?" Tanya Vir lagi dengan ragu-ragu.
Saat itu, entah kenapa jauh di dalam hati Vir sangat berharap jika Zara menolaknya. Bukan karena tak senang melihat Ken bahagia, tapi masalahnya ada di perasaan Vir yang juga sejak awal mulai mengincar Zara.
Zara seolah tak kuasa lagi untuk menahan Kesedihannya, hingga ia merasa jika ia hampir menangis. Tak ingin menangis di hadapan Vir, membuat Zara bergegas bangkit dari duduknya.
"Akan aku pikirkan dulu." Jawabnya pelan yang kemudian langsung beranjak pergi meninggalkan Vir begitu saja.
Zara terus melangkah dengan air matanya yang mulai menetes di pipinya, baru saja ia merasakan hatinya mulai hidup kembali, bunga yang baru saja mulai bertumbuh, kini harus gugur sebelum bermekar.
Zara dengan lesu memasuki kelas, ia pun mulai terduduk tanpa melirik ke sekitarnya. Demi mengalihkan pikirannya, Zara memilih untuk mengeluarkan peralatan lukisnya, membersihkan seluruh kuas serta meraut pinsil lukisnya dengan menggunakan pisau kater.
Tak lama Vir dan Ken pun masuk ke dalam kelas, Vir dengan tenang duduk di sebelah Zara dan bertanya. Tak lama Siska dan dua temannya juga mulai memasuki kelas, ia kembali melirik tajam ke arah Vir yang duduk di sebelah Zara.
"Ken pun menyenggol lengan Vi, sebagai isyarat meminta jawaban."
Namun Vir belum memiliki jawaban karena memang Zara sendiri belum memberikan jawaban apapun.
"Zara." Bisik Vir yang mencoba bertanya kembali karena Ken terus mendesaknya.
Namun Siska yang kembali tersulut emosi, kembali melangkah dan sengaja menyenggol lengan Zara hingga membuat jari tangannya teriris oleh pisau yang sedang ia pegang.
"Aaagh." Zara seketika meringis sembari memandangi jari telunjuknya yang mulai mengeluarkan darah.
"Hei, apa yang kau lakukan padanya?!" Vir pun mengerutkan dahinya saat menatap tajam ke arah Siska.
"Sorry, tidak sengaja." Jawab Siska santai dan langsung duduk begitu saja di kursinya tanpa ada rasa bersalah.
Vir pun hanya bisa mendengus kesal, ia kembali menatap Zara dengan raut wajah yang terlihat cemas.
"Tanganmu berdarah." Ucap Vir pelan.
Namun Zara masih saja terdiam mematung memandang lirih jari tangannya yang mengeluarkan semakin banyak darah.
"Hei, tangan mu berdarah, kenapa hanya dipandangi saja?" Tanya Vir lagi.
Tapi Zara masih tak melakukan apapun, selain hanya bisa menangis memandangi jari tangannya.
"Astaga, kau ini bodoh sekali." Ucap Vir yang langsung menarik tangan Zara dan menghisap jari telunjuknya tanpa permisi.
Hal itu sontak mengundang kaget hampir seluruh mahasiswa yang melihatnya, terutama Siska dan Ken yang di buat begitu terperangah menyaksikan moment langka itu. Bagaimana tidak, sepanjang mengenal Vir, Ken belum pernah mendapati Vir yang begitu peduli pada seorang wanita. Begitu pula Siska yang pernah menjadi pacar Vir, ia bahkan tidah pernah diperlakukan dengan begitu lembut oleh Vir.
"Tatapan itu, aku tidak pernah melihat Vir menatapku seperti itu. Dia bahkan rela menghisap jari tangan wanita itu hanya demi untuk menghentikan darahnya." Gumam Siska dalam hati yang semakin bertambah kesal dan merasa sakit hati.
Mendapati jari tangannya yang dihisap oleh Vir tanpa permisi, membuat mata Zara seketika membulat sempurna hingga dengan spontan ia pun menarik kembali tangannya dan langsung mendekapnya di dada.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Zara dengan suara yang sangat pelan.
"Melihatmu hanya diam dan menangis saat darahmu mulai banyak keluar, membuatku berinisiatif untuk membantu menghentikannya." Jawab Vir santai.
"Ka, kau sungguh tidak perlu melakukan itu." Zara pun kembali menunduk.
Ken yang merasa cemburu melihat hal itu pun seketika kembali bangkit dari duduknya dan langsung keluar dari kelas begitu saja. Vir sangat menyadari hal itu, ia pun bergegas menyusul langkah Ken yang kala itu terus melangkah cepat menuju lapangan basket.
"Hei Ken, kau mau kemana?"
Ken hanya diam, ia terus melangkah dan sama sekali tidak bergeming.
"Astaga Ken, tolong jangan mengacaukan persahabatan kita hanya karena seorang wanita." Celetuk Vir lagi.
Ucapan Vir kali itu pun berhasil menghentikan langkah Ken, membuat Ken seketika menatapnya dengan tatapan sinis.
"Lihat lah, karena ulahmu, Zara jadi dalam kondisi terancam."
"Terancam? Aku mengancamnya apa?" Vir pun terkekeh geli dan belum menanggapi serius ucapan Ken.
"Mungkin bukan kau, tapi bagaimana dengan Siska yang sengaja menyenggol lengannya hingga ia berdarah. Tidakkah kau berfikir Siska melakukan itu karena apa? Karena dia tidak suka melihatmu mendekati Zara."
Vir pun sejenak terdiam untuk mencerna kembali ucapan Ken.
"Benar juga, kemarin dia membuang pakaian Zara, hari ini dia pun berani membuat tangan Zara terluka, lalu besok apa lagi? Apa ini semua sungguh karena aku?" Gumam Vir dalam hati.
"Dengar Vir, jika terjadi sesuatu yang membahayakan Zara lagi, maka aku tidak akan memaafkanmu!" Tegas Ken yang kembali melanjutkan langkahnya.
Namun Vir yang masih belum sepenuhnya terima, kembali menyusul langkah Ken.
"Tapi bukankah kau yang memintaku untuk membujuk Zara agar mau kencan denganmu?"
"Tapi tetap saja, aku merasa caramu memandangnya sangat berbeda. Apa kau menyukainya juga?"
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nila Sari
sama vir aja zaraaa wkwk
2021-11-18
0
Mira Wati
jujur saja vir ke Kenzo
2021-11-08
0
Wie Yanah
ken ken knpa ga gantle sich dr dl.... ksian kan giliran vir dh nymn km mnt di dktin ... gmn prsaya
2021-11-08
0