Eps 6

Dengan cekatan, Zara pun memulai melukis bagian wajah dari patung itu.

"Wah lihat lah Vir, dengan rambut di ikat seperti itu dia terlihat semakin tampan, apalagi saat bermain basket begitu, ah sangat menggoda." Bisik salah satu wanita kepada temannya.

Zara yang tak sengaja mendengar ucapan itu pun sontak melirik ke arah lapangan basket. Ruangan lukis itu benar-benar tepat berada di sebelah lapangan basket, namun hanya saja ruangan tempat dimana Zara terduduk saat itu berada di lantai dua sementara lapangan basket berada di lantai dasar. Ruangan yang berdinding kaca membuat Zara dengan sangat jelas melihat Vir yang sangat lihai memasukkan bola basketnya ke ring, dengan rambut yang mulai sedikit gondrong yang tengah di ikat dengan ikat rambut miliknya. Sejenak hati Zara merasa menghangat saat melihat senyum tawa Vir pada teman-temannya saat ia berhasil memasukkan bolanya ke ring.

"Wah dia benar-benar mengagumkan, pantas saja setiap wanita tak ada yang bisa menolak saat di ajak kencan olehnya." Celetuk wanita itu lagi menatap penuh kagum ke arah Vir.

Perkataan itu sontak membuyarkan lamunan Zara, mendengar itu Zara pun hanya terus diam dan memilih kembali melanjutkan lukisannya.

Hari itu, Zara banyak menghabiskan waktunya hanya untuk mencuri-curi pandang ke arah Vir yang masih asik bertanding basket. Hal itu pun membuatnya jadi lebih lambat menyelesaikan lukisannya dari teman-teman yang lainnya.

"Baiklah, kelas lukis selesai, segera tinggalkan hasil karya kalian dan tuliskan nama kalian di sisi bawah canvas masing-masing, agar besok saya mudah menilainya."

"Baik bu." Jawab para mahasiswa/mahasiswi dengan serentak.

"Bu, saya belum selesai, apa bisa memberikan waktu lebih?" Tanya Zara pelan.

"Lanjutkan saja jika belum selesai, tapi kamu akan sendirian disini."

Zara pun memandangi teman-temannya yang mulai bangkit dari duduknya dan siap meninggalkan kelas lukis yang cukup luas itu.

"Iya bu, tidak apa." Jawabnya kemudian meski dengan sedikit rasa takut dan ragu.

"Baiklah kalau begitu, ibu tinggal ya."

Zara pun hanya mengangguk pelan.

"Jangan lupa tuliskan namamu jika sudah selesai." Ucap dosennya sembari terus melangkah pergi.

Menghabiskan waktu sekitar 20 menit lamanya, akhirnya Zara pun berhasil menyelesaikan lukisannya. Ia pun langsung membereskan seluruh peralatan lukisnya, dan memasukkannya ke dalam tas.

*Ceklek*

Tiba-tiba saja suara handle pintu yang sengaja ditekan terdengar, tak lama pintu terbuka dan seseorang terlihat mulai memasuki kelas kursus melukis itu. Mata Zara seketika mulai membulat, saat mendapati pak Han, dosen kursus sastra Inggris masuk ke dalam ruangan tempat dimana hanya ada Zara seorang diri.

Tangan Zara yang kala itu sedang memegang peralatan lukisnya terlihat mulai gemetaran, ia terus menatapi wajah pak Han dengan penuh ketakutan.

"Tenanglah Zara, jangan takut. Saya datang kesini hanya ingin melihat-lihat karya lukis saja." Jelas pak Han dengan lembut dan terus melangkah mendekati Zara.

Zara yang terduduk hanya bisa terdiam, seolah di kursinya melekat erat sebuah lem hingga membuatnya tak mampu bergerak apalagi bangkit dari duduknya. Pak Han terlihat semakin dekat dengan Zara, tubuh Zara semakin berkeringat dingin namun sialnya, rasa takut yang berlebihan justru membuatnya tak mampu melakukan apapun.

Pak Han pun berdiri di belakang Zara, ia memandangi hasil lukisan Zara yang begitu apik dan kembali tersenyum.

"Lukisanmu sangat indah Zara." Ucap pak Han sembari kedua tangannya mulai memegang kedua pundak Zara.

Hal itu semakin membuat kedua bola mata Zara mendelik seolah nyaris keluar dari sarangnya. Tubuh Zara semakin gemetaran, ia benar-benar ketakutan hingga membuatnya terus *******-***** tangannya sendiri dan disusul pula dengan nafasnya yang mulai terengah-engah saking takutnya.

Kedua tangan pak Han mulai mengusap-usap lembut pundak Zara, lalu ia mulai mendekatkan wajahnya pada rambut Zara yang kala itu tengah terurai panjang, pak Han dengan penuh ***** mulai mencium aroma rambut Zara yang wangi, lalu kemudian kedua tangannya pun perlahan mulai ia pindahkan menuju syal yang melingkar di lehernya dan membukanya begitu saja.

Zara yang malang hanya bisa terdiam, rasa takutnya benar-benar sudah mengunci pergerakannya, tangannya terasa begitu lemas untuk melakukan perlawanan.

"Rambutmu sangat harum Zara, sangat nyaman ketika dicium." Bisik pak Han tepat di telinga Zara.

Hal itu sontak membuat air mata Zara mulai menetes, bibirnya pun terlihat semakin bergetar, namun tetap saja lidahnya begitu kelu untuk bersuara. Kini salah satu tangan pak Han, mulai bergerak menuju kerah baju Zara, dengan perlahan ia mulai memasukkan tangannya untuk meraba bagian gundukan daging milik Zara.

Air mata Zara semakin deras menyucur, namun sayangnya ia masih tak mampu berbuat apapun selain hanya bisa menangis tanpa suara. Mata pak Han mulai terpejam sembari terus menciumi aroma rambut Zara, di tambah pula ia menyadari tangannya yang serasa sudah hampir menyentuh bagian yang menjadi tujuannya, membuatnya semakin bergairah.

Namun sayang, tindakan pelecehan itu harus seketika terhenti saat ia mendengar suara dari belakangnya.

"Sejak kapan dosen sastra Inggris, jadi begitu peduli dengan lukisan?" Ucap Vir yang sudah berdiri tak jauh di belakang pak Han.

Pak Han seketika langsung berbalik badan, matanya sontak membesar saat melihat Vir.

"Tidak ada larangan bagi dosen untuk menyukai hal lain selain bidangnya. Lagi pula, apa yang sedang kau lakukan disini anak nakal? Bagaimana kau bisa masuk?" Ketus pak Han menatap tajam ke arah Vir.

"Anda mengunci pintu bagian depan, tapi sepertinya lupa untuk mengunci pintu yang ada di belakang. Bukankah itu sebuah kecerobohan yang fatal?" Ucap Vir dengan suara pelan, namun ia mulai melangkah mendekati pak Han dan meraih sebuah pisau yang terletak di atas salah satu meja.

Sebuah pisau kater yang tajam, yang biasa di pakai untuk meraut pinsil yang akan digunakan untuk melukis.

Melihat Vir yang mendekat ke arahnya dengan sebuah pisau di tangannya, sontak membuat pak Han jadi gelagapan, nyalinya pun mulai menciut dan ia pun mulai memundurkan langkahnya.

"Heh brandal, apa yang ingin kau lakukan dengan pisau itu ha?!" Tanya pak Han yang mulai nampak panik.

Vir pun melirik ke arah pisau yang ia pegang.

"Mari kita lihat hal apa yang bisa kulakukan dengan pisau ini, untuk memberi pelajaran pada dosen mesum sepertimu." Ucap Vir yang semakin mendekati pak Han.

Vir langsung meraih sebelah tangan pak Han, lalu mendekatkan pisau itu ke tangannya seolah ingin memotong jari-jarinya. Hal itu membuat pak Han semakin gemetaran, ia begitu ketakutan dan mulai berteriak untuk meminta tolong.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Nila Sari

Nila Sari

suka vir sm zaraaaa

2021-11-18

0

Wie Yanah

Wie Yanah

tuhh kan klw ga ad vir km pst udh di apa"in secra ngmg aja irit bgt pdhl lg di dlm musbh🙂

2021-11-07

1

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

first😍😍😍... smg tdk trjd apa2 ma vir

2021-10-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!