Eps 4

Tak lama Johan pun memanggil nama Vir, namun Vir juga sama sekali tak mendengar karena saat itu ia tengah sibuk mengganggu Zara.

"Virgaa!!" Teriak Johan yang langsung menatap tajam ke arah Vir yang kala itu terlihat asik mencolek-colek telinga Zara.

Hal itu sungguh membuat Johan hilang kesabaran, ia pun meraih penghapus dan siap untuk melemparkannya ke arah Vir.

"Virga!" Teriak Johan lagi sembari mulai melemparkan penghapus itu ke arah Vir.

Namun kali ini Vir dengan cepat tersadar, melihat penghapus tengah melayang ke arahnya, membuat Vir secara spontan menundukkan kepalanya, hingga akhirnya penghapus itu pun salah sasaran dan mengenai kepala Ken.

Ken yang merasa terkejut dan syok hanya bisa terdiam mematung, sementara Vir dan teman lainnya justru malah menertawakannya.

"Hahaha, astaga apa yang terjadi dengan wajahmu Ken?" Ledek Vir yang terus tertawa.

"Ternyata benar saja, baru satu hari aku sekelas denganmu, tapi sudah ketiban sial." Keluh Ken yang justru membuat Vir kembali terkekeh geli.

Zara pun akhirnya bergegas pindah ke kursi lain yang masih kosong, yang jaraknya sedikit jauh dari Vir. Vir dan Ken pun hanya terdiam memandangi Zara yang berpindah tempat duduk

"Jara benar-benar gadis yang aneh." Bisik Vir pada Ken.

"Namanya Zara bukan Jara, pakai Z!" Jelas Ken.

"Kenapa kau bisa tau? Apa kalian saling mengenal?" Tanya Vir.

"Aku teman sekelasnya waktu SMP." Jawab Ken singkat.

"Hah?! Benarkah? Tapi kenapa sikap kalian seperti orang asing yang tidak saling mengenal?" Tanya Vir yang kembali terkekeh.

"Awalnya Zara tidak begitu, dia bersikap layaknya gadis pada umumnya yang ramah dan ceria, namun setelah itu entah apa yang terjadi hingga sikapnya mendadak berubah jadi pendiam, ia seolah menutup diri, dan tak mau berteman pada siapa pun lagi terutama anak lelaki." Tutur Ken yang mulai menjelaskan.

"Memangnya kenapa dengan anak lelaki?" Vir pun mulai merasa penasaran.

"Entah lah, yang aku tau dia sangat tidak mau bersentuhan dengan lelaki, jangan kan bersentuhan, berdekatan saja sudah membuatnya seperti ketakutan. Melihat lelaki seperti melihat kotoran saja hingga sangat membuatnya jijik."

"Hah?! Apa separah itu?" Vir pun cukup dibuat terheran-heran.

"Pernah di sekolah kami mengadakan lomba dansa yang mengharuskan seluruh murid dari tiap kelas ikut lomba itu dengan cara berpasangan, tapi Zara sangat bersikeras untuk tidak mau ikut perlombaan itu, hingga kelas kami terancam di diskualifikasi dari perlombaan karena Zara tak ada pasangan menari, tapi akhirnya aku dengan ikhlas mengundurkan diri dan membiarkan pasangan dansa ku beralih ke pasangan yang harusnya jadi pasangan Zara." Ken menjelaskan dengan seutas senyuman lirihnya sembari mulai melamun.

"Wah, ternyata kau sungguh lelaki sejati." Vir menepuk bangga pundak Ken.

"Kurasa dia punya penyakit takut lelaki." Tambah Ken tiba-tiba sembari terus melamun.

"Memangnya ada penyakit seperti itu?" Vir mulai berfikir dengan memasang wajah bingung.

"Jadi saranku, jika kau berniat untuk memasukkannya dalam daftar wanita yang akan kau tiduri secara gratis, maka lupakan lah niat itu!" Tegas Ken seolah memberi peringatan pada Vir.

"Karena kau tidak akan berhasil, jadi jangan buang waktumu!" Tambahnya lagi sembari membuyarkan lamunannya.

"Ohhhh, begitu ya?" Vir pun hanya tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Pelajaran pun berlanjut dengan tenang, Vir yang tengah menulis tiba-tiba teringat akan lukisan yang ada padanya. Vir pun sontak menulis surat untuk Zara, ia *******-***** surat itu lalu melemparkannya ke arah Zara. Zara yang sedang menulis sontak menghentikan tulisannya saat melihat gumpalan kertas mendarat di atas mejanya, Zara melirik sejenak ke arah Vir, dan Vir pun tersenyum sembari mengedipkan sebelah matanya.

Melihat hal yang menurutnya mesum itu, membuat Zara langsung memalingkan wajahnya, ia pun menjatuhkan gumpalan kertas kecil itu ke lantai tanpa berniat untuk membacanya lebih dulu. Hal itu sontak membuat Vir yang awalnya tersenyum sangat percaya diri, kini harus melenyapkan senyumannya seketika.

"Hah?! Dia tidak mau membacanya? Aaagh yang benar saja." Gumam Vir dalam hati.

Namun bukan Vir namanya jika mudah menyerah dalam menaklukan hati wanita. Vir pun kembali menulis surat lalu melemparnya lagi ke arah Zara. Zara melirik lagi dengan wajah kesal, Vir pun memberi kode pada Zara agar mau membuka surat itu, akhirnya dengan sedikith ragu-ragu, Zara pun perlahan membuka surat itu.

"Gambar denah yang kau gambar untukku, di baliknya ada lukisan seorang ibu yang memeluk anak bayi." Isi surat dari Vir.

"Ha??!!" Zara yang membaca surat itu refleks berteriak hingga membuat semua orang yang ada di kelas itu menatapnya dengan tatapan aneh.

"Apakah barusan dia benar-benar berteriak? Aku bahkan baru sekali ini mendengar suaranya." Ucap salah seorang mahasiswa.

"Ada apa denganmu Zara?" Tanya Johan.

Zara pun langsung menggelengkan cepat kepalanya.

Vir yang melihat reaksi Zara pun akhirnya bisa tersenyum tpuas.

Tak berapa lama kelas pertama pun akhirnya selesai. Johan meninggalkan kelas itu dan tak lama di susul oleh para mahasiswa yang ikut berkeluaran dari kelas menuju kantin.

Zara memesan makanan dan membawanya ke meja yang kosong, perlahan ia mulai melahap makanannya dengan tenang. Tak lama Vir dan Ken pun terlihat datang ke kantin, tanpa sengaja sorot mata Vir langsung tertuju ke arah Zara yang kala itu sedang menyantap makanannya seorang diri.

"Hei Ken, tolong sekalian pesankan makananku!" Vir tersenyum sembari menepuk pundak Ken.

Tanpa ragu apalagi rasa malu, Vir pun bergegas menghampiri Zara, ia langsung saja duduk di hadapan Zara dan terus memandanginya dengan senyuman menggoda. Zara yang sebelumnya makan dengan tenang, mendadak langsung dibuat takut hingga langsung bangkit karena berniat untuk pindah.

"Percuma kamu pindah, aku akan mengikutimu dimana pun kamu duduk." Ucap Vir masih dengan senyumannya yang khas.

Mendengar hal itu sontak membuat Zara langsung terdiam.

"Lagi pula, meja di kantin ini sudah penuh, kamu mau pindah kemana?" Tanya Vir lagi sembari mulai bersandar di kursinya.

Zara yang terdiam pun perlahan mulai melirik ke arah sekitarnya, dan memang benar, saat itu kantin nampaknya sudah begitu ramai dan padat. Mau tak mau, dengan penuh rasa ragu dan cemas, akhirnya Zara pun kembali duduk di kursinya dengan keadaan kepala yang terus menunduk.

"Nice." Celetuk Vir pelan yang mulai semakin mengembangkan senyumannya.

Zara terus diam, terus tertunduk sembari terus memakan makanannya dengan gerakan sangat pelan.

"Hei, kau yang melukis itu ya?" Tanya Vir sembari menyandarkan dagu di atas tangannya yang sengaja ia lipat di atas meja.

Zara tidak menjawab.

"Siapa yang kau gambar?" Tanya Vir lagi sembari kembali tersenyum dan terus menatap Zara.

Sementara Zara lagi-lagi memilih bungkam sembari terus memakan makanannya dengan kepala yang terus tertunduk.

"Kalau kau masih terus diam begini, maka aku akan membuka paksa mulutmu dengan lidahku." Ucapan Vir kali ini sontak membuat Zara berhenti menyuapkan makanan ke mulutnya.

Dengan ragu-ragu dan penuh rasa takut, Zara pun akhirnya perlahan menatap ke arah Vir, lalu akhirnya dia pun membuka suara untuk pertama kalinya.

"Kenapa tidak membuangnya saja?" Ucap Zara pelan.

"Wahhh, ternyata suaramu bagus juga." Mendengar suara Zara untuk pertama kalinya, cukup membuat Vir sumringah hingga ia semakin melebarkan senyumannya.

"Eemm kenapa tidak membuangnya ya? Ya, karena aku tertarik pada gambar itu." Jawab Vir kemudian.

"Kenapa?" Tanya Zara singkat.

"Pertanyaan yang bagus." Vir pun terus tersenyum.

"Karena gambar itu membuatku terharu, gambar itu kembali membuatku teringat pada seorang ibu yang sudah lama menghilang dalam hidupku." Jawab Vir yang mendadak terlihat lirih dan memasang raut wajah murung.

Zara yang mendengar itu pun melirik lagi ke arah Vir yang terlihat sendu, Zara menatap lekat ke arah wajahnya sedikit lebih lama, namun kemudian ia tersadar dan kembali menundukkan kepalanya.

Vir yang melihat itu pun seketika mengganti wajah murungnya menjadi tersenyum kembali.

"Hei begini saja, bisa berikan nomor ponsel mu padaku? Kita bisa janjian makan diluar atau melakukan hal yang bisa membuat kita senang. Bagaimana?" Kata Vir yang terlihat kembali bersemangat.

Mendengar hal itu, membuat Zara kembali terdiam dan melanjutkan makanannya.

"Kau mulai diam lagi, aku rasa kau memang ingin aku membuka mulutmu dengan lidahku ya." Goda Vir lagi.

Mendengar hal mesum yang sama untuk kedua kalinya, cukup membuat Zara semakin tak tenang dan kesal. Ia pun langsung bangkit dari duduknya, meraih jaket serta tasnya dan kemudian langsung pergi meninggalkan Vir begitu saja.

"Hei teman, kenapa jadi begitu panik?" Vir pun tertawa sembari terus memanggil Zara.

"Ah benar-benar gadis yang aneh." Celetuk Vir yang terus tertawa sembari menggelengkan kepalanya.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Nila Sari

Nila Sari

lanjut author kuuuuhhh

2021-11-18

0

Wie Yanah

Wie Yanah

aq dh ksh pavorite💪💪💪

2021-11-07

0

Ririn Satkwantono

Ririn Satkwantono

thor.... lnjooot

2021-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!