Eps 3

Mereka hampir tiba di lantai dua, namun tiba-tiba langkah Vir perlahan terhenti ketika melihat seorang wanita yang sedang mengikat tali sepatu boots nya dengan posisi membelakangi mereka, ia memakai rok mini hingga menampilkan lekukan kaki jenjangnya yang begitu mulus.

"Wah lihat lah itu, kakinya terlihat sangat seksi." Ucap Vir sembari menepuk pundak Ken.

Vir pun langsung melajukan langkahnya menaiki sisa anak tangga sembari terus memandangi kaki indah itu. Namun saat semakin dekat dengan sang pemilik kaki yang indah itu, Vir kembali melambatkan langkahnya lagi.

"Tapi sepertinya aku pernah melihat kaki mulus ini sebelumnya." Gumam Vir lagi.

Tak lama, akhirnya wanita itu pun selesai mengikat tali sepatunya dan kembali berdiri tegak, ia pun refleks berbalik badan dan sedikit terkejut saat mendapati Vir dan Ken yang sudah berada di belakangnya.

"Siska." Vir pun terperangah saat akhirnya menyadari jika wanita itu adalah Siska, sang mantan kekasih.

Hal itu pun berhasil membuat Vir mendadak jadi tak bersemangat dan langsung menundukkan pandangannya.

Sementara Ken yang melihat reaksi Vir saat itu, pun jadi bergantian tersenyum puas dan mulai meledek Vir.

"Hai Vir, hai Ken." Sapa Siska yang terlihat sangat ramah.

Vir pun hanya terdiam lesu dan kembali melanjutkan langkahnya melewati Siska begitu saja

"Vir, aku sangat senang akhirnya kita bisa sekelas. Bukankah takdir seperti ingin menyatukan kita kembali? Hehe." Ucap Siska yang langsung mendekati Vir.

Namun Vir, saat itu ia terus bungkam, seolah benar-benar kehilangan minatnya untuk sekedar berbasa basi dengan Siska.

"Vir,, kenapa kamu diam saja? Vir, tolong jawab aku." Rengek Siska yang terus menyusul langkah Vir dan mulai merangkul manja lengannya.

Vir pun masuk ke kelas, dan langsung disambut dengan sorakan gembira serta berbagai sapaan untuknya dari adik tingkat yang mengaguminya.

"Hai Vir, akhirnya kamu datang" Sambut beberapa adik kelas wanita.

"Ya ampun kak Vir, apa kita sungguh jadi satu kelas sekarang? Ah senangnya." Celetuk seseorang lagi yang mulai histeris dengan kedatangan Vir.

"Hai, halo semuanya." Ucap Vir ramah sembari melambaikan tangannya.

"Vir, aku menelponmu semalam tapi kenapa kamu tidak mengangkatnya?"

"Hai Vir, bagaimana libur panjang mu?"

"Vir kau terlihat semakin tampan."

Berbagai sapaan dan pertanyaan terus terdengar secara bergantian dari adik kelas yang menyambutnya dengan semangat di kelas itu. Kecuali satu orang wanita yang sejak kedatangan Vir, ia terlihat hanya duduk terdiam di kursinya, dengan keadaan tertunduk sembari membaca bukunya tanpa berani melirik sedikit pun ke arah Vir.

Dan wanita itu adalah Zara, wanita yang selama ini di cap sebagai wanita aneh oleh teman-teman kampusnya. Bagaimana tidak di katakan aneh, setiap hari Zara selalu memakai pakaian yang berlapis-lapis, lalu di tambah pula dengan jaket atau pun sweater, tidak peduli entah itu cuaca sedang panas terik atau pun dingin. Bahkan, bisa di bilang, pakaian yang ia pakai setiap harinya terkesan hampir menutupi seluruh permukaan kulitnya kecuali wajah dan telapak tangan.

"Ayo kita duduk disana." Ucap Vir pada Ken sembari menunjuk ke arah dua kursi kosong yang berada tepat di samping Zara.

"Ayo." Jawab Ken yang langsung melangkah dengan penuh semangat menuju salah satu kursi itu.

"Heh Ken, disana hanya ada dua kursi kosong, dan aku yang akan duduk disitu bersama Vir, kau cari lah kursi lain!" Ucap Siska yang langsung menghentikan langkah Ken dengan tatapannya yang sedikit sinis.

"Oh ya sudah, aku sama sekali tidak keberatan." Ucap Ken santai yang kemudian ingin beranjak pergi untuk mencari kursi lain.

Namun Vir seolah tak membiarkan hal itu terjadi, ia pun langsung saja menarik jaket Ken dan menahannya.

"Kenapa kau mau pindah? Bukankah tadi kau yang bilang ingin duduk disini." Ucap Vir yang kembali memaksa Ken untuk duduk di kursi tepat di belakang kursi miliknya.

Melihat hal itu, Siska pun mendengus kesal dan akhirnya dengan terpaksa mencari kursi lain.

"Bagaimana? 40% : 60% ? Deal?" Bisik Ken yang kembali mencoba bernegosiasi pada Vir.

"Pembagian segitu siapa yang mau meladeni? Tidak mau!" Tegas Vir.

"Oh baiklah." Ken pun mulai tersenyum sinis.

"Siska apa kau mau duduk disini?" Teriak Ken yang perlahan ingin bangkit dari duduknya yang bertujuan untuk menggertak Vir.

"Aaaa apakah boleh? Tentu saja aku mau."

"Baik lah deal!!" Vir pun dengan cepat menyetujui permintaan Ken demi tidak duduk berdekatan dengan Siska.

"Good." Ken pun akhirnya tersenyum puas dengan jawaban Vir.

"Oh maaf, tidak jadi Siska, mendadak aku berubah pikiran." Teriak Ken lagi.

Ken kembali duduk di tempat duduknya, sementara Vir lagi-lagi harus duduk di kelas yang sama dengan para adik tingkatnya.

Vir pun ikut duduk di kursi yang ada di depan Ken dan kursi milik Vir tepat bersebelahan dengan Zara. Vir langsung mengeluarkan buku dari dalam tasnya sembari melirik kesana kemari untuk mencari mangsa baru yang bisa di kencaninya, ia melirik sejenak ke arah Zara yang terus tertunduk membaca bukunya.

"Hei Ken." Bisik Vir.

Ken pun memajukan tubuhnya untuk mendekat ke arah Vir.

"Sepertinya pertumbuhan adik-adik kelas ini sangat pesat sekali." Ucap Vir sembari berdecak kagum.

"Haaiish! Belum genap 10 menit masuk kesini, tapi kau sudah melakukan pemeriksaan tubuh pada semua wanita yang ada disini, dasar otak mesum!" Jawab Ken tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

"Baik lah, kali ini aku akan memberimu saran yang terbaik, sebaiknya kau jangan menyia-nyiakan kesempatan, kau ganti jurusan kedokteran saja. Itu sepertinya lebih cocok untukmu." Ungkap Ken lagi sembari terus tertawa.

"Benar juga, kedengarannya bagus hehe." Jawab Vir yang kemudian ikut terkekeh geli.

Zara yang duduk di samping kursi Vir ternyata bisa mendengar percakapan antara mereka berdua. Obrolan semacam itu, ternyata cukup membuat Zara semakin takut pada Vir yang kini tengah duduk tepat di samping kursinya. Dengan perlahan ia memasukkan semua buku-bukunya ke dalam tas, dia bersiap untuk bangkit dari kursinya dan berniat ingin mencari kursi lain yang berada jauh dari kursi Vir.

Namun tiba-tiba Zara harus menggagalkan niatnya karena pak dosen sudah terlanjur masuk ke kelas dan menyuarakan jika pelajaran sudah di mulai.

"Pelajaran di mulai." Ucap pak dosen begitu masuk dan duduk di kursinya.

Nama pak dosen itu adalah Johan.

Johan meletakkan bukunya di atas meja, lalu ia melirik ke arah Vir yang duduk di kursi kedua dari depan. Vir pun tersenyum menatapnya seolah tidak ada rasa segan sedikit pun, sementara Johan hanya bisa kembali menghela nafas lesu sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dia lagi, dia lagi." Celetuk Johan dalam hati.

"Baik lah, karena ini hari pertama kita kembali masuk kuliah, saya yang akan memanggil nama kalian satu persatu untuk mengambil absen." Ucap Johan lagi.

Johan pun mulai memanggil nama-nama mahasiswa yang ada di kelas itu satu persatu.

Zara mulai merasa sangat gelisah dan terus menundukkan kepalanya, sementara Vir yang sadar akan gelagat aneh Zara, akhirnya mulai mengamatinya lebih dalam. Hingga tiba-tiba Vir pun mulai mengernyitkan dahinya sembari memandangi Zara dengan jarak yang lebih dekat lagi.

"Hei, bukan kah kau gadis yang di taman kemarin?" Tanya Vir yang terlihat begitu sumringah seolah tak menyangka.

Alih-alih menjawab atau pun membalas tatapan Vir, Zara justru semakin memalingkan wajahnya dan terus diam.

"Apa kau lupa? Kau menggambar denah rumah sakit untukku, ingat tidak?" Tanya Vir lagi.

Namun Zara masih saja tetap diam dan terus memalingkan wajahnya, saat itu ia semakin merasa takut dan tidak nyaman. Namun Vir seolah merasa tak puas karena tidak mendapat jawaban dari Zara,

"Hei aku bertanya padamu, Kenapa kau diam saja?" Vir tanpa canggung pun langsung memegang tengkuk Zara, lalu memalingkan wajah Zara agar menoleh ke arahnya.

Hal itu pun sontak membuat Zara sangat terkejut hingga dengan spontan langsung menepis tangan Vir dan kembali tertunduk ketakutan.

"Hei, siapa namamu? Aku belum sempat berterima kasih kemarin." Vir tak pantang menyerah dan terus mengganggu.

Tak lama Johan pun memanggil nama Zara dari daftar absennya, Zara yang terus di ganggu oleh Vir awalnya tak mendengar panggilan dari Johan.

"Zara!" Johan pun memanggil sekali lagi nama Zara dengan suara yang lebih tinggi.

"Hadir." Zara sontak menjawab dan kembali menunduk.

"Jara? Oh jadi namamu Jara? Jara menggunakan huruf J atau huruf Z ?" Vir terus tersenyum mengganggu Zara.

Zara lagi-lagi terus diam, ia memilih kembali tertunduk dan membaca bukunya.

"Hei kenapa kau terus diam, Apa kau tuli? Tingtong tingtong." Vir tak henti-hentinya mengganggu Zara dan mencolek-colek telinga Zara.

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Nila Sari

Nila Sari

penasaran thorrr, up lagiiii

2021-11-18

0

Wie Yanah

Wie Yanah

trs zarra klw ketktn siapa yg akn nenangin dia....

2021-11-07

1

laurenz setyadi

laurenz setyadi

selalu karyamu gk prnh bkin gw bosan thoor👍👍👍

2020-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!