"Mas Bram kenapa diam saja.?!" Delia menggoyang - goyangkan tangan Bram.
Membuat Bram tersadar setelah memikirkan dalang dari semua lingeri yang ada di koper Delia. Siapa lagi kalau bukan sang mama, dia yang merencanakan bulan madu ini dengan rincian yang tersusun rapi.
"Bagaimana dengan bajuku.? Pasti tertukar saat di bandara tadi." Ujarnya setelah berhasil membuat Bram menatapnya. Delia menyayangkan baju - bajunya yang sebenarnya tidak tertukar, baju itu masih tersusun rapi dilemari kamar Bram setelah ibu mertuanya menukarnya. Baju yang Delia pilih untuk di bawa ke Bali adalah baju yang menurutnya paling bagus dan mahal, dia merasa rugi jika harus kehilangan baju - bajunya.
"Ya mau gimana lagi, kita tidak mungkin mencarinya kan. Dimana pemiliki koper itupun kita tidak tau." Jawab Bram santai.
Bram tentu saja tidak ingin memberi tahukan kebenarannya pada Delia. Delia pasti akan terus bertanya dan akan membuat Bram semakin pusing untuk menjawabnya.
Mama sangat keterlaluan. Batin Bram.
"Bajukuu,,," Wajah Delia mulai sendu, matanya berkaca - kaca hingga akhirnya meneteskan air mata.
"Kenapa kamu menangis.?"
"Mas Bram masih bertanya kenapa aku menangis.? Aku kehilangan bajuku.! Bagaimana aku tidak menangis." Delia merasa kesal dengan Bram dan semakin terisak.
Anak kecil ini sangat merepotkan.
"Delia, kamu hanya kehilangan baju. Bukan kehilangan suami.!"
"Bajuku sangat berharga, aku membelinya dengan uang tabunganku saat masih kuliah dulu."
Astaga,,, derajatku bahkan lebih rendah dari baju - bajunya. Bram mengusap wajahnya.
"Kenapa kamu harus menangis hanya karna baju.! Aku akan membelikan baju satu toko untukmu." Ujar Bram yang mulai geram.
"Benarkah.?" Delia segera menghapus air matanya, kini dia menatap Bram dengan mata yang berbinar. Mendengar Bram akan membelikan baju untuknya, Delia melupakan begitu saja bajunya yang entah kemana.
"Iya."
"Asiiikkk,,, terimakasih mas Bram,,,!" Teriaknya sambil memeluk Bram tanpa sadar. Delia bahkan berjingkrak kegirangan dan semakin erat memeluk Bram. Sedangkan yang dipeluk hanya diam saja. Perasaannya seperti sedang di aduk - aduk saat ini.
...******...
Pov Delia
Baju - baju yang menurutku paling bagus lenyap entah kemana, aku tidak tau kenapa koperku bisa tertukar. Sedih,,, tentu saja aku sangat sedih. Aku bersusah payah menabung untuk membeli baju itu tapi dalam sekejap hilang begitu saja. Beruntung mas Bram akan membelikan baju untukku, aku sangat senang mendengarnya. Tanpa sadar Aku memeluk mas Bram dan berjingkrak sambil memeluknya, tapi tidak adanya respon dari mas Bram membuatku tersadar.
"Eh,, maaf mas Bram." Aku segera menjauhkan tubuhku. Ku lihat mas Bram masih diam mematung, matanya tanpa berkedip terus menatapku. Aku segera memalingkan pandanganku untuk menghindari tatapan mata mas Bram yang seakan menembus hatiku. Sungguh mas Bram terlihat sangat tampan dengan tatapan mata yang mempesona. Aku mulai resah, takut hatiku menarik sinyal cinta jika terus berada didekatnya. Maafkan aku mba Ditha, aku berjanji tidak akan mencintai mas Bram. Batinku.
"Ayo buruan mas, katanya mau beliin aku baju.?" Aku sudah berjalan mendekati pintu, meninggalkan mas Bram yang masih diam. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, semoga saja mas Bram tidak salah paham karna aku memeluknya.
Mas Bram berjalan ke arahku.
"Ini sudah malam Delia, dimana ada toko baju yang buka.? Besok saja. Sebaiknya kita tidur sekarang." Mas Bram terus berjalan keluar, aku mengekorinya di belakang.
"Tapi setidaknya aku punya baju untuk tidur malam ini. Tidak mungkin aku tidur dengan celana jeans, aku tidak akan nyaman." Aku tidak punya baju selain yang melekat di tubuhku, kaos tshirt dan celana jeans, tidak akan nyaman untuk dibawa tidur.
"Coba kita cari dulu, siapa tau masih ada toko baju yang buka. Pleaseeee,,," Aku memohon dengan wajah yang dibuat memelas sambil menagkupkan kedua telapak tangan dan berdiri didepan mas Bram. Berharap mas Bram akan mengabulkan permintaanku.
Mas Bram tersenyum, tapi senyuman itu membuatku merinding. Entah kenapa aku punya firasat buruk dari arti senyumannya yang menyeringai sambil mendekat ke arahku. Seketika badanku terasa kaku, aku diam tak bergeming saat wajah mas Bram semakin dekat.
"Pakai baju yang tadi saja, aku suka.!" Bisiknya di telingaku, suara bass yang terdengar seksi membuatku menelan saliva dengan susah payah. Saat itu juga aku ingin merosot ke lantai, sekujur tubuhku terasa melemas.
Ku dorong dada mas Bram agar menjauh dari hadapanku.
"Ba, baju apa..!" Ucapku gagap. Aku sangat gugup dan gemeteran, bisikan mas Bram meluluhlantahkan perasaanku.
"Tentu saja baju yang ada di kopermu. Sementara pakai itu dulu untuk malam ini, besok baru cari baju untukmu. Baju yang sekarang kamu pakai harus dilepas, kamu akan membutuhkan baju itu untuk keluar hotel besok."
Penjelasan mas Bram membuatku berfikir. Benar apa yang dikatakan mas Bram, hanya baju yang melekat ditubuhku yang pantas aku pakai untuk keluar hotel. Jika aku memakainya untuk tidur malam ini, besok pasti akan kusut.
"Ta,," Tidak ku lanjutkan ucapanku saat menyadari mas Bram sudah menghilang dari hadapanku. Kemana dia, gumamku dalam hati. Ku langkahkan kakiku, melihat mas Bram sudah merebahkan tubuhnya di ranjang dengan mata yang terpejam membuatku bernafas lega. Tidak masalah jika aku pakai baju kekurangan bahan itu, mas Bram tidak akan melihatnya. Pikirku.
Aku mengambil satu selimut yang sudah tersedia di dekat ranjang, lalu pergi ke walk in closet untuk mengganti bajuku dengan lingeri kekurangan bahan itu. Aku menatap diriku dengan lingeri seksi yang melekat sempurna, lingeri warna maroon membuat kulit putihku semakin terliat bersinar, namun aku bergidik ngeri. Seumur hidupku tidak pernah aku memakai baju seperti ini.
Ku balut tubuhku dengan selimut serapat mungkin, hingga bagian leher dan kepala saja yang terlihat.
Aku memilih untuk tidak tidur di ranjang, langkahku terhenti di sofa panjang yang terletak diseberang tempat tidur. Ku rebahkan tubuhku di sofa yang empuk itu.
"Kenapa tidur di situ.?" Suara mas Bram mengaketkanku, aku menoleh dan saat itu pandangan mata kita bertemu dengan jarak yang lumayan jauh.
"Ayo sini,," Mas Bram menepuk ruang kosong disebelahnya, menyuruhku untuk tidur disana.
Aku menggeleng cepet.
"Tidak, aku tidur disini saja." Tolakku.
"Mau jalan sendiri atau aku gendong.!" Mas Bram memberiku dua pilihan namun tetap dengan satu tujuan. Di gendong ataupun jalan sendiri, intinya aku harus tidur diranjang bersamanya. Aku memilih cara aman, turun dari sofa dan segera bejalan ke ranjang. Tanpa ada penolakan lagi, aku sudah merebahkan tubuhku disamping mas Bram dengan selimut yang masih membungkus tubuhku.
Mas Bram melemparkan senyum padaku.
"Pinter.!" Serunya. Aku tak menggubrisnya.
"Ketengah lagi, kamu bisa jatuh kalau terlalu kepinggir." Pinta mas Bram. Bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, aku menuruti perkataan mas Bram. Ku geser tubuhku agar lebih ke tengah, namun masih ada jarak di anatara aku dan mas Bram karna ukuran kasurnya yang sangat besar.
Hening,,, tak lama aku mendengar dengkuran halus dari mas Bram. Syukurlah,,, aku bernafas lega. Mas Bram sudah tidur, aku merasa aman karna mas Bram tidak akan melihatku memakai baju minim dibalik selimut yang menutupi tubuhku. Aku memejamkan mata dan segera menyusul mas Bram ke alam mimpi.
Dering alarm dari ponselku membuat tidur nyenyakku terganggu, aku mulai mengerjapkan mata untuk mengumpulkan kesadaran. Namun aku merasakan sesuatu menindih bagian tubuhku. Aku menoleh kesamping, kulihat wajah mas Bram yang terlelap tepat dihadapanku. Aku menutup mulut rapat - rapat agar tidak berteriak.
Lagi - lagi posisi tidurku pindah ke tempat mas Bram, tapi kali ini mas Bram yang memelukku. Bahkan kakinya menindih pahaku. Jantungku berdetak kencang saat menyadari selimutku sudah terlepas dari tubuhku, hingga memperlihatkan tubuh yang hanya memakai lingeri seksi yang tersingkap ke atas.
"Mas Braaammm,,,,!!" Teriakku sambil mendorong tubuh mas Bram, dia bahkan jatuh kelantai akibat dorongan kuat yang aku lakukan padanya.
...****"****...
Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.
Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊
Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏
Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊
Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Nesa Satria
🤣🤣🤣🤣🤣🤣duh kasihan
2022-06-20
0
Pricila Bianca Aidelin
🤣🤣🤣🤣🤣 bisa patah tulang mas Bram sekembalinya dari bulan madu klo tiap malam jatuh dari t4 tudur,,,,,,
2022-03-10
0
EBI
ya ampun
2022-02-16
0