Pov Bram
Sudah 6 bulan Ditha koma sejak melahirkan anak pertama kami. Sejak saat itu duniaku terasa gelap, aku seperti kehilangan arah dan setengah jiwaku. Aku sudah lupa bagaimana rasanya bahagia, aku sudah lupa bagaimana rasanya tertawa lepas. Meskipun saat ini sudah ada Alea di hidupku, tapi aku merasa hampa tanpa Ditha. Aku sangat mencintainya, Ditha wanita yang sempurna dimataku. Sampai kapanpun dia akan selalu ada dihatiku.
Aku tidak menyangka jika koma yang dialami istriku selama 6 bulan ini membuatku harus menikah dengan adik iparku sendiri.
Orang tuaku yang sudah memintaku untuk menikah dengannya. Awalnya aku menolak dengan rencana orang tuaku yang tidak masuk akal itu. Bagaimana mungkin aku menikahi adik angkat istriku, sedangkan istriku masih hidup. Tapi akhirnya aku menyetujuinya, semua itu aku lakukan demi anak dan orang tuaku. Lagi pula aku menganggap pernikahan ini hanya sebatas status, aku tidak akan menyentuhnya sedikitpun.
Sore itu hari pernikahanku dan Delia, adik iparku. Sebenarnya aku merasa bersalah pada Ditha karna harus menikah lagi. Tapi aku tidak punya pilihan lain, karna orang tuaku terus mendesakku. Dia ingin aku dan Alea hidup normal layaknya keluarga yang utuh.
Beliau juga ingin Alea tumbuh dengan sosok ibu disampingnya. Orang tua ku dan orang tua Ditha tidak bisa setiap hari kerumahku untuk merawat Alea, karna jarak rumah kami yang lumayan jauh.
Aku melihat Delia keluar di dampingi mamah mertuaku. Aku hanya meliriknya sekilas kala itu, lalu kembali menundukan kepalaku.
Delia gadis cantik, sama seperti Ditha. Bahkan tinggi dan postur tubuhnya pun hampir mirip. Aku dan Delia cukup akrab, dia gadis yang ceria dan kekanakan. Aku bisa memakluminya karna usianya baru menginjak 22 tahun, lebih muda 8 tahun dari usiaku.
Pernikahan kami berjalan lancar, aku tidak punya kendala dalam melafalkan ijab qabul. Nama Delia dan Ditha sama dibagian belakangnya, sama - sama menggunakan Larasaty. Hanya saja nama bin nya beda, bukan nama bapak mertuaku. Karna Delia bukan anak kandung mereka.
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, keluarga besar dan orang tuaku sudah meninggalkan kediaman mertuaku satu jam yang lalu. Aku dan Delia pun pamit untuk kembali kejakarta.
"Mama titip Delia sama nak Bram, semoga Delia tidak menyusahkan nak Bram. Delia masih sangat manja dan seperti anak kecil, semoga nak Bram bisa memakluminya,," Tutur ibu mertuaku dengan raut wajah penuh kecemasan. Aku menganggukan kepala.
"Mama tengan saja, Delia tidak akan menyusahkan saya." Jawabku sekenanya. Tapi selama ini Delia memang tidak pernah menyusahkan ku, hanya saja dia selalu membuatku kesal dengan mulutnya yang cerewet.
Selama perjalanan pulang, aku dan Delia hanya diam. Sesekali aku meliriknya dari kaca sepion tanpa dia sadari. Delia terlihat canggung, sama dengan yang aku rasakan.
Padahal jika kita berada dalam satu mobil, suasa kita akan pecah karna saling meledek satu sama lain. Terlebih Delia yang susah diam saat sudah bicara. Tapi kali ini Delia diam seeibu bahasa.
Aku sudah memarkirkan mobilku di halaman rumah, tapi Delia masih diam melamun.
"Kamu tidak mau turun.!" Aku berusaha membuyarkan lamunan Delia dengan suara datarku. Delia sedikit tersentak, dia merapikan rambutnya yang menurutku tidak berantakan, lalu keluar dari mobil tanpa melihat kearahku.
Aku turun dan membuka bagasi mobil, sedangkan Delia bersiri disampingku.
"Kamu tidak akan kuat membawanya." Ujarku saat Delia berusaha mengambil kopernya yang sangat besar itu. Aku segera menutup bagasi lalu masuk kedalam tanpa melihat Delia.
Aku mengantar Delia dikamar atas, tepat disebalah kamarku.
"Ini kamar mu,," Ujarku setelah membuka pintu, aku memasukan koper besar itu kedalam kamar, lalu segera pergi meninggalkan Delia dan masuk kekamarku.
Aku sengaja menempatkan Delia dikamar terpisah, aku tidak mau kamar tempat aku dan Ditha memadukasih harus ditempati wanita lain sekalipun dia sudah menjadi istriku. Aku juga tidak ada niat untuk tidur atau meniduri Delia, dia sudah aku anggap seperti adik kandungku sendiri.
Aku merebahkan tubuhku diranjang, perjalan dari bandung ke jakarta membuatku sangat lelah. Aku menerawang langit - langit kamar. Aku tidak pernah memikirkan akan memiliki dua istri, apa lagi hubungan kedua istriku kakak beradik. Aku menggelengkan kepala tidak percaya, takdir seperti apa yang sedang aku jalani saat ini.
Setelah mengistirahatkan tubuhku selama 30 menit, aku menganti baju dan bergegas untuk kerumah sakit. Selama 6 bulan terakhir, aku selalu tidur dirumah sakit menemani Ditha.
Saat baru keluar dari kamar, aku mendapati Delia juga keluar dari kamarnya. Dia menanyakan kemana aku akan pergi, aku hanya menjawabnya singkat lalu segera pergi.
Sebenarnya aku merasa kasihan padanya, malam ini adalah malam pertama pernikahan kami, tapi aku meninggalkannya dan lebih memilih untuk tidur dengan kakaknya. Tapi lagipula kami juga tidak tidur satu kamar, jadi tidak akan ada malam pertama untuk ku dan Delia.
Aku melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, tak butuh waktu lama aku sudah sampai dirumah sakit tempat Ditha selama ini dirawat. Aku membuka pintu sambil tersenyum karna akan bertemu Ditha, meskipun Ditha tidak pernah membalas senyumku. Aku duduk dikursi yang ada disebelah ranjang Ditha. Ku pandangi wajah pucatnya yang masih terlihat cantik, aku menggenggam tangannya lalu meberikan kecupan disana.
Air mataku kembali tumpah saat mengingat kejadian 6 bulan yang lalu. Semua ini salahku, aku yang sudah membuat Ditha jadi seperti ini.
**//**
Flashback On
Siang itu aku sedang melakukan pertemuan dengan Klien disalah satu restoran besar di jakarta. Selesai bertemu dengan Klien, aku bergegas untuk kembali lagi kekantor.
Tapi langkahku terhenti saat aku melihat Ditha sedang makan siang bersama laki - laki di restoran itu. Tanganku seketika mengepal kuat, hatiku sangat sakit melihat Ditha bersama laki - laki lain.
Aku yang sudah dikuasai amarah segera menghampiri keduanya, tanpa bertanya kepada Ditha aku langsung menghajar laki - laki itu sampai berlumuran darah dan tersungkur di lantai. Aku tidak memperdulikan jeritan orang - orang yang ada disana, aku jutga tidak memperdulikan ucapan Ditha yang memintaku untuk untuk berhenti.
Aku menghajar laki - laki itu dengan membabi buta karna cemburu.
Laki - laki itu sudah tak sadarkan diri, Ditha menjerit sangat kencang tapi kemudian tubuh Ditha ambruk ke arahku. Aku segera mengangkat Ditha yang sangat berat karna kehamilannya yang sudah besar. Aku segera membawa Ditha kerumah sakit.
Ditha membuka matanya saat akan dibawa keruang UGD, tiba - tiba dia menjerit kesakitan dan memegangi perutnya. Saat itu aku sangat takut dan panik, bayi yang ada diperut Ditha belum waktunya lahir. Perkiraan lahir masih 3 minggu lagi.
Setelah mendapat pertolongan pertama dari dokter dan perawat, aku dipanggil untuk menghadap dokter keruangannya.
Dia menyanrankan untuk melakukan oprasi caesar pada Ditha karna dia sudah mengalami kontraksi dan ketubannya sudah pecah. Dokter tidak menyarankan untuk melahirkan normal karna kondisi Ditha sedang lemah saat ini.
****"****
Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.
Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊
Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏
Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊
Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Khodijah Cyti
seru nih ceritanya
2022-07-13
0
Nesa Satria
no komen ah
2022-06-18
0
Kireina
wuaduh...jgn2 selingkuhan ditha n anak selingkuhan😅
2021-12-29
0