Rendy adalah asisten pribadi Bram, usianya 29 tahun. Beda 1 tahun dari usia Bram, wajahnya juga tidak kalah tampan dari Bram. Hanya saja sampai sekarang dia belum menikah, bahkan pacar saja tidak punya. Entah wanita seperti apa yang ingin dia jadikan sebagai istri. Rendy terlalu pemilih untuk urusan yang satu ini, baginya pernikahan adalah hal yang sakral untuk dilakukan sekali seumur hidup. Dia tidak mau ada kegagalan dalam menjalani rumah tangganya nanti.
Bram dan Rendy dulu satu universitas saat kuliah, meskipun beda angkatan tapi hubungan mereka baik dan bersahabat hingga saat ini. Maka dari itu saat Bram menjabat sebagai CEO 4 tahun yang lalu diperusahaan ayahnya, dia meminta Rendy untuk menjadi slasisten pribadinya. Selain pintar, Rendy juga sigap dalam bekerja dan tidak pernah mengecewakannya.
Rendy masuk keruangan Bram, dilihatnya Bram sedang memengang foto Ditha yang selalu ada di meja kerjanya. Bram nampak tersenyum mandangin foto itu, satu tangannya mengusap - usap foto. Pemandangan itu selalu Rendy lihat setiap pagi. Tapi kali ini Rendy merasa ada yang beda dari Bram, wajahnya terlihat memancarkan sedikit sinar bahagia.
"Kau.!" Pekik Bram yang melihat asistennya sudah ada didalam ruangan. Bram meletakan kembali foto itu ditempatnya, lalu kembali melihat Rendy yang sedang menyengir kuda.
"Sepertinya kau sudah tidak membutuhkan tanganmu lagi." Sindir Bram. Karna dia tidak mendengar Rendy mengetuk pintu sebelum masuk keruangannya.
"Sorry Bram, diluar ada yang kesurupan kuda lumping. Saking takutnya aku sampe lupa ketuk pintu dulu." Memang benar yang Rendy katakan, karna buru - buru menghindar dari Amanda dia sampe lupa ketuk pintu.
"Hah..??" Bram terlihat bingung, dahinya mengkerut sempurna. Seumur - umur dia belum pernah mendengar ada yang kesurupan kuda lumping dikantornya. Kalo macan, ular dan lain - lain memang pernah.
"Apa kantorku seseram itu.? Besok panggilkan ustad untuk mengusirnya." Ujar Bram polos.
"Uffftthh,,," Rendy mengatupkan bibirnya menahan tawa yang hampir lolos. Bisa - bisanya Bram menganggapnya serius. Jika Rendy memanggil ustad kemari, pasti ustad itu akan meminta si kuda lumping untuk membenarkan gaya pakaiannya yang terlalu menempel dikulit.
"Lupankan saja,," Ujar Rendy, dia suduk didepan Bram. "Hari ini ada jadwal meeting jam 10, kau tidak lupa kan.?" Tanya Rendy mengingatkan. Walaupun Rendy sudah bisa menebak jawabannya.
"Aku tidak ingat." Jawabnya santai samnil membuka laptopnya. Tebakan Rendy sangat tepat.! Semenjak istrinya koma, Bram jadi pelupa. Mungkin karna pikirannya hanya fokus pada istrinya itu.
"Siapkan saja berkas - berkas yang diperlukan." Ujarnya lagi.
Rendy menghela nafas, pasti Bram melupakan berkas penting yang dia bawa pulang beberapa hari lalu.
"Sebaiknya kamu suruh orang rumah untuk membawakan berkas itu sekarang juga." Kata Rendy. Bram mengalihkan pandangannya pada Rendy dengan wajah yang teelihat bingung.
"Beberapa hari yang lalu kamu membawa pulang berkas itu,," Rendy langsung mengingatkan. Bram terlihat sudah mengingatnya, dia memijat pelan pelipisnya.
Bram menyadari jika belakangan ini dia sering melupakan hal penting yang menyangkut pekerjaannya, untung saja ada Rendy yang selalu mengingatkannya.
**"**
Selesai menyuapi Alea, aku membawa Alea kemarnya. Kamar yang cukup besar bernuasa pink khas kamar anak perempuan. Kamar itu dilengkapi dengan berbagai mainan anak dan boneka. Aku meletakan Alea di lantai yang beralaskan karpet halus. Aku sengaja membiarkan Alea dibawah agar Alea semakin pintar merangkak. Aku meletakan mainan didepan Alea untuk menarik perhatiannya supaya dia merangkak maju.
"Ayo Alea cantik ambil mainannya,,," Kataku sambil menggoyang - goyangkan mainan itu dedepan Alea. Alea sangat menggemaskan, dia tersenyum dan tangannya berusaha meraihnya.
Seseorang mengetuk pintu kamar Alea.
"Masuk,,," Teriakku. Aku menoleh kearah pintu saat pintu itu tebuka. Bi Santi masuk dengan memegang ponsel ditangannya, dia jalan kearahku dengan cepat. Aku hanya mengerutkan keningnya sambil menunggu Bi Santi menghampiriku.
Bi Santi menyodorkan ponsel itu padaku.
"Ada telfon dari pak Bram, non,,," Katanya. Aku segera mengambil ponsel itu.
"Tolong jaga Alea sebentar ya Bi, Amel sedang belanja keperluan Alea." Pintaku sambil bersiri dan menjauh dari sana.
"Ha,,," Aku menghentikan ucapanku saat mendengar suara kencang diseberang sana. Reflek ku jauhkan ponsel itu dari telingaku, aku tidak mau telingaku rusak hanya gara - gara mengangkat telfon.
"Ngapain aja kamu. Kenapa nggak jawab telfonku.!" Suara ketus nan kencang itu membuatku berdecak kesal.
"Mas Bram kesurupan ya.? Masih pagi udah marah - marah.!" Jawabku tak kalah ketus.
"Aku sedang menjaga Alea, ponselku ada dikamar." Jelasku. Aku tau pasti mas Bram berusaha menelfon ke nomorku. Saat ini yang ku pegang ponsel milik Bi Santi.
"Ambilkan map hitam yang ada di atas meja kerjaku, bawa ke kantor sekarang. Cepetan.!" Katanya tanpa basa - basi. Dia sudah kembali menyebalkan seperti dulu, batinku.
Tutt,,tutt,,tut,,
Panggilan terputus.
"Nggak punya akhlak.!" Aku menggerutu kesal. Belum sempat ku jawab sudah dimatikan telfonnya. Nyuruh kok maksa.
Aku kembali memghampiri Bi Santi dan Alea, ku berikan lagi ponsel Bi Santi padanya.
"Bi, saya mau ke kantor mas Bram. Mau nganterin barang mas Bram yang tertinggal, tolong jaha Alea dulu ya Bi." Pamitku padanya.
"Baik non,,," Jawabnya sambil mengangguk.
Aku keluar dari kamar Alea untuk bersiap dan mengganti baju di kamarku. Setelah selesai menggangi baju, aku mengambil map hitam di ruang kerja mas Bram. Ruangan kerjanya sangat rapi, foto mba Ditha dan mas Bram tersebat dimana - mana sebagai hiasan kamar. Aku jadi ingin mengunjungi mba Ditha, sudah satu minggu aku tidak kerumah sakit untuk menemuinya. Sebaiknya setelah pulang dari kantor mas Bram, aku akan mampir kerumah sakit sebentar.
Saat teringat ucapan mas Bram yang menyuruhku untuk cepat mengantarkan map hitam ini, aku segera bergegas keluar dan pergi kentor mengunankan taksi yang sudah ku pesan. Setelah 30 menit, aku sampai disana. Sudah lama juga aku tidak maem ke kantor ini, batinku. Aku menatap sekilas gedung besar yang menjulang tinggi itu sebelum akhirnya aku masuk kedalam.
Petugas resepsionis menyapaku, mereka sudah sangat mengenalku karna dulu aku sering tadang kemari bersama mba Ditha.
Aku menaiki lift khusus untuk menuju ruangan mas Bram. Saat pintu lift terbuka, aku disuguhkan dengan pemandangan yang membuatku terpaksa memutar bola mataku dengan malas untuk menghindari sekretaris mas Bram yang ganjen itu.
Dia sedang duduk dimeja kerjanya yang berjarak sekitar 6 meter dari pintu lift. Aku berjalan begitu saja melewati mejanya dan berhenti tepat di depan pintu ruangan mas Bram.
"Heh anak kecil.! Ngapain kamu kesini.!"
Suara yang menyebalkan itu mengusik telingaku. Ingin rasanya aku menyumpal mulutnya dengan sepatuku.
Aku menghela nafas sebelum akhirnya membalikan badan. Amanda sudah berada didepanku dengan memasang wajah garang dan masamnya saat menatapku. Dia memang tidak pernah suka saat aku dan mba Ditha datang kemari.
"A,,," Baru saja aku membuka mulut, tanganku sudab ditarik dari belakang.
"Kenapa lama sekali,," Itu suara mas Bram, aku bebalik badan saat mas Bram menarikku masuk.
"Wleee,,," Aku menjulurkan lidahku untuk meledek Amanda sebelum aku menutup pintu. Aku tertawa luas dalam hati, pasti saat ini dia menghentak - hentakan kakinya karna kesal.
****"****
Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.
Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊
Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏
Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊
Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Nesa Satria
amanda gak tau ajah kalau anak kecil itu istri big boz🤣🤣🤣🤣
2022-06-19
1
Dewi Nurmalasari
sama delia ajaaa
2022-03-15
0
Kadek Satiani
amanda mau jd ulet keket seperti yg di bilang rabdy 🤣🤣🤣
2022-02-21
0