Selepas mengobrol bersama kedua orang tua mas Bram, kami kembali ke kamar masing - masing. Lagi - lagi aku merasa kikuk karna berada dalam satu kamar bersama mas Bram dengan pintu yang tertutup. Mas Bram pergi ke ruang ganti, aku sudah bisa menebak jika mas Bram akan menghanti baju dan siap pergi ke rumah sakit. Aku tidak tau harus berbuat apa dikamar ini, ku ambil ponsel ku yang berada di atas nakas. Aku mendudukan diri disofa sambil memainkan ponselku.
Ku alihkan pandanganku saat melihat mas Bram keluar dari ruang ganti, dia sudah rapi.
Aku hanya melemparkan senyum kikuk saat dia melirikku. Ku fokuskan kembali mataku pada layar ponsel.
"Delia,,"
Aku mendongak menatap orang yang memanggilku, siapa lagi kalau bukan mas Bram. Entah sejak kapan dia sudah ada dihadapanku.
"Iya, ada apa mas.?" Tanyaku.
"Aku mau ke rumah sakit, jangan beri tahu papa dan mama jika malam ini aku kesana."
Ku tatap mata mas Bram yang seolah sedang memohon padaku.
"Pergi saja. Mas Bram pikir aku anak kecil yang suka mengadu." Jawabku cuek.
Tanpa melihat mas Bram lagi, aku kembali fokus ke ponselku.
Aku menengok saat mendengar pintu tertutup, ternyata mas Bram sudah keluar dari kamar. Syukurlah, batinku lega. Ku letakkan ponsel di sofa, lalu pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaianku dengan baju tidur.
Setelah mengambil baju tidur, aku segera melepaskan baju dan rok ku dengan membelakangi pintu. Aku membiarkan tubuh indahku hanya berbalut bra dan celana dalam saja, ku ambil baju tidur dan memakainya. Setelan piyama lengan pendek dan celana pendek dengan motif hello kitty, ini piyama favoritku.
"Mas Bram..!!" Aku tersentak kaget saat membalikan badan, mas Bram sedang berdiri diambang pintu yang tidak aku tutup.
Aku memejamkan mata sejenak melihat tatapan mata mas Bram yang sulit diartikan dengan wajah yang sedikit memerah.
Sesaat kemudian jantungku berdebar kencang. Bagaimana ini.? Apa mas Bram melihatku saat membuka baju.? Ya ampun mau ditaruh dimana muka ku jika mas Bram melihatku tidak memakai baju. Aku rasa saat ini jawahku sudah memucat karna panik dan takut. Mas Bram masih diam menatapku, aku menelan saliva dengan susah payah melihat ekspresi mas Bram.
Tenang Delia, semoga saja mas Bram tidak melihatmu tadi.
Ku langkahkan kakiku yang terasa gemetar untuk mendekat kearah mas Bram.
"Mas Bram, kenapa balik lagi.? Apa ada yang tertinggal.?" Aku sangat gugup mengatakannya.
"Tidak ada. Ada mama dibawah, dia melarangku pergi." Jawabnya cuek.
Mas bram masuk kedalam melewatiku begitu saja, aku memutar badan menatapnya. Mas Bram membuka jaket dan meletakan kembali di tempatnya.
"Lain kali tutup pintunya jika akan mengganti baju."
Mas Bram mengatakan itu tanpa menoleh kearah ku.
Badanku seketika membeku, itu berarti mas Bram melihatku. Ya Tuhan,,, bagaimana ini. Aku benar - benar sangat malu. Aku segera pergi meninggalkan mas Bram yang tadi sedang melepas sepatunya.
Aku memang bodoh, bisa - bisanya mengganti baju tanpa menutup pintu. Aku pikir mas Bram tidak akan kembali lagi kekamar.
Ingin rasanya aku berteriak dan keluar dari kamar ini, sungguh memalukan.
"Aaaaarrhhg...!!!" Erangku pelan sambil mengacak - acak rambutku.
Meski aku tau tubuhku halal untuk dilihat mas Bram, tapi tetap saja aku sangat malu. Pernikahanku dan mas Bram hanya atas dasar paksaan, tidak ada cinta diantara kami. Bagaimana mungkin aku tidak merasa malu saat mas Bram melihatku tanpa baju melekat ditubuhku.
Aku segera berlari ke sofa dan membaringkan tubuhku disana, aku meringkuk dengan menghadap sandaran sofa. Aku belum siap untuk melihat mas Bram, lebih baik aku menghindarinya dengan pura - pura tidur.
"Delia,,,"
Ya Tuhan,,, kenapa mas Bram harus memanggilku.
Aku semakin rapat memejamkan mata dan masih berpura - pura tidur.
"Deliaa,,,!"
Kali ini suara mas Bram semakin kencang. Tapi aku tidak memperdulikannya, aku sudah terlanjur malu padanya.
"Ciihh,, dasar anak ingusan. Cepat sakali tidurnya."
Sialan kamu mas,,, seenaknya ngatain aku anak ingusan.
Sesaat kemudian aku merasakan gerakan tangan dilunggung dan pahaku.
Asataga,,, tubuhku melayang. Pasti mas Bram yang mengangkatku.
Aku masih pura - pura tidur, aku tidak tau mas Bram akan membawaku kemanana. Apa mungkin mas Bram akan meletakanku dikamar mandi, setelah tadi sore aku mengerjainya. Bagaimana ini,,,
Ternyata dugaanku salah, mas Bram meletakanku di atas kasur empuk miliknya.
Beberapa detik kemudian aku merasakan hembusan nafas yang terasa hangat membelai wajahku.
"Mas Bram.!! Apa yang mas lakukan.?!"
Aku segera mendorong wajah mas Bram yang saat itu berada di atas wajahku dengan jarak yang sangat dekat. Aku bangun dan bersender dikepala ranjang, ku tarik selimut untuk menutupi tubuhku.
"A,, aku hanya memindahkan mu di ranjang."
Mas Bram terlihat gugup dan salah tingkah.
"Tidur disini saja. Badanmu akan sakit jika tidur di sofa." Katanya lagi.
"Terus mas bram tidur dimana.?"
"Aku.?" Mas Bram menunjuk dirinya sendiri.
"Tentu saja aku juga tidur disini."
Mas Bram naik keatas ranjang, dan merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku merasa mataku hampir keluar karna tidak percaya dengan yang aku lihat. Aku tidur satu ranjang bersama mas Bram.
"Jangan..!!!" Teriakku.
Mas Bram tersentak, di menatapku dengan tajam.
"Pelankan suaramu.!!" Ketusnya.
"Ini ranjangku kenapa aku tidak boleh tidur disini."
"Ta,,tapi tidak mungkin kita tidur satu ranjang."
Aku tidak berani menatap mas Bram.
"Apa masalahnya.? Kita sudah menikah, kamu bahkan memanggilku dengan sebutan 'suamiku'. Tidak salah jika kita tidur satu ranjang, kita bahkan bisa,,,,
"Stop.!!!" Aku langsung memutus ucapan mas Bram. Aku tidak mau mendengar kata selanjutnya yang pasti akan mengertikan untuk ku.
Aku turun dari ranjang, tanganku meraih bantal dan selimut lalu melenggang pergi mendekati sofa. Tidak mungkin aku akan tidur bersama mas Bram, bisa saja dia akan melakukan sesuatu padaku yang menguntungkan untuknya dan merugikan untuk ku. Tanpa memperdulikan mas Bram yang terus memanggilku agar kembali, aku terus melangkahkan kakiku.
Aku meletakan bantal diatas sofa, baru saja akan merebahkan tubuhku disofa, mas Bram sudah mengangkat tubuhku.
"Dasar keras kepala.! Sudah aku bilang badanmu akan sakit - sakit jika tidur disana."
Aku membeku menatap wajah tampan mas Bram, saat dia menatapku entah kenapa darahku terasa berdesis. Jantungku berdebar semakin kencang. Tidak.!! Aku tidak boleh memiliki perasaan padanya. Ini tidak benar, aku tidak mungkin menyukainya.
"Diam disini dan tidurlah,,," Ujar mas Bram setelah membaringkanku di ranjang. Aku masih dalam keadaan yang sama, diam membeku menatap mas Bram.
Aku memutar bola mata mengikuti langkah mas Bram yang berjalan mengitari ranjang kemudian naik dan merebahkan dirinya disampingku. Ku lihat mas Bram memejamkan matanya, entah dia akan tidur atau hanya pura - pura tidur seperti yang tadi aku lakukan. Tapi itu lebih baik, dari pada dia menatapku.
Aku meletakan guling ditengah - tengah ranjang sebagai pembatas, sepertinya begini sudah aman. Meskipun aku sedikit was - was, tapi akhirnya aku memilih untuk memejamkan mata.
...******...
"Aaaaaaa,,,,," Aku berteriak sekencang mungkin karna saat ini aku berada dipelukan mas Bram. Tidak.!! Setelah ku perhatikan, ternyata aku yang memeluk mas Bram.
Aku segera bangkit dan menjauh dari mas Bram.
"Berisik sekali.! Kenapa berteriak.?"
Aku terdiam mendengar suara serak khas bangun tidur yang terdengar sangat gagah.
****"****
Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.
Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊
Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏
Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊
Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
sherly
lucu banget Delia
2022-11-11
0
Nesa Satria
duh aduh aduh
2022-06-20
0
Riska Wulandari
aduhh deg degan
2022-03-06
0