Pov Delia
"Nggak ada yang mau sama kamu, percuma.!" Ketus mas Bram saat aku mengatakan ingin berpacaran dan menikah dengan Lee Min Ho atau Nam Joo Hyuk. Aku tau mereka tidak akan mau dengan ku, tapi apa salahnya jika aku berkhayal. Lagi pula tidak ada undang - undang yang melarang untuk tidak menghayal berpacaran atau menikah dengan aktor korea. Siapa tau berawal dari khayalan tiba - tiba menjadi kenyataan. Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak.
"Iya, cuma mas Bram yang mau.!" Ujarku asal bicara. Aku melirik mas Bram yang tiba - tiba terdiam setelah mendengar ucapanku. Dia terlihat melamun, matanya menerawang jauh.
"Itu juga terpaksa,,, Haha,,," Ucapku lagi, kemudian aku tertawa untuk mencairkan suasana yang mulai terasa canggung. Ku lihat mas Bram melirikku dan mengangkat sudut bibirnya yang sedikit dipaksakan.
Aku jadi penasaran apa yang ada dipikiran mas Bram saat itu. Dari yang ku baca melalui ekspresinya, sepertinya mas Bram ingin membenarkan ucapanku. Tapi mungkin saja dia tidak enak padaku. Ah sudahlah,,, lagipula apa pentingnya untukku, mas Bram terpaksa atau tidak menikah dengan ku, aku tidak akan mempermasalahkannya. Toh aku juga terpaksa,,,
"Aku berangkat dulu, titip Alea." Tiba - tiba mas Bram pamit dan berdiri tepat dihadapanku. Dia menundukan badannya, kepalaku reflek mundur karna kelapa mas Bram semakin mendekat ke arahku.
Syukurlah,,,, batinku.
Ternyata mas Bram mau mencium Alea. Bisa - bisanya pikiran suciku berkelana kemana - mana. Sepertinya ini efek terlalu banyak menonton drama korea dan membaca novel bergendre romantis, membuat pikiranku sedikit teracuni oleh adegan - adegan yang belum pernah aku lakukan.
Mas Bram kembali menegakllkan tubuhnya selesai mencium Alea.
"Alea cantik,, ayo salim dulu sama papa,," Aku memegang pergelangan tangan Alea yang gembul dan menyodorkannya pada mas Bram. Tapi mas Bram malah bengong dan mengerutkan keningnya.
"Papa mau salim nggak, Alea cape nih,," Ku buat suaraku seperti anak kecil sambil ku goyang - goyangkan tangan Alea. Tapi Alea malah terkekeh, mungkin Alea pikir aku sedang bercanda dengannya. Ku lihat mas Bram tersenyum lebar, dia meraih tangan Alea dan menempelkan punggung tangannya dibibir mungil Alea.
Mas Bram terlihat semakin tampan jika sedang tersenyum. Mba Ditha memang pandai dalam mencari pasangan. Mas Bram hampir sempurna, aku tidak melihat sedikitpun kekurangan darinya. Jujur, aku memang menyukai mas Bram sejak dulu. Tapi bukan berarti aku menyukainya dalam tanda kutip ("), aku menyukainya karna kagum dengan sifat dan fisiknya. Dan aku berharap suatu saat bisa mendapatkan pasangan yang sifat baiknya seperti mas Bram.
"Dadah papa, semangat kerjanya." Teriaku sambil melambai - lambaikan tangan Alea pada mas Bram yang berjalan menjauh.
Aku merasa lega saat mas Bram kembali tersenyum, aku berharap mas Bram bisa hidup normal lagi seperti sebelumnya. Saat ini aku harus terus mengencangkan do'a untuk kesadaran mba Ditha dari komanya. Aku ingin mereka hidup bahagia bersama. Setelah itu aku bisa mencari kebahagiaanku sendiri yang harus tertunda akibat pernikahan ini.
Aku ingin bekerja menggunakan keahlian dan kepandaianku. Aku sudah bersusah payah mendapatkan beasiswa dan meraih gelar sarjana dengan IPK tertinggi, sayang sekali jika aku hanya menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus suami mba Ditha dan keponakanku. Bukan berarti aku tidak ikhlas melakukannya, hanya saja aku ingin mencari pengalaman dan mengasah kemampuanku. Aku juga ingin membahagiakan orang tua ku dengan uang hasil kerjaku.
**"**
Bram meninggalkan Alea dan Delia sambil terus tersenyum sampai masuk kedalam mobilnya. Tidak biasanya Bram senyum selama itu semenjak Ditha koma. Biasanya Bram tersenyum saat sedang bersama Alea saja. Entah ada angin apa hingga membuat Bram terus tersenyum seperti itu.
Bram melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kantornya. Sepertinya hari ini dia akan datang lebih awal, karna keberangkatan Bram lebih cepat 20 menit dari biasanya. Saat sedang mengobrol dengan Delia, tiba - tiba saja dia mendadak ingin segera berangkat ke kantor.
Satu bulan setelah Ditha koma, Bram baru berangkat ke kantor lagi. Selama satu bulan itu perusahaan di handle oleh asisten pribadinya dan ayahnya. Satu bulan itu adalah masa terburuk Bram, tidak ada semangat hidup, tidak ada senyum, dia lebih banyak melamun. Untung saja orang tuanya dan orang tua Ditha selalu memberikan suport padanya. Hingga sekarang Bram mau beraktifitas seperti biasa lagi, walaupun kondisi psikisnya belum kembali seperti dulu lagi.
Bram memasuki kantor dengan sedikit rona bahagia diwajahnya. Para karyawan langsung menyapanya dengan mengucapkan selamat pagi serta membungkukan badanya. Bram menjawabnya sambil mengangguk dan tersenyum pada mereka. Selepas kepergian Bram, para karyawan itu saling pandang dengan tatapan penuh tanya.
Semenjak istrinya dikabarnya koma, mereka tidak pernah lagi melihat Bram tersenyum di kantor. Dia juga tidak merespon sapaan meraka, tapi pagi ini mereka dibuat heboh dengan kembalinya senyum sang Bos yang tampan. Meskipun senyum itu belum sepenuhnya mengembang dibibirnya.
Bram disambut oleh sekretarisnya saat akan memasuki ruangan kerjanya
"Selamat pagi Pak Bram,,," Sapa Amanda dengan suara yang terdengar menggoda, dia juga menyunggingkan senyuman yang dibuat agar terlihat manis. Tapi sayangnya malah terlihat menjengkelkan jika wanita yang melihatnya.
Bram melemparkan senyum pada Amanda, kemudian masuk kedalam ruangannya.
Begitu Bram menghilang dibalik pintu, Amanda langsung meloncat - loncat sambil menutup mulutnya yang hampir saja berteriak karna terlalu girang mendapatkan senyuman dari Bram yang sudah lama tidak dia dapatkan.
"Aaaaa,,, mimpi apa aku semalem." Ujarnya pelan sambil menepuk menepuk - nepuk pipinya. Amanda juga masih melompat - lompat kecil.
Dari kejauhan Rendy menghentikan langkahnya saat melihat Amanda melompat - lompat dan terlihat heboh sendiri.
"Ulet keket pagi - pagi udah kesurupan kuda lumping,,," Batin Rendy. Dia menatap Amanda dengan tatapan malas.
Entah apa yang salah dengan matanya, dia sama sekali tidak tertarik dengan Amanda yang memiliki tubuh seksi dan wajah yang bisa dibilang cukup cantik, juga berkulit putih. Setiap laki - laki yang baru pertama kali melihatnya pasti akan kagum dan tergoda dengan fisiknya. Seperti yang di alami oleh Rendy dulu, saat Amanda baru saja menjadi sekretaris Bram. Tapi sekarang,,, ya begitulah,, bisa ditebak sendiri respon Rendy terhadap Amanda.
Amanda menghentikan aksi konyolnya saat melihat keberadaan Rendy. Amanda bersikap santai dan tenang seolah dia tidak melakukan apapun. Dia tidak tau jika Rendy melihat atarksi kuda lumpingnya yang terlihat menjengkelkan bagi Rendy.
"Selamat pagi pak Rendy,,," Lagi - lagi Rendy dibuat menghela nafas kala mendengar suara Amanda yang terdengar tidak sopan ditelinganya. Tak lupa Amanda juga memberikan senyum manisnya sama seperti yang dia lakukan pada Bram.
Dengan berat hati dan terpaksa, Rendy menarik sudut bibirnya membalas sapaan Amanda. Jika yang melihat ekspresi wajah Rendy saat ini adalah orang normal dan peka, mereka pasti akan mengatakan jika senyum Rendy terpaksa dan sedang menunjukan ekspersi tidak suka. Tapi itu tidak berlaku bagi Amanda, dia akan selalu senang mendapat senyum dari Rendy apapun bentuknya.
****"****
Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.
Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊
Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏
Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊
Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Heny Rahmawati
Jangan2 ,laki2 yg dihajar Bram itu bapaknya Alea????????????
2022-02-05
0
Anna Malik
Amanda jan jadi Pelakor ya.. sama si Rendy aja.
2021-09-06
1
quinzha chindy
calon pelakor deh tuh ulat keket
2021-08-15
0