Bram menarik Delia kedalam ruangannya, dia melepaskan tangan Delia setelah membawanya kedepan meja kerjanya.
Dengan malas Delia menatap Bram.
"Nih,,,!" Ujar Delia yang terlihat malas sambil menyodorkan map yang diminta oleh Bram.
"Makasih." Ucapnya datar. Bram mengambil map itu lalu duduk dikursi kebesarannya dan mulai mengecek isi map itu. Delia dibuat menggelengkan kepala olehnya.
"Cuma makasih doang nih.?" Kata Delia kesal. Padahal untuk datang kekantor ini Delia memakai taksi dan bayar dengan uangnya sendiri, bisa - bisanya Bram hanya mengucapkan terima kasih padanya. Delia bermaksud menyindir Bram agar Bram memberikan ongkos kirim dan mengganti uangnya yang sudah dia pakai untuk membayar taksi.
Bram mengangkat kepalanya yang tadi tertunduk, dia menatap Delia yang sedang memasang wajah cemberutnya.
"Lalu,,?" Tanya Bram. Delia semakin kesal dibuatnya, kenapa Bram tidak peka sama sekali.
Delia ingin mengatakan langsung tapi dia merasa malu pada Bram.
"Ah,,, dari pada rugi mending aku buang rasa maluku untuk saat ini. Uangku juga sudah menipis, enak saja jika tidak diganti,," Batin Delia.
Peduli apa tentang penilaian Bram padanya, lagi pula lebih baik Delia jujur pada Bram daripada dia kesal dibelakang karna Bram tidak mengganti uangnya.
Tanpa rasa malu Delia mengulurkan tangannya pada Bram dan menengadahkan telapak tangannya.
"Ongkos kirim dan uang taksi.!" Kata Delia tanpa basa - basi. Bram terlihat menahan tawa mendengar ucapan Delia, pantas saja mukanya cemberut. Bram sama sekali tidak berfikir sampai kesitu.
Bram merogoh saku jasnya, dia mengambil dompet. Delia tersenyum lebar melihatnya, akhirnya diganti juga, batin Delia.
Bram mengeluarkan kartu atm dan menyodorkan pada Delia, membuat Delia mengerutkan keningnya.
"Aku minta uang mas, bukan kartu atm.!" Tolaknya.
"Ambil saja, ini untukmu." Ujar Bram sambil menggerakan tanganya, memberikan kode agar Delia mengambilnya.
"Aku mau uang cash aja." Tolak Delia lagi, Dia tetap tidak mengambil kartu atm itu.
"Aku tidak punya uang cash saat ini." Jelas Bram. Delia mengerutkan keningnya tak percaya.
"Jangn bohong mas.!" Katanya. Bram terlihat menghela nafas kesal.
"Baiklah, kamu yang minta uang cash." Bram meletakan kartu atm di meja, lalu kembali membuka dompetnya, dan menyodorkan satu lembar uang kertas pada Delia.
"Haaahhh.??" Delia dibuat melongo melihat uang 10 ribu ditangan Bram. Sungguh memalukan, seorang CEO cuma punya uang cash 10 ribu di dompetnya.
"Ambil." Kata Bram menyodorkan uang 10 ribu itu, Delia berdecak kesal.
Dia melirik atm yang tegeletak dimeja, tanganya dengan cepat mengambil atm itu. Bram mengulum senyum melihat tingkah Delia.
Ujung - ujungnya di ambil juga, Batin Bram.
"Langsung kirim nomor pin nya ya mas." Ujar Delia lalu menyengir. Dia segera keluar dari ruangan Bram dan melambaikan tangan sebelum menutup pintu.
Bram tersenyum sambil menggeleng - gelengkan kepalanya, sejak dulu tingkah Delia selalu membuatnya ingin tertawa.
Ongkos taksi 50 ribu, ongkos kirim 50 ribu. Aku ambil 500 ribu nggak apa - apa kali ya. Batin Delia sambil cengengesan, dia memasukan kartu atm itu kedalam tasnya.
"Apaan sih tante.!" Ketus Delia saat Amanda menghalangi jalannya. Mata Amanda melotot sempur mendengar Delia memanggilnya tante. Umurku hanya beda 6 tahun dengannya, bisa - bisanya bocah itu memanggilku tatante. Batin Amanda kesal.
"Kurang ajar banget kamu yah.!! Seenaknya panggil tante.! Kamu pikir aku tantemu.!" Ketus Amanda.
"Iih,, siapa juga yang mau punya tante kaya tante.!" Jawab Delia cuek.
Amanda memang selalu membuat ulah jika dia datang ke kantor. Ada saja kata - kata atau tingkahnya yang selalu membuat Delia kesal.
"Kurang ajar banget kamu yah.!!" Tangan Amanda terangkat ingin menampar Delia, tapi Delia segera memegangnya.
"Tante mau masuk penjara.? Lihat tuh ada cctv.!" Delia menunjuk cctv yang tak jauh dari tempat mereka. Dengan kesal Amanda menarik tangannya dan meninggalkan Delia dengan perasaan dongkol.
"Baru gitu aja udah kabur." Gumam Delia. Dia tertawa kecil melihat kepergian Amanda.
Sejak awal Delia sudah punya firasat jika Amanda menyukai Bram, maka dari itu dia bersikap ketus pada Ditha dan Delia. Mungkin dia cemburu dengan wanita yang dekat dengan mas Bram.
"Delia,,," Rendy menghampiri Delia yang akan masuk kedalam lift. Delia berbalik badan dan mengurungkann niatnya untuk tidak masuk kedalam lift yang sudah terbuka.
"Eh,, mas Rendy. Apa kabar mas.? Lama nggak ketemu." Ujar Delia ramah. Sorot mata Rendy dalam menatap Delia, dia tersenyum lebar sebelum menjawab pertanyaan Delia.
"Baik, bagaimana kabarmu.? Kamu sudah wisuda bukan.?" Wajab Rendy, lalu bertanya balik.
"Seperti yang mas Rendy lihat, aku baik - baik saja." Katanya. "Sudah, 2 minggu yang lalu." Jawab Delia.
"Wah selamat atas gelar mu,," Rendy menulurkan tangan, Delia menyambutnya. Dia tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Rendy.
"Kamu tidak ada rencana untuk mentraktirku makan siang sebagai perayaan kelulusanmu.?" Ujar Rendy.
"Baiklah, aku akan mentraktir mas Rendy nanti. Aku barus pulang dulu mas, ada perlu." Delia melemparkan senyum lalu masuk kedalam lift.
"Ok, aku tunggu." Kata Rendy. Dia melambaikan tangan untuk membalas lambaian tangan Delia.
Delia gadis polos dan ceria menurut Rendy, dia juga baik dan ramah pada siapapun.
Saat pertama kali Rendy bertemu dengan Delia, mereka bisa langsung akrab begitu saja.
"Mungkin ini waktu yang tepat,,," Batin Rendy. Dia tersenyum menatap pintu lift yang sudah tertutup.
Delia baru saja keluar dari kantor, dia mengambil ponselnya yang bergetar.
Delia tersenyum lebar sambil menatap layar ponselnya.
"Mas Bram memang best, dia gerak cepat." Gumam Delia.
Dia mengingat - ingat nomor pin yang dikirim oleh Bram, lalu pergi ke atm terdekat yang ada disebarang kantor Bram.
"Ya ampun,,," Pekik Delia tak percaya saat melihat nominal yang tertera dilayar mesin atm. Matanya membulat sempurna, dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Apa aku tidak salah lihat,,," Delia mengucek - ucek matanya lalu kembali melihat layar mesin atm. Ternyata dia tidak salah lihat, memang ada 3 digit angka didepannya.
Delia mengambil uang sesuai rencana awalnya, yaitu 500 ribu.
Dia memesan taksi untuk pergi ketoko bunga, setelah itu Delia pergi kerumah sakit.
Dalam perjalanan kerumah sakit, Delia mengetik pesan yang akan dikirimkan pada Bram.
Aku ambil uang mas Bram 500 ribu. Hehe,,
Setelah mengirimkan pesan itu pada Bram, Delia memasukan ponselnya lagi kedalam tas.
Disana Bram hanya membaca pesan itu tanpa membalasnya, dia tesenyum. Sebenarnya Bram sudah tau tantang itu, karna dia sudah membaca notifikasi yang masuk di ponselnya tentang penarikan uang itu.
Setelah itu Bram mematikan ponselnya dan menyimpannya, dia harus bersiap untuk meeting siang ini yang akan dimulai dalam 20 menit lagi.
**/**
Taksi yang Delia tumpangi sudah sampai dirumah sakit, Delia melenggang keluar sambil mendekap buket bunga yang sangat cantik. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu kakak tercintanya. Dia rindu bertengkar dan berdebat dengannya. Dengan lankah yang cepat, Delia menunuju ruangan dimana sang kakak dirawat. Langkah Delia terhenti saat melihat ada laki - laki berpakaian sanbat tertutup baru saja keluar dari ruangan Ditha.
****"****
Haii para readers,,,, Makasih sudah mampir untuk membaca novel ini. Makasih juga untuk dukungan dan semangatnya yah.
Jangan lupa selalu tinggalkan Like dan Komennya disetiap bab, agar Author lebih semangat lagi😊
Beri Vote dan Rate jika berkenan😊🙏
Untuk yang mau kasih kritik dan saran boleh banget, selama mengunakan bahasa yang baik dan sopan tidak ada ungsur menghina, Author akan terima dengan senang hati😊
Semoga novel ini bisa menghibur kalian semua.😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Alif-balqis Faiha
bapaknya alea..mantan kekasih ditha
2022-10-13
0
Khodijah Cyti
mungkinkah laki2 yh bersama ditha sebelum kejadian?
2022-07-14
0
Khodijah Cyti
telat Rend, dia istrinya big bos sekarang
2022-07-14
0