Aku membereskan baju ku dan menatanya didalam lemari. Mulai hari ini aku akan tinggal disini dan entah sampai kapan. Aku bersyukur karna mas Bram membiarkanku untuk tidur dikamar terpisah. Padahal saat diperjalanan tadi, aku memikirkan bagaimana caranya untuk bilang pada mas Bram jika aku belum siap tidur satu kamar dengannya. Tapi ternyata aku terlalu percaya diri, untung saja aku belum mengatakannya pada mas Bram. Mau ditaruh dimana muka ku jika aku mengatakannya.
Ternyata baju dan barang - barang yang aku bawa cukup banyak, membuatku lelah dan tengorokan terasa kering setelah merapikannya. Aku keluar kamar untuk pergi kedapur, langkahku terhenti saat melihat mas Bram yang juga baru saja keluar kamar.
Dia sudah mengganti pakaiannya dengan baju santai tapi sangat rapih. Di usianya yang sudah menginjak 30 tahun, mas Bram masih terliha sangat muda.
"Mau kemana mas.?" Tanya ku basa - basi untuk memecah keheningan, karna kami hanya saling pandang.
"Ke rumah sakit." Jawabnya singkat, dia menutup pintu lalu turun kebawah. Aku merasa sikap mas Bram pada ku jadi berubah, dia sangat cuek dan terlihat canggung. Mungkin sama dengan yang aku rasakan saat ini.
Setiap malam mas Bram selalu kerumah sakit, dia akan tidur disana untuk menemani istri tercintanya dan akan pulang kerumah jam 5 subuh. Sejak dulu orang tuanya dan orang tua ku sudah melarang mas Bram agar tidak setiap hari tidur dirumah sakit, tapi keinginannya tidak mau dibantah oleh siapapun.
Padahal disana sudah ada dua perawat yang sengaja mas Bram bayar khusus untuk menjaga mb Ditha secara bergantian. Tapi mas Bram memilih untuk menemani mba Ditha setiap malam, sepertinya dia tidak bisa tidur jika tanpa mba Ditha disisinya.
Melihat mas Bram yang begitu setia menemani mba Ditha disaat kondisinya yang sedang koma, aku jadi merasa iri padanya. Andai saja aku bisa menikah dengan orang yang mencintaiku dan setia padaku, seperti yang mas Bram lakukan pada mba Ditha, pasti aku akan sangat bersyukur dan bahagia.
Aah,,, khayalanku terlalu tinggi. Sekarang aku sudah menikah, dan tidak tau akan seperti apa nasibku nanti.
Aku pergi ke kamar Alea setelah meneguk air mineral didapur. Saat pernikahan tadi sore Alea memang tidak dibawa, karna Alea baru saja sembuh dari demamnya. Kubuka pintu kamar dengan perlahan, dia sedang tidur bersama baby sitternya. Ponakan cantikku yang malang,,,
Lagi - lagi aku meneteskan air mata saat melihat Alea yang tidur terlelap. Sejak dia lahir kedunia ini, dia belum bernah digendong oleh ibunya. Setelah mengecup kening Alea sekilas, aku kembali lagi kekamar. Aku takut tidur pulas Alea terganggu karna kedatanganku.
Bagaimana dengan malam pertama kami.? Jangan ditanya lagi, mas Bram bahkan tidak tidur dirumah. Lagipula aku juga tidak mengharapkan itu terjadi.
**//**
Jam sudah menunjukan pukul 04.30, aku bangun dan segera mandi lalu melaksanakan sholat subuh. Tak lupa aku menyematkan do'a untuk kebahagiaanku juga kebahagiaan kedua orang tuaku, serta untuk kesembuhan mba Ditha. Aku turun kebawah untuk membuat sarapan, aku menuruni tangga dengan menundukan kepalaku karna aku sedang mengikat rambut.
Aku menghentikan langkah karna tubuhku terhalang oleh badan tinggi dan dada bidang mas Bram. Aku mengangkat kepala, begitu juga dengan mas Bram. Mata kita saling bertemu dan beradu, aku menjadi kikuk saat mata mas Bram begitu dalam menatapku.
"Maaf mas,," Kataku. Aku bergeser ke sebelah kanan agar tidak menghalangi jalan mas Bram.
Tidak ada kata - kata yang keluar dari bibir seksinya, dia hanya melemparkan senyum tipis kearahku lalu naik ke atas.
Aku menghela nafas saat mas Bram sudah menjauh, rasanya sangat lega setelah beberapa saat jantungku berdetak kencang dan gugup karna sangat canggung. Aku melanjutkan kembali langkahku menuju dapur.
Satu jam setengah aku berkutat didapur untuk membuat sarapan. ART sudah ku suruh untuk mengerjakan perjaaan yang lain saat dia ingin membatuku memasak. Alea sedang dimandikan oleh baby sitter, aku sedang membuat MPAsi untuk Alea yang saat ini genap berusia 6 bulan. Aku mencari resep MPAsi di youtube karna aku belum pernah membuat MPAsi sebelumnya.
"Alea sayang sudah cantik dan wangi,,," Aku mengambil Alea yang sedang berada digendongan baby sitter.
"Sekarang Alea makan dulu,," Ujarku lagi sambil berjalan kearah dapur. Alea tersenyum, pipinya yang cubby sangat menggemaskan. Tangan gembulnya berusaha meraih wajahku. Aku tertawa gemas dibuatnya, tanpa aku sadari mas Bram sedang berjalan dibelakangku. Suara dehemannya membuat aku menoleh kebelakang.
"Eh,, mas Bram." Aku sedikit kaget.
"Alea cantik, gendong papa dulu yah," Aku mendekat kearah mas Bram dan memberikan Alea padanya. Aku sudah tau kebiasaan mas Bram jika setiap pagi dia akan menggendong Alea sebelum berangkat ke kantor.
Aku melihat mas Bram memperhatikanku saat aku memberikan Alea padanya, tapi aku segera mengalihkan pandanganku dan fokus memberikan Alea padanya. Mas Bram duduk didepan meja makan sambil memangku Alea, mas Bram sedang mengajak Alea berbicara.
Pemandangan itu membuat hatiku tersayat, sungguh kasihan Alea dan mas Bram harus menjalani hidupnya tanpa mba Ditha.
"Sarapan dulu mas,," Aku meletakan mangkuk berisi MPAsi Alea di atas meja. Lalu mengambilkan makanan untuk mas Bram.
Dia sangat cuek, tidak memberikan respon apapun. Padahal aku sedang berusaha menghilangkan kecanggungan diantara kami dengan bersikap santai seperti saat kami masih berstatus ipar.
Dulu mas Bram dan aku sering bercanda, aku menganggapnya seperti kakak kandungku sendiri. Tapi sikap mas Bram berubah saat mulai ada pembicaraan mengenai pernikahan kami. Dia seolah menganggapku orang asing, aku juga jadi merasa canggung dengannya.
Aku mengambil Alea dari gendongan mas Bram.
"Alea makan dulu yah,,," Bicaraku aku buat seperti anak kecil. Mas Bram melirikku dengan dahi yang mengkerut.
"Makan.?" Mas Bram terlihat bingun.
"Hari ini Alea genap 6 bulan mas, sudah boleh dikasih makan." Jelasku. Aku duduk disebelah mas Bram dengan jarak satu kursi.
"Delia.!" Suara mas Bram terdengar ketus ditelingaku. "Jangan sembarangan memberinya makan, kamu belum pengalaman dalam mengurus anak. Jangan sok tau.!" Aku menghela nafas, entah kenapa kata - katanya membuat dadaku sesak.
Tenang Delia,, kamu harus sabar,,
"Mas Bram bisa cari tahu di google. Bayi usia 6 bulan sudah boleh diberi makanan pendamping asi. Lagi pula aku bukan memberi Alea nasi, ini bubur yang sudah aku blender dengan sangat halus." Jelasku sambil menyodorkan mangkuk itu didepan mas Bram.
"Mas Bram tidak perlu mempertegas jika aku tidak berpengalaman dalam mengurus anak. Aku bahkan masih anak - anak.!" Jawabku kesal. Aku sengaja menyindir mas Bram, karna dulu dia sering meledekku anak kecil.
"Asal mas Bram tau, aku sudah belajar lewat google dan youtube cara mengurus bayi yang benar." Aku bangkit dari dudukku sambil menggendong Alea dan membawa mangkuk makan milik Alea.
...****"****...
Mampir ke Novel baru othor yuk,, jadiin favorit aja dulu, karna baru up 9 bab. Cusss langsung,,😁
Jalan ceritanya dijamin bikin greget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Alif-balqis Faiha
kayaknya aku dulu pernah baca nih novel...sekarang baca lagi🤗🤗
2022-10-13
0
Sweet Girl
anak kecil, bisa bikin anak kecil
2022-09-01
0
Nesa Satria
Delia👍👍👍
2022-06-18
0