Bab 19

"Kamu akan tinggal di kamar ini lagi sampai kakimu pulih kembali." ucap Angkasa setelah meletakkan tas berisi baju - baju Binar kedalam lemari.

Setelah kedatangan ayah dan ibu tiri Angkasa siang tadi, Binar sudah dapat meninggalkan rumah sakit pada sore harinya. Dan disinilah dia sekarang di kamar yang pernah ia tinggali selama satu malam. Jujur, jika ingin mengingat kembali Binar sangat malu sebenarnya. Bagaimana tidak, dengan berani Binar datang kesini dan meminta Angkasa menikahinya. 

"Kenapa bengong?" tanya Angkasa sembari mendekati Binar yang masih duduk di kursi rodanya.

"Tidak, tidak ada apa - apa." jawab Binar

"Mengingat masa lalu?" 

"Masa lalu apa?"

"Apa lagi, masa awal kamu datang ke sinilah." 

Binar yang merasa malu pun mencoba mengalihkan pembicaraan, "Ahh aku haus boleh minta air, air yang dingin."

"Tunggulah sebentar, akan ku ambilkan."

Setelah melihat Angkasa yang berjalan keluar kamar Binar pun mendesah lega. 

"Akhirnya, kenapa dia itu suka sekali membuat orang malu." gerutu Binar

~tingg

Suara pesan masuk di ponsel Binar. Binar segera membuka pesan tersebut.

"Kamu sudah sampai di rumah? Maaf aku tidak bisa menjengukmu di rumah sakit, kemungkinan juga tidak akan bisa menjengukmu di rumah Angkasa." 

Pesan tersebut berasal dari Hadrian. Binar tau Hadrian pasti masih merasa bersalah dengannya, namun karena keadaan Hadrian tidak bisa menjenguk Binar. Dan Binar bisa memaklumi itu.

"Iya aku sudah sampai di rumah Angkasa. Tidak apa, aku sudah jauh lebih baik. Bagaimana keadaanmu?"  balas Binar

~tingg

Suara pesan masuk kembali terdengar.

"Aku juga sudah jauh lebih membaik. Aku doakan semoga kamu cepat kembali pulih dan kita bisa makan siang buatan ibuku kembali."

Binar tersenyum, "Tentu, you too. Cepatlah pulih. Terima kasih untuk doanya." 

"Apa yang begitu menarik? Sampai membuatmu tersenyum seperti itu?" suara Angkasa yang baru saja masuk ke dalam ruangan mengalihkan perhatian Binar dari layar ponselnya.

"Kamu ingin tau?" tanya Binar

Angkasa menyerahkan segelas air dingin pada Binar yang langsung diterima dan diteguk oleh Binar.

"Apa?" 

"Hadrian" jawab Binar

"Kalian masih berhubungan?" tanya Angkasa

"Tentu, kami kan berteman. Ingat waktu itu kamu sudah memberi izin." 

Angkasa mensejajarkan tubuhnya dengan Binar yang duduk di kursi roda.

"Iya aku ingat, boleh aku bertanya?"

Binar mengangguk

"Kamu tidak takut denganku?"

Binar mengangguk lalu menunjukkan jari jempolnya yang menyentuh jari kelingking, "Sedikit"

Angkasa mengeryitkan dahinya, "Sedikit?"

"Hmm sedikit, bohong jika aku mengatakan tidak. Terkadang kamu begitu menakutkan."

Angkasa terkekeh kecil, "Baru kali ada yang hanya sedikit takut denganku."

Binar mendengus sebal, "Kenapa? Kamu berharap aku akan takut denganmu?"

Angkasa menatap Binar dalam, "Ya, dan sepertinya aku harus bekerja keras untuk mewujudkannya."

Binar menggeleng, "Jangan berharap"

Angkasa tersenyum lalu menepuk pelan kepala binar.

"Sekarang istirahatlah, nanti aku akan kesini lagi membawakanmu makan malam."

Binar mengangguk.

Lalu Angkasa berdiri dan melangkah keluar kamar. 

"Angkasa tunggu" panggil Binar ketika Angkasa baru mau keluar dari kamar.

"Kenapa lagi?" tanyanya.

"Itu, bisa bantu aku untuk naik ke tempat tidur?" tanya Binar malu - malu.

Angkasa pun nampak baru menyadarinya, bagaimana mungkin dia bisa melupakan keadaan Binar yang sedang sakit kakinya.

Angkasa kembali mendekati Binar, diangkatnya Binar dari kursi roda lalu menggendongnya menuju kasur. Diletakkannya secara perlahan dan pelan Binar diatas kasur, Binar memeluk leher Angkasa untuk menjaga keseimbangan.

Binar telah berada di atas kasurnya namun Angkasa belum juga beralih dari atasnya, wajah mereka begitu dekat hingga bisa merasakan hembusan napas satu sama lain menerpa  wajah mereka.

"Kenapa?" tanya Binar bingung, dan sebenarnya untuk menghilangkan kegugupan yang melanda ketika Angkasa terus menatapnya sedekat ini.

Angkasa hanya diam dan menelusuri wajah yang ada di hadapannya saat ini. Hingga kemudian Angkasa memajukan wajahnya mendekati Binar. Binar kaget dan hanya bisa diam dengan mata yang terbelalak kaget ketika Angkasa memberikan kecupan kilat di atas hidungnya.

"Istirahatlah" ucap Angkasa lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Binar.

"Aku keluar" lanjutnya lagi dan Binar menjawab dengan anggukan.

Setelah itu Angkasa kembali melangkah keluar dari kamar itu.

Sementara Binar sibuk memegangi pipinya yang bersemu merah.

***

"Sepertinya seluruh aset milik Burhan akan segera jatuh ketangan Angkasa. Lalu apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya seseorang pada atasannya yang tengah duduk menatap layar laptop yang berisi grafik pertumbuhan perusahaan.

"Biarkan saja. Untuk saat ini kita ikuti saja permainannya. Kita biarkan Angkasa menguasai perusahaan. Dia tidak begitu paham akan perusahaan jadi kita bisa memanfaatkan kelemahannya itu." ucap seorang lelaki tua pada bawahannya itu.

"Bagaimana dengan Hadrian?" bahawannya bertanya lagi.

Lelaki tua itu menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan.

"Dia masih harus tetap kita awasi, dia memang cukup berbahaya karena cakap dan handal dibidang ini. Tapi apalah gunanya itu jika statusnya tidak mendukung."

Lelaki tua itu diam kembali.

"Tetap awasi setiap gerak - geriknya, jangan biarkan dia berbuat sesuatu yang bisa merugikan kita."

Bawahannya pun menganggu mengerti lalu izin untuk meninggalkan ruangan. Sementara lelaki tua itu masih menatap penuh arti layar laptop yang berisi grafik tersebut.

"Aku tidak akan mengalah lagi, kali ini." ucapnya.

***

Binar diam tidak banyak suara ketika makan malam berlangsung. Binar hanya fokus pada makan malamnya hingga makanan diatas piringnya itu kosong berpindah ke dalam perutnya. 

Sementara Angkasa memperhatikan setiap gerakan Binar hingga memastikan makanan Binar habis sepenuhnya.

"Minum" ucap Angkasa ketika menyerahkan air minum kepada Binar.

Binar menerima dengan patuh. Angkasa lalu membereskan seluruh peralatan bekas makan Binar ke atas meja lalu kembali duduk di atas kasur berhadapan dengan Binar.

"Kenapa?" tanya Binar setelah dari tadi hanya diam tak bersuara.

"Akhirnya suara itu muncul kembali, aku khawatir kamu sakit atau kenapa. Dari tadi kamu hanya diam tidak bersuara."

Binar memberengut, "Kamu ini tidak peka atau apa?"

"Tidak peka apa?"

"Aku malu" dan akhirnya Binar pun mengakui apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Angkasa yang mendengar pengakuan Binar pun hanya bisa tertawa geli.

"Malu kenapa?" 

Binar masih memberengut, "Tadi" 

"Tadi apa?" tanya Angkasa lagi

Binar pun kesal dibuatnya, "Sudahlah, lupakan saja"

Angkasa menatap lucu ketika melihat Binar yang memberengut karen kesal terhadapnya.

Angkasa lalu mendekati Binar, ditariknya tangan Binar pelan hingga membuat Binar tertarik kedepan dan wajah mereka pun menjadi lebih dekat.

"Malu kenapa?" tanya Angkasa

~cupp

Satu kecupan kecil mendarat diujung hidung Binar

"Karena ini?" tanya Angkasa lagi

~cupp

~cupp

~cupp

Tiga kecupan kilat kembali mendarat di hidung Binar.

"Atau ini?" Angkasa kembali mendekatkan wajahnya dengan Binar, hingga hidung mereka bersentuhan. Angkasa memiringkan wajahnya siap untuk semakin memisahkan jarak diantara mereka hingga, 

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengejutkan Angkasa dan Binar yang langsung menjauhkan diri.

"Ohh maaf tuan, saya hanya mau mengambil bekas makanan non Binar." ucap mbok Sri merasa bersalah ketika melihat  posisi Angkasa dan Binar.

Sementara Binar hanya tertawa kecil, menertawakan Angkasa yang nampak cukup kesal karena kegiatannya terganggu.

Tbc.

like, komen dan votenya jangan lupa ya teman - teman 😊

Terpopuler

Comments

Sunarti

Sunarti

lelaki tua itu apakah paman angkada, sok baik ada maksud terselubung ya

2021-02-24

2

Aldy Yhla

Aldy Yhla

pasti paman angkasa yg mengiginkan perusahaan

2021-01-31

3

Elly Az

Elly Az

baper

2021-01-29

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Episode 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Episode 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!