Angkasa mengantarkan Binar hingga sampai depan pintu utama rumah.
"Binar, sekali lagi aku minta maaf" ucap Angkasa masih merasa menyesal dengan ucapan kasarnya tadi.
"Aku sudah bilang tadi, tidak apa-apa. Tidak perlu meminta maaf lagi" Jawab Binar
Angkasa tersenyum, "Terima kasih"
"Besok ada waktu?" tanya Binar kemudian
"Ya, aku belum ada jadwal terbang jadi masih free"
"Besok kita bertemu dengan paman dan bibiku, giliranku mengenalkanmu pada keluargaku"
"Oke, aku akan kesini menjemputmu saat makan siang"
Binar mengangguk, "Aku pulang dulu" pamit Angkasa
"Hati-hati dijalan"
"Of course, kunci semua pintu dan jendelamu"
Binar tersenyum dan mengangguk lagi, "Akan kupastikan semua terkunci rapat"
Lalu Angkasa melangkah pulang dengan perasaan yang jauh lebih baik dari saat dirumah sakit tadi.
***
Di ruangan VVIP rumah sakit, ibu tiri dan adik tiri Angkasa tengah mendengarkan penjelasan dari dokter dengan seksama.
"Syukurlah kondisi bapak Burhan semakin membaik, untuk sekarang biarkan beliau istirahat dulu tadi suster telah menyuntikkan obat agar bapak Burhan bisa istirahat. Kemungkinan besok pagi bapak Burhan baru bangun, kondisi jantung dan tubuhnya sudah stabil."
Ibu dan adik tiri Angkasa menghela napas lega mendengar penjelasan dokter.
"Terima kasih dokter, yang penting kondisinya sudah semakin membaik sekarang" ucap ibu tiri Angkasa
"Iya ibu, tapi sepertinya ada pemicu lain yang membuat bapak Burhan dapat membaik dengan cepat. Apapun itu saya berharap keluarga dapat terus mensupport bapak Burhan untuk cepat sembuh" jawab sang dokter lalu pamit untuk pergi memeriksa pasien yang lain.
"Apa ini ada kaitannya dengan berita penting dari Angkasa yang tadi ibu katakan?" suara Hadrian adik tiri Angkasa keluar untuk pertama kalinya setelah dari tadi hanya diam mendengarkan penjelasan panjang lebar dari dokter.
Ibunya menggelengkan kepala, "Entahlah, ibu juga kurang mengerti. Beliau sepertinya menyimpan banyak rahasia"
"Boleh aku tau apa itu berita pentingnya?" tanya Hadrian lagi
"Angkasa kakakmu akan segera menikah dengan tunangan yang dia bawa kesini tadi"
Hadrian mengerutkan dahinya, "Seorang Angkasa akhirnya memutuskan untuk berkomitmen dengan pernikahan, kenapa aku merasa ada yang aneh disini"
"Apa yang kamu maksud dengan aneh?"
"Tidakkah ibu merasa ini seperti ada kaitannya dengan wasiat yang sempat ayah buat dengan pengacaranya sebelum pengobatan ayah dimulai"
"Sudahlah Hadrian, kita tidak perlu mengurusi masalah wasiat itu. Tidak seorangpun yang tau apa isi dari wasiat itu kecuali pengacara dan ayahmu"
"Ibu salah, Angkasa mengetahuinya" ucap Hadrian dengan mimik wajah serius
Ibu Hadrian menatap Hadrian tajam penuh peringatan, "Cukup, ibu sudah bilang kita tidak perlu mencampuri masalah wasiat itu apalagi disaat ayahmu pak Burhan masih hidup"
Hadrian melangkah mendekati ibunya yang nampak tegang, mimik wajah yang tadi serius berubah dengan senyuman ceria.
"Tenang lah ibu, aku hanya bertanya tadi. Kenapa juga aku harus mengurusi wasiat itu" ucapnya lalu memeluk tubuh ibunya berusaha meyakinkan ibunya bahwa ia tidak akan bertindak diluar keinginan sang ibu.
"Tenanglah ibu" ucap Hadrian lagi dengan lirih.
***
"Kamu sudah siap?" tanya Binar pada Angkasa saat mereka sudah sampai didepan rumah pamannya
"Ya, aku sudah siap" jawab Angkasa, dilihatnya Binar yang sibuk memainkan kukunya gerak gerik Binar menunjukkan bahwa ia nampak gugup.
"Tapi sepertinya ada yang belum benar-benar siap disini" Lanjut Angkasa
Binar menoleh, "Siapa?"
"Ini" jawab Angkasa menunjuk hidung Binar
Binar mengerjap, "Tidak. Aku...aku...hmmm baiklah aku memang sedikit gugup" jawab Binar menyerah akhirnya mengutarakan kegugupannya.
"Kenapa? Seharusnya akulah orang yang gugup disini"
"Entahlah, aku masih sedikit khawatir dengan apa yang akan dikatakan paman dan bibiku nanti. Maksudku, ayahku baru saja meninggal beberapa bulan yang lalu dan sekarang aku mengumumkan pada mereka bahwa aku akan menikah. Tidakkah itu terlalu cepat?"
Angkasa tersenyum melihat Binar yang resah, "Entah itu ayahmu yang baru meninggal atau sudah bertahun - tahun tetap saja akan banyak opini yang datang pada kita. Kita hanya harus terus percaya diri dan saling menguatkan diri maka kita bisa melalui semua itu" jelas Angkasa mencoba menguatkan Binar dan menghilangkan keresahannya.
Binar tersenyum dan mengangguk, "Ya kita bisa" ucapnya.
"Jadi sekarang kita bisa turun dari mobil dan menemui paman serta bibimu?" tanya Angkasa
"Tentu" jawab Binar
Mereka berdua turun dari mobil milik Angkasa. Keduanya melangkah memasuki halaman rumah paman Binar hingga kaki mereka sampai didroan pintu utama rumah paman Binar.
Binar mengucapkan salam dan mengetuk pintu rumah itu
"Assalamualaikum paham ini Binar"
Hingga suara seorang wanita menyahut dari dalam
"Waalaikumsalam" pintu rumah itu pun terbuka nampaklah sesosok wanita yang sudah cukup tua itu adalah istri paman, bibi Binar.
"Binar udah dateng, ayuk masuk pamamu udah nungguin juga loh" ucapnya setelah Binar mencium tangannya yang juga diikuti oleh Angkasa yang ikut mencium tangan bibi Binar.
"Duduk dulu disini ya, bibi panggilkan pamanmu sekalian bikinin minuman untuk kalian" ucap bibi Binar setelah mempersilahkan duduk diruang tamu.
"Iya bi, maaf malah ngerrpotin bini" jawab Binar
"Eh gak apa - apa, tunggu dulu ya" lalu bibi Binar pun meninggalkan Binar dan Angkasa diruangan tamu.
"Apa bibi dan pamanmu ini adalah orang tuanya Romi itu? Tanya Angkasa pada Binar ketika entah kenapa secara tiba-tiba nama itu terlintas dipikiran Angkasa.
"Iya, Romi adalah anak dari paman dan bibiku"
"Dia tinggal disini juga?" lanjut Angkasa bertanya dengan harapan ia dapat bertemu dengan laki-laki kurang ajar itu disini.
Binar menggeleng, "Romi punya kehidupan yang bebas, dia tinggal dibanyak tempat dan akan pulang ketika sudah kehabisan uang atau sakit" jawab Binar
Baru saja Angkasa ingin bertanya lagi namun suara seorang lelaki menghentikan niatannya.
"Binar, apa kabar mu nak?" tanya paman Binar ketika sudah mendekati Binar dan Angkasa.
Binar bangun dari duduknya, disambutnya sang paman dengan ciuman tangan yang juga diikuti oleh Angkasa.
"Alhamdulillah Baik, paman juga gimana kabarnya?"
"Ya seperti yang kamu lihat, Alhamdulillah baik-baik saja"
"Jadi gimana? Kamu bilang ada sesuatu yang penting yang mau kamu sampaikan."
Binar diam sesaat sebelum akhirnya menjawab pertanyaan sang paman.
"Sebelumnya kenalkan, paman ini Angkasa Baskoro" Binar mengenalkan Angkasa pada pamannya.
"Paman saya Angkasa Baskoro" paman menganggukkan kepalanya
"Binar mau minta maaf dulu karena tidak memberitahukan pada paman lebih awal, karena Angkasa ini sebenarnya adalah tunangan Binar"
Paman Binar mengerutkan dahinya merasa sedikit terkejut dengan pengakuan sang keponakan.
"Ini minumannya, diminum dulu biar gak terlalu tegang" ucap bibi Binar ketika meletakkan gelas berisi teh hangat itu lalu setelahnya ikut duduk disebelah sang suami.
"Coba bisa dijelasin lagi, biar pamanmu bisa lebih paham" lanjut bibi Binar ketika melihat keheningan diantara ketiga orang ini.
"Mungkin biar saya yang menjelaskan pada paman" suara Angkasa menjawab
Tbc.
Maaf ya telat updatenya 😊
Ditunggu selalu kritik dan sarannya dikolom
komentar.
Like dan votenya juga jangan lupa ya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sunarti
menegangkan🤗🤗
2021-02-24
2
Ilma Kikyo
aku jadi tegang serasa jadi Binar 😄😄😄😄
2021-02-20
2
Elly Az
ikut tegang thor
2021-01-29
1