Malam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam ketika Angkasa masih asik dengan tab ditangannya. Jarinya menelusuri setiap halaman berita yang ditampilkan dalam web.
Tingtong...tingtong...tingtong
Suara bel rumah berbunyi, Angkasa mengeryitkan keningnya merasa penasaran siapa yang datang berkunjung kerumah semalam ini mengingat tak pernah ada sebelumnya.
Dengan langkah gontai Angkasa membuka pintu.
Ceklek..
Angkasa menatap heran seorang Binar yang berdiri didepannya. Kepalanya tertunduk dan Angkasa dapat melihat tubuh gadis itu sedikit bergetar.
"Oh hai, kau apa kabar? Ada yang bisa ku bantu?" tanya Angkasa namun untuk beberapa saat pertanyaannya tak terbalas, gadis itu masih tetap berdiri dengan kepala menunduk menatap ujung sepatu yang ia kenakan.
"Apa gadis ini baik-baik saja?" pikir Angkasa dalam hati.
Terdengar helaan napas berat sebelum suara Binar terdengar, "Hai,aku….hmmmm Angkasa aku Binar Amanda ingin menikah denganmu dan melunasi seluruh hutang ayahku"
Lama sunyi diantara keduanya, Angkasa masih belum menjawab pernyataan Binar.
"Aku bersungguh-sungguh akan menjadi istrimu. Bisakah kamu menikahiku?"
"Kau tau konsekuensinya jika mengatakan menyetujui pernikahan ini kan?"
Binar mengangguk,"Ya aku tahu"
"Jadi kamu sudah siap melakukan pernikahan yang sakral dan suci?"
Binar mengangguk "Ya"
"Kamu siap menjalankan peran seorang istri dengan iklhas, artinya kamu akan terikat denganku dan dengan kemungkinan tak akan bisa terlepas."
Binar menarik napas dalam lalu menganggukkan kepalanya, "Ya saya siap"
Dan saat itulah Angkasa seperti mendapatkan jawaban atas segala pertanyaan dari kegelisahannya selama ini.
***
"Minumlah dulu, kamu nampak pucat" ucap Angkasa setelah menaruh segelas teh yang ia buat sendiri untuk Binar.
Binar mengangguk lalu mengambil gelas yang ada diatas meja dan meminumnya. Setelah merasa baikan Binar memberanikan diri untuk menatap Angkasa.
"Jadi bagaimana? Kamu setuju kan?" tanyanya penuh harap pada Angkasa.
Angkasa belum menjawab pertanyaan Binar, matanya terfokus pada memar biru dipelipis Binar.
"Kenapa pelipismu? Ada yang memukulmu?" tanya Angkasa merasa khawatir.
Dengan sedikit kikuk Binar mencoba menutupi memar dipelipisnya dengan rambut, "Ah ini panjang ceritanya. Nanti akan kuceritakan, sekarang jawab dulu pertanyaanku."
Angkasa berdiri dari duduknya, "Akan kujawab setelah memarmu diobati. Tunggu akan kuambilkan p3k" lalu pergi meninggalkan Binar sendiri diruang tamu.
Beberapa menit kemudian Angkasa kembali dengan membawa sebuah kotak bertuliskan P3K diatasnya.
"Ini salep untuk mengurangi rasa sakit dan lebam di pelipismu" Angkasa memberikan sebuah salep pada Binar, yang langsung diterima dan dioleskan Binar dipelipisnya yang lebam.
"Terimakasih" ucap Binar sembari mengembalikan salep itu pada Angkasa.
"Aku tidak tau apa yang terjadi padamu sebelumnya, ku harap itu bukan sesuatu yang serius. Dan untuk pertanyaanmu tadi, kurasa sebelumnya sudah kuberi tau kan jika kau meng-iyakan pernikahan ini itu artinya kau tidak akan pernah bisa menarik perkataanmu lagi. Ya aku setuju, pernikahan ini bisa mempermudahkanku untuk menyelesaikan permasalahanku dan tentu saja pernikahan itu salah satu penyempurnaan iman jadi tidak ada alasanku untuk menolaknya."
Binar mendesah lega, "Syukurlah, tapi bolehkan aku meminta syarat?"
"Ya selagi itu masuk diakal tentu boleh"
"Syaratnya hanya satu, bisakah kita menjalani pernikahan ini dengan sesungguhnya. Menjadi suami dan istri seperti selayaknya dua orang yang saling mencintai? Aku ingin pernikahan sekali seumur hidup"
Angkasa terdiam, "Kenapa tidak? Karena itu juga yang aku inginkan. Kita bisa saling belajar" jawabnya
"Hmmmm kamu punya pacar?" pertanyaan tiba-tiba dari Binar membuat Angkasa tersenyum,
"Jika aku punya pacar, kenapa harus menerima pernikahan ini. Pasti pacarku yang akan kunikahi, kurasa sekarang kita bisa disebut sebagai pasangan kekasih kan?" tanya Angkasa dengan senyum jahilnya
"Ehh pasangan kekasih apanya?"
"Kamu kan calon pengantinku, jadi bukankah untuk sekarang masih sebagai kekasih atau pacar atau bisa juga tunangan ahhh tapi aku belum memberimu cincin tunanngan." lanjut Angkasa semakin membuat Binar malu dengan pipi yang mulai memerah.
"Well apapun itu intinya kamu adalah calon istriku, dan sebagai buktinya akan kuberikan kamu cincin. Anggaplah ini cincin tunangan kita." ucap Angkasa lalu meraih kalung yang ia kenakan dan mengambil buah kalung itu yang berupa sebuah cincin.
"Ini, mana jarimu" dengan keadaan masih sedikit terkejut Binar menjulurkan jari tangannya yang disambut oleh Angkasa lalu tak lama sebuah cincin telah melingkar dijari manisnya.
"Pas, kurasa kita memang jodoh" celetuk Angkasa yang membuat Binar entah kenapa menjadi sedikit berdebar.
***
"Aku tak menyangka dalam satu malam bisa mendapatkan tunangan, dan dalam satu malam tunanganku langsung meminta untuk menginap dirumah. Yah terdengar sedikit ada unsur panas disini" ucap Angkasa dengan sedikit kekehan kecil ketika mengantarkan Binar pada sebuah kamar tamu.
Binar mendelik, "Aku bisa pulang jika kamu tidak suka" ucapnya lalu memcoba keluar namun terhenti karena ada tangan Angkasa yang memblokade pintu kamar.
"Bercanda, tidurlah disini. Sudah terlalu larut untuk pulang. Besok akan kuantar pulang, jadi sekarang ganti bajumu dan tidurlah." setelah mengatakan itu Angkasa beranjak pergi dan menutup pintu kamar dari luar.
Binar mendesah lega dilihatnya baju kaos dan celana olahraga milik Angkasa yang terletak diatas kasur.
"Betapa memalukannya ini?" gumamnya lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengganti baju lalu tidur bersiap untuk menghadapi hari esok yang akan sangat berbeda tentunya setelah predikat tunangan dan cincin melingkar dijari manisnya.
Tbc.
hallo jangan lupa kasih kritik dan saranmu dikolom komentar ya😊
vote dan like juga 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Vivi Bidadari
Knapa Binar dipertemukan dulu dgb Pak Burhan Thour
2022-09-12
1
Sunarti
jentelman angkasa perfect lah kayaknya, smoga emg jodoh
2021-02-24
2
ALICE💙💛
Aku suka sm angkasa gak neko² dan pastinya baik 😗😗😗
2021-02-21
2