"Makanlah, ibuku yang membuatnya" suara Hadrian mengagetkan Binar yang sempat terdiam selama beberapa menit menatap kotak makanan yang berisi ayam semur kecap, rebusan wortel dan brokoli serta sebotol jus orange yang dibawakan Hadrian untuknya.
Siang ini secara tiba-tiba Hadrian datang ke kantornya dengan membawa kotak bekal berisi makan siang, Binar tidak tahu entah sejak kapan Hadrian tahu dimana tempat kerjanya, mengingat mereka baru bertemu sekali ketika Angkasa mengajaknya kerumah sakit.
"Kamu tahu tempat kerjaku dari mana?" tanya Binar setelah menelan nasi ayam yang tadi telah usai dikunyahnya.
"Sejak aku tahu kamu adalah tunangan Angkasa."
Binar mengerutkan dahinya, "Bagaimana mungkin?"
Hadrian tersenyum, "Binar, sepertinya kamu masih belum mengetahui. Kamu ini sekarang adalah tunangannya seorang Angkasa Baskoro anak dari Burhan Baskoro. Jadi sudah bisa dipastikan informasi tentangmu akan banyak yang mencarinya."
Binar mengangguk, "Jadi atas dasar apa datang kemari?"
"Hanya ingin mengenal calon kakak ipar ku"
Hadrian diam menatap Binar, "Karena jika harus menunggu kakakku, aku tidak akan pernah dapat kesempatan untuk mengenalmu. Jadi inilah salah satu kesempatanku"
"Kenapa?" tanya Binar
"Aku tidak akan menutupinya, seperti yang kamu lihat waktu di rumah sakit. Kami tidak mempunyai hubungan yang baik satu sama lain"
Binar diam tidak tahu mau merespon apa, ini urusan keluarga hal sensitif pikirnya.
"Tapi jangan khawatir itu tidak ada hubungannya denganmu, aku hanya ingin membangun hubungan yang baik denganmu. Paling tidak kita masih bisa berteman kan?."
Binar tersenyum, mengangguk. "Of course, kita bisa berteman."
Hadrian membalas dengan senyum sumringah, "Lanjutkan makanmu, habiskan jangan ada sisa kalau tidak nanti nasinya bisa nangis"
Lalu suara tawa terdengar diantara keduanya.
***
"Sampaikan terima kasihku untuk ibumu, masakannya enak."
Hadrian mengangguk, "Tentu, aku yakin ibuku pasti akan lebih senang kalau kamu mau datang kerumah"
"Nanti, ku pastikan aku akan datang dan memintanya mengajariku memasak"
"Oke, aku pulang. Terima kasih sudah mau meluangkan waktumu untuk makan siang denganku"
Binar mengangguk, "Hmm hati-hati dijalan, salam untuk ayah dan ibumu"
Lalu Hadrian masuk kedalam mobil dan membawanya pergi menjauhi kantor Binar.
"Siapa itu tadi?." suara Yohana yang datang dari arah belakang mengejutkan Binar dari kegiatannya yang masih menatap kepergian mobil Hadrian.
"Ya ampun Yo, bikin kaget tau!" gerutu Binar
Yohana terkekeh, "Abisnya penasaran, siapa sih?"
"Ohh itu, dia adiknya Angkasa"
Yohana mengangguk, "Untuk apa dia kesini?"
"Makan siang" jawab Binar singkat
"Wah wah, kamu benar-benar beruntung"
Binar menatap Yohana heran, "Apanya yang beruntung?"
"Punya calon suami seorang pilot, trus dapet calon adik ipar yang baik dan perhatian. Beruntungnya kamu Binar"
Binar terkekeh pelan, "Sudah ayo masuk, nanti dimarahin bos lagi kelamaan di luar."
Lalu Binar berbalik, berjalan memasuki kantor.
"Ehh Binar tunggu, paling tidak kenalkan aku dengan teman tunanganmu itu. Pasti dia punya banyak teman pilot kan?" dan Yohana pun berjalan menyusul Binar dengan rengekannya yang hanya dibalas gelengan oleh Binar.
***
Diruang VVIP rumah sakit
"Bagaimana keadaanmu?" tanya seorang lelaki tua yang berdiri disamping bangsal Burhan Baskoro.
"Alhamdulillah membaik, semua terasa berjalan dengan baik."
Dan sang penanya itu adalah Hasan Baskoro, kakak dari Burhan Baskoro ayah dari Angkasa.
"Aku mendengar bahwa Angkasa akan segera menikah, apakah itu juga termasuk salah satu hal yang berjalan baik?"
Burhan tersenyum lebar, "Ya itu benar, dia akan segera menikah. Pernikahan ini lah yang membuatku mendapatkan kembali kekuatan untuk sehat."
"Syukurlah, perusahaan juga sudah lama menantimu untuk kembali."
Burhan menghela napas, "Entahlah, aku belum memikirkannya. Dan juga aku ingin berterima kasih padamu karena telah membantuku mengambil alih pekerjaan di perusahaan"
"Sudah tugasku untuk membantumu."
Burhan tersenyum menatap kakaknya, "Tapi tetap saja aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku padamu"
Sang kakak pun balas tersenyum dan menepuk - nepuk pundak Burhan dengan hangat.
***
Binar menunggu kedatangan Hadrian di dekat tempat parkir kantornya. Setelah kedatangan Hadrian kemarin di kantornya hari ini Hadrian akan kembali datang namun hanya untuk menjemput Binar. Hadrian berinisiatif untuk mengantarkan Binar pulang kerumah mengingat jam pulang kerja kantor mereka yang sama, dan lagi pula Hadrian berpikir dari pada Binar harus memesan ojek online mending dia ikut dengannya pulang.
Sebuah mobil sedan mendekati Binar,
"Sore, lama menunggu?" tanya Hadrian
"Tidak begitu"
"Ayo masuk"
Binar masuk kedalam mobil milik Hadrian lalu mobil itu pun melaju menjauh dari kantor Binar.
"Gimana kerjaan hari ini?" tanya Hadrian membuka percakapan.
"Cukup melelahkan"
"Terlihat di wajahmu, apa lagi mata yang sudah merindukan kasur itu"
Binar tergelak mendengar perkataan Hadrian.
"Dari mana kamu tahu dia sudah merindukan kasur?"
"Mudah, mata sayu dan terlihat kurang fokus. Sudah pasti dia merindukan kasur."
Binar tergelak lagi, "Ya memang, dia sangat-sangat merindukan kasur"
Hadrian pun ikut tertawa mendengarnya.
Binar melihat sebuah gantungan yang terikat di spion kaca. Gantungan berbentuk miniatur baju sebuah cabang olahraga.
"Ini baju apa ya? Silat, karate atau taekwondo?"
Hadrian menoleh melihat gantungan yang dimaksud.
"Itu taekwondo" Jawabnya
"Kamu bisa olahraga taekwondo?"
"Hmmm, sabuk hitam"
Binar pun menatap takjub, "Wahh, keren"
Hadrian tersenyum kecil, "Aku mempelajari itu karena tunanganmu, dia lebih dulu belajar taekwon
do. Melihatnya yang mahir, membuatku iri dan ingin mempelajarinya juga. Tunanganmu itu benar-benar mahir disegala hal"
Binar terdiam mendengar cerita Hadrian, pernyataan Hadrian yang menyebutkan bahwa Angkasa mahir dalam segala hal membuatnya bertanya - tanya memangnya kemampuan seperti apa yang dimiliki lelaki itu.
"Ngomong-ngomong kapan Angkasa pulang?"
"Menurut jadwalnya besok dia akan pulang"
Mobil berhenti disebuah lampu merah perempatan jalan. Binar jadi ingat bahwa dia sama sekali belum menceritakan tentang pertemuannya dengan Hadrian kemarin di kantor pada Angkasa dan hari ini dia harus kembali bertemu dengan Hadrian. Binar tidak tahu reaksi seperti apa yang akan diberikan Angkasa ketika tahu dia berhubungan dengan adik tirinya. Entahlah, Binar akan menceritakannya besok secara langsung ketika Angkasa sudah pulang.
Lampu lalu lintas telah berubah hijau, mobil pun bergerak kembali. Mobil melaju dengan pelan sembari menunggu kendaraan lain yang berada di depan melaju. Ketika mobil Hadrian telah melewati lampu lalu lintas dan bersiap menyebrang, sebuah mobil dari arah kiri dengan kecepatan penuh melaju menerobos lampu merah dan mendekati mobil yang dikendarai Hadrian. Hadrian yang tidak siap pun terkejut dan tiba - tiba,
-Brakkkkkk
suara dentuman keras ketika mobil tersebut menghantam mobil milik Hadrian dan tepat mengenai Binar yang duduk di samping kemudi.
Mobil terdorong cukup jauh, Hadrian memegangi kepalanya yang berdarah terbentur kaca mobil.
Hadrian menoleh untuk mengetahui keadaan Binar, dan seketika matanya terbelalak.
"Binar, Binar. Kau dengar aku? Buka matamu?!"
Suara Hadrian bergetar ketika mencoba menyadarkan Binar yang dipenuhi darah dibagian kepala dan kakinya.
Tbc.
Hallo jangan lupa like, komen dan votenya ya temen - temen 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Vivi Bidadari
Binar mestinya kamu ga usaha dekat dgn adek tiri Angkasa bisa salah paham kan ... gimana sih kamu Binar
2022-09-12
1
Sunarti
ada apa ini, kenapa tiba", dan binar Napa dkt" dgn Hadrian
2021-02-24
1
ALICE💙💛
Ya ampun ada apa ini??😭😭
2021-02-21
2