Bab 2

Binar baru saja meletakkan gelas berisi teh hangat yang seperempatnya baru saja ia teguk

"Aku sudah bilang kau akan mendapatkan masalah besar, sekarang semuanya kuserahkan padamu tetap ingin melunasi hutang atau pura-pura tidak tau apa-apa tentang wasiat ini" ucap Angkasa setelah melihat Binar mulai bisa mengendalikan diri dari rasa shocknya. 

"Aku tidak tau, semua ini terlalu membingungkan untukku" jawab Binar

"Untukku juga, maksudku untuk kurang lebih satu  jam setelah kamu datang ke rumah ini. Semua begitu membingungkan. Ku pikir isi kertas ini hanya leluconnya"

"Leluconnya?" tanya Binar 

"Maksudku ayahku, Burhan Baskoro"

Binar mulai menyadari sesuatu, "Ah iya, ayahmu. Dimana ayahmu sekarang?hmm maksudku di rumah sakit mana ayahmu sekarang dirawat?"

"Entahlah, tapi kemungkinan dia dirawat disalah satu rumah sakit di singapore." jawab Angkasa sedikit kurang yakin

"Kau sungguh anaknya kan?" tanya Binar setelah mendengar jawaban ragu dari Angkasa

"Of course, why?"

"Lalu kenapa menjawab dengan ragu, harusnya kau yang paling tahu tentang keadaan ayahmu kan?"

Angkasa mengangkat bahunya, "Dia punya banyak penjaga, jika terjadi sesuatu para penjaga itu pasti mencariku jika tidak artinya dia baik-baik saja."

Binar menggelengkan kepalanya, tidak percaya dengan jawaban yang diberikan Angkasa

"Hubungan keluarga macam apa ini" gumam Binar

Lalu Binar berdiri dari duduknya dan mengambil tas serta kertas wasiat milik ayahnya.

"Mau kemana?" tanya Angkasa

"Aku perlu menenangkan diri sebelum mencari jawaban semua ini."

"oh oke silahkan"

Baru beberapa langkah Binar meninggalkan ruang tamu itu lalu berhenti dan berbalik kembali ke arah Angkasa. 

"Apa lagi?" tanya Angkasa yang melihat Binar kembali dan berjalan ke arahnya lalu menyodorkan tangan ke arahnya.

"Handphonemu" Ucap Binar

"Hah,?" tanya Angkasa bingung

Binar memutar bola matanya ke atas merasa kesal dengan ke lemotannya Angkasa

"Handphonemu sini, mana handphonemu aku mau minjem" Angkasa nampak mengerti dan mengeluarkan handphone dari saku celananya yang segera diambil oleh Binar, baru beberapa detik Binar memegang Handphone Angkasa lalu memberikannya lagi. 

"Kenapa lagi?" tanya Angkasa

"Sandimu, buka dulu" 

Angkasa mengerti lalu dengan cepat mengambil kembali handphonennya "oohh iya" 

Binar kembali mengambil handphone Angkasa dan mengetik sesuatu didalamnya setelah itu memencet tobol panggilan dan suara dering handphone terdengar dari tas jinjing yang dibawa oleh Binar

"Ini no ku, untuk sekarang aku perlu menenangkan diri. Setelah itu aku akan menghubungimu kembali. Aku akan berusaha melunasi hutang ayahku tanpa kata pernikahan" ucap Binar lalu melanjutkan kembali langkahnya keluar.

Angkasa memperhatikan kepergian Binar dari pintu, hingga suara seseorang wanita tua mengagetkannya, "Siapa itu tuan?" 

Angkasa mengangkat bahunya dan menggeleng, "Entahlah, calon nyonya baru dirumah ini mungkin." 

Jawab Angkasa yang membuat wanita tua itu tampak shock sedangkan Angkasa dengan santainya kembali masuk ke kamarnya. 

"Apa pak Burhan mau nikah lagi?" gumam wanita tua itu tampak kebingungan.

***

Binar kembali kekantornya, 

"huffttt.." helaan napas panjang Binar terdengar oleh rekan satu kantornya Yohana 

"wahh wahh kenapa ni? Dateng-dateng langsung ngeluarin napas berat. Kayaknya lagi ada masalah ni. Sini cerita" ucap Yohana ketika menghampiri meja kerja Binar

"Berat Yo, lebih berat dari pada harus menghadap pak bos" 

"Kenapa lagi? Masih masalah hutang?"

"Yupsss" angguk Binar

"Aku kan sudah bilang Binar, kamu butuh berapa pasti akan ku usahakan untuk membantu"

Binar kembali menarik napas lalu membuangnya perlahan, 

"Ini bukan masalah uang Yo, tapi masalah masa depan ku. Masa depan ku dipertaruhkan Yo" jawab Binar yang membuat Yohana tidak mengerti

"Maksudnya, masa depanmu kenapa?"

Binar menatap Yohana, untuk sesaat keheningan tercipta diantara keduanya.

"Kau tau hutang terakhir yang harus kulunasi itu apa?"

Yohana menggelengkan kepalanya

"Pernikahan, aku harus menikah dengan seseorang yang tidak ku kenal. Mmmm maksudku baru saja ku kenal untuk melunasi hutang ayahku"

"Whatttt?" ucap Yonaha tak percaya

"Tapi kenapa? Apa yang telah dilakukan ayahmu? Dia ingin menjualmu? Tunggu apa mungkin ini seperti cerita beauty on the beast, apa ayahmu pernah mengambil sesuatu miliknya yang harus digantikan oleh seorang gadis? Dia mmm maksudku lelaki itu pasti jelek kan?"

"Oh oke wait,wait, wait. Akan ku jelaskan perlahan" jawab Binar setelah diberondong banyak pertanyaan oleh Yohana

Binar pun menjelaskan kejadian yang baru saja terjadi antara dirinya dan Angkasa hari ini mulai dari kedatangannya dirumah pak Burhan hingga hutang berbesan antara ayahnya dan pak Burhan.

"Tungu-tunggu, apa ini. Aku masih belum mengerti. Jadi apa kamu setuju. Kau akan menikah??"

"Belum lah, kau pikir aku mau menikah dengan orang asing begitu saja?"

Yohana menggeleng

"Nah itu, aku perlu mengenalnya dulu. Dan perlu tau latar belakang kenapa ayahku sampai bisa mempunyai perjanjian seperti itu dengan pak Burhan aku yakin ada penjelasan dibalik ini"

"Yah ada benarnya juga, ngomong-ngomong siapa nama nya tadi?"

"Siapa apa?"

"Anak pak Burhan itu?"

"Ohh dia, Angkasa Baskoro"

"Bagaimana orangnya, jelek? Ganteng? Tinggi?"

"Hmmm tidak bisa dianggap jelek, anggaplah ganteng dia tinggi dan kulitnya kecoklatan. Ku pikir perawakannya mirip-mirip abdi negara ya semacam itulah" 

"Wahh tidak boleh diacuhkan begitu saja ini"

"Apaan sih, kita itu tidak boleh menilai orang dari fisiknya saja tapi hatinya"

Yohana menganggukkan kepalanya, "iya iya, jadi kapan mau kenal sama hatinya" 

Tanya Yohana yang langsung dibalas dengan tatapan tajam dari Binar

"Hehe, bercanda kok. Ngomong - ngomong aku kerja dulu ya bye"  pamit Yohana setelah mendapat tatapan tajam dari Binar

***

Pukul tujuh malam Binar sampai di rumah, rumah sederhana salah satu harta warisan yang ditinggalkan almarhum ayahnya selain hutang - hutang. 

Binar masuk setelah berhasil membuka pintu utama dengan kunci yang biasa ia taruh dibawah pot bunga didepan rumahnya. Kebiasaan ayahnya dulu selalu meninggalkan kunci di bawah pot bunga agar memudahkan Binar untuk masuk kerumah ketika beliau sedang diluar rumah, karena Binar sering kali lupa untuk membawa kunci cadangan. 

Binar melangkahkan kakinya kedapur setelah menaruh tas jinjingnya di atas sofa ruang menonton. Dibukanya pintu kulkas lalu mengambil sebotol air dingin dan segera meneguknya hingga beberapa saat Binar menyadari ada sesuatu yang aneh dirumahnya. Pintu kamarnya terbuka dan Binar ingat betul bahwa ia tidak pernah meninggalkan rumah ini tanpa menutup pintu kamarnya apa lagi mengingat sekarang ia tinggal sendiri dirumah ini.

Dengan perlahan Binar melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Dengan hati-hati binar melangkah hingga ketika kakinya hampir sampai didepan pintu kamar,

 "Hai ini aku" suara seseorang mengejutkannya

"Ohh Tuhan" Binar terperanjat kaget lalu menolehkan tubuhnya kearah asal suara itu.

"Romi!!, kenapa kamu disini?" tanya Binar dengan nada suara yang tinggi dan sedikit emosi didalamnya ketika melihat pemilik suara yang mengagetkannya.

"Ini rumah pamanku, maksudku almarhum pamanku. Dan sebagai keponakannya aku berinisiatif untuk menjenguk anak semata wayangnya yang sebatang kara disini" 

"Aku tak butuh belas kasihmu, keluar dari rumah ini!!" 

"Ohh calm down nona, aku hanya ingin melihat keadaan sepupuku" jawab Romi dan perlahan berjalan mendekati Binar, 

"Stop, jangan mendekat" 

"Kenapa, aku tak akan melukaimu" dan Romi pun mulai mendekat sembari tangannya yang mencoba menyentuh wajah Binar

"Berhenti, aku bilang jangan mendekat atau akan ku panggil polisi!!!"

"Calm down, tak akan sakit" Romi pun tak menghiraukan perkataan Binar dan masih mencoba mendekati dan menyentuh Binar. 

Binar yang merasa ketakutan pun mengambil handphone yang berada dalam saku bajunya lalu memanggil sembarang orang dalam dalam daftar panggilannnya.

"Hallo.." suara telpon diseberang menghentikan kegiatan Romi yang sedari tadi berusaha menyentuh Binar. Ia menatap Binar dengan mata yang melotot marah dan dibalas dengan tatapan tajam dari Binar.

"Hallo, ada yang bisa ku bantu?" suara itu muncul lagi, Binar memberikan kode mata dengan Romi untuk segera meninggalkan rumahnya sebelum ia melaporkannya pada orang yang berada dalam panggilan telepon.

Romi pun nampak menyerah dan mengikuti perintah Binar untuk keluar dari rumah, namun sebelum benar-benar meninggalkan rumah Romi memberikan kode jari tangannya ke arah mata lalu menunjuk Binar yang mengartikan dia akan selalu mengawasi Binar.

Ceklek…

Pintu utama tertutup kembali setelah Romi keluar dari rumah Binar.

Binar menghembuskan napas lega, "Hallo ada orang disana?" suara dari handphone yang masih digenggamannya mengejutkan Binar dengan cepat ia menempelkannya ke telinga

"Hallo maaf saya tidak sengaja memencet tobol panggilan tadi. Sorry"

Dan setelah mengucapkan kalimat itu Binar langsung menutup telpon.

Tbc

Hallo jangan lupa beri kritik dan saranmu dikolom komentar ya. Satu lagi jangan lupa buat votenya 😊

Terpopuler

Comments

Sunarti

Sunarti

hiis Romi g sopan bgt, mo ngapai coba

2021-02-23

2

ALICE💙💛

ALICE💙💛

Pasti no angkasa yg dihubungi

2021-02-21

3

Ilma Kikyo

Ilma Kikyo

Menarik

2021-02-20

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Episode 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Episode 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!