"Kau punya uang?"
"Pinjamkan aku uang"
"Hanya lima juta"
"Ayolah, kau bekerja di perusahaan besar. Gajimu pasti banyak"
"Aku tau kau habis membayar hutang-hutang ayahmu kan. Itu artinya kau punya uang simpanan."
"Aku ini sepupumu, pasti akan ku bayar"
Binar mendengus kesal setelah mendapatkan deretan sms dari Romi sepupunya yang isinya selalu sama, pinjam uang.
"Aku tidak punya uang" balasnya lalu dengan segera mamasukkan ponselnya kedalam tas. Bukannya Binar tidak ingin meminjamkan uang pada Romi hanya saja ia sudah muak. Berkali - kali Romi meminjam uang dan berkali - kali juga tidak pernah ia kembalikan. Bukannya pelit hanya saja saat Binar tahu uang yang dipinjam hanya digunakan untuk berjudi dan narkoba membuatnya tidak ingin lagi meminjamkan uang pada Romi. Romi anak dari paman Binar, kakak dari ayahnya. Seorang pengangguran pecandu narkoba dan sering berjudi, Binar benar - benar tidak ingin berurusan lagi dengannya.
"Hei, bengong trus. Makan yuk" suara Yohana mengalihkan Binar dari kegiatan bengongnya.
"Hmm ya ayo, mau makan dimana?"
"Kita makan direstoran Jepang"
Jawaban Yohana menghentikan kegiatan Binar yang sedang mengganti mode sleep dikomputernya.
"Tunggu, ada acara apa ini? Restoran Jepang? Kamu ulang tahun? Disana kan mahal"
Yohana menggeleng, "Tidak, tapi kita harus menemani salah satu client dari Jepang yang baru datang ke Indonesia hari ini"
"Client dari Jepang?"
"Yupp, bos yang memberi perintah langsung tadi"
"Wooww, thats a good news" ucap Binar senang
"Ya good news, tapi sebelumnya kita harus menjemput client itu dibandara dulu jadi lets go" Yohana menarik tangan Binar membawanya segera untuk menjemput sang client dibandara karena sudah tidak sabar ingin segera makan di restoran Jepang.
***
Dan disinilah mereka, didepan pintu kedatangan bersama orang-orang yang juga sedang menunggu kedatangan para penumpang.
Yohana berdiri dengan tangan yang memegang kertas bertulisakan "Mizaki" wajahnya tersenyum cerah. Sedangkan Binar hanya berdiri mengikuti Yohana dan sesekali meneriakkan nama Mizaki pada orang - orang yang baru keluar dari pintu kedatangan.
Cukup lama mereka menunggu sampai pintu kedatangan mulai sepi hingga akhirnya keluar seorang wanita paruh baya berwajah oriental menggunakan dress berwarna cream dan memegang koper yang cukup besar.
"Mizaki, Mizaki" teriak Yohana dan wanita itu pun menoleh pada Yohana yang melambaikan tangan padanya.
"Hallo, Welcome to Indonesia" ucap Yohana menyapa nyonya Mizaki dan mulai mengajak ngobrol lalu mengarahkannya untuk berjalan ke arah mobil kantor yang tadi mereka bawa.
Ketika Binar hendak mengikuti langkah Yohana dan nyonya Mizaki tiba-tiba matanya melihat seseorang yang keluar dari pintu kedatangan. Seseorang yang mengingatkannya pada sosok lelaki yang hampir ia nikahi.
"Tunggu, itu bukan Angkasa kan?" tanya Binar memastikan yang dilihatnya adalah orang yang salah
"Oh tuhan mereka sangat mirip, tapi tidak mungkin kurasa dia bukan seorang pilot" Binar menggelengkan kepala mencoba menyadarkan apa yang ia lihat lalu berjalan mendekat untuk memastikan. Belum sempat Binar mendekati sosok itu suara Yohana menghentikannya,
"Binar ayo" Binar pun dengan segera melangkah mengikuti Yohana dengan sesekali kepalanya menoleh ke arah belakang masih mencoba memastikan penglihatannya.
***
Hari ini menjadi hari yang cukup melelahkan bagi Binar, kedatangan nyonya Mizaki yang membuat Binar dan Yohana harus menambah jam kerjanya untuk melakukan pelayanan ekstra sebagai tourguidenya.
Pukul sembilan malam Binar baru bisa pulang kerumah. Sampai didepan pintu Binar segera mengambil kunci dan memasukkannya, namun setelah kunci itu masuk Binar tersadar jika pintu rumahnya tidak terkunci dan langsung membukannya. Binar memasuki rumah dengan sedikit waspada mengamati rumahnya.
"Sudah pulang?" suara seseorang yang berasal dari ruang tamu mengagetkan Binar dan dengan segera Binar mengenali suara itu, Romi.
"Kamu, sudah berapa kali aku beri tahu jangan pernah datang kesini lagi. Keluar dari rumah ini Romi"
"Tidak, sebelum uang yang aku minta ku dapatkan"
Binar menghela napas kasar, "Aku tidak punya uang Romi."
"Bohong, berikan uangmu" ucap Romi, lalu mendekat ke arah Binar dan berusaha menarik tas jinjing yang dibawanya.
"Tidak ada Romi, ku mohon pergilah" Binar berusaha mempertahankan tas miliknya. Melihat Binar yang berontak Romi pun tersulut emosi, dengan kasar ia menarik tas jinjing Binar yang membuat Binar ikut tertarik mendekat ke arah Romi namun tangannya tetap menahan tas tak ingin Romi merampasnya karena kesal apa yang diinginkan tak segera ia dapatkan Romi pun mendorong Binar dengan keras hingga Binar terlempar dan pelipisnya mengenai sudut meja.
"Auchh" Binar memegangi pelipisnya yang berdenyut nyeri.
Dengan segera Romi menggeledah isi tas Binar dan mengambil dompet, diambilnya semua uang yang ada didalam dompet itu.
"Ini uang, tadi kamu bilang tidak ada. Semua ini aku ambil tenang pasti akan ku kembalikan" lalu membuang tas dan dompet kearah Binar.
Dengan menahan rasa sakit di pelipisnya Binar mengambil vas bunga yang ada diatas meja lalu berdiri mendekati Romi yang sudah bersiap pergi.
"pranggggg" vas bunga itu pecah mengenai kepala Romi. Dengan tangan gemetaran Binar melihat Romi yang mengerang kesakitan dan mulai oleng tubuhnya,
"Kau, berani beraninya" erang Romi menunjuk Binar.
Binar yang masih ketakutan dan menahan sakit dipelipisnya pun segera mengambil tas dompet dan uang yang jatuh dilantai lalu lantas pergi dari rumah meninggalkan Romi yang masih mengerang kesakitan.
***
Dengan tubuh yang masih bergetar Binar memberanikan diri memencet bel rumah besar yang ada didepannya. Setelah menunggu beberapa saat pagar rumah itu terbuka. Binar berdiri didepan pintu utama rumah tersebut menunggu sang tuang rumah keluar.
Ceklek
"Oh hai, kau apa kabar? Ada yang bisa ku bantu?" suara berat seorang lelaki menyapa Binar ketika pintu itu telah terbuka.
Binar diam masih dengan wajah yang tertunduk kebawah, tangannya mengepal mengumpulkan keberanian lalu menolehkan pandangannya ke arah pemilik suara berat tadi.
"Hai, aku….hmmm Angkasa aku Binar Amanda ingin menikah denganmu dan melunasi seluruh hutang ayahku" ucap Binar yang membuat Angkasa terdiam.
Lama sunyi diantara keduanya, Angkasa masih belum menjawab pernyataan Binar.
"Aku bersungguh-sungguh akan menjadi istrimu. Bisakah kamu menikahiku?"
"Kau tau konsekuensinya jika mengatakan menyetujui pernikahan ini kan?"
Binar mengangguk,"Ya aku tahu"
"Jadi kamu sudah siap melakukan pernikahan yang sakral dan suci?"
Binar mengangguk "Ya"
"Kamu siap menjalankan peran seorang istri dengan iklhas, artinya kamu akan terikat denganku dan dengan kemungkinan tak akan bisa terlepas."
Binar menarik napas dalam lalu menganggukkan kepalanya, "Ya saya siap"
Tbc.
Hallo jangan lupa kasih kritik dan saranmu dikolom komentar. Satu lagi jangan lupa votenya ya😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
ayu
bagus binarmending kamu nikah aja sm angkasa biar gak di ganggu lg ama sepupu mu
2023-02-21
0
Sunarti
sebenarnya binar hanya mencari perlindungan dari kekurangajaean Romi alhasil angkasa pelariannya kaliiii wkwk baper Thor😅😅
2021-02-24
2
ALICE💙💛
Keputusan yg tepat untuk menghindari si Romi👍
2021-02-21
2