"Hasil CT SCAN mu sudah keluar." ucap Angkasa ketika telah masuk kembali ke ruangan rawat Binar setelah tadi keluar mengambil hasil CT SCAN Binar.
Binar mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya, "Apa hasilnya?"
"Syukurlah tidak ada cidera khusus, seluruhnya aman."
Binar menghela napas lega, "Alhamdulillah, apa ku bilang. Kepala ku ini keras jadi pasti aman"
Angkasa mendelik, "Keras, sangat keras. Jangan pernah berpikir untuk mencobanya lagi."
"Mencoba apa?"
Angkasa mendekati Binar lalu mengetuk kepala Binar dengan satu jarinya.
"Mencoba untuk mengetes tingkat kekerasan kepalamu ini."
Binar terkekeh, "Hmmm aku janji."
"Dokter bilang kamu sudah bisa pulang sore ini."
Binar tersenyum sumringah, "Akhirnya bebas dari ruangan ini."
"Jangan terlalu senang, kamu masih harus banyak istirahat."
Binar mendengus sebal, "Aku rindu dengan kantor dan seisinya. Ini kali pertamanya aku libur lama."
"Makanya istirahat, minum obatmu agar cepat pulih."
"Yes, captain." jawab Binar dengan tangan kanan memperagakan layaknya orang yang sedang hormat.
Angkasa terkekeh.
~ Ceklek
"Hallo, apa aku mengganggu kalian?" suara seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat Binar membuat Binar dan Angkasa mengalihkan pandangannya.
"Ayah?" Angkasa terkejut ketika melihat siapa yang datang. Dia adalah ayahnya Burhan Baskoro, datang dengan masih memakai kursi roda yang didorong oleh ibu tirinya.
"Maaf, ayah datang tiba-tiba tanpa memberitahumu. Ayah hanya khawatir dan tidak sabar ingin bertemu calon menantu ayah."
"Dari mana ayah tau?"
"Saya yang menceritakannya. Maaf, karena ayahmu terus bertanya kapan bisa bertemu dengan Binar jadi saya terpaksa menceritakannya."
Angkasa mengangguk, "Ya tidak apa."
"Hallo Binar, apa kabarmu nak?" tanya ayah Angkasa pada Binar.
"Alhamdulillah, Aku sudah membaik paman."
"Syukurlah, maaf karena waktu itu paman belum sadar saat Binar datang."
Binar tersenyum dan mengangguk, "Iya tidak apa paman, paman bagaimana kabarnya?"
"Seperti yang kamu lihat saat ini. Jauh membaik, apalagi saat mendengar berita pernikahan kalian."
"Benarkah?" tanya Binar
Ayah Angkasa mengangguk
"Bisakah kalian meninggalkanku dan Binar sendiri. Ada yang ingin aku sampaikan secara pribadi dengan Binar." ucap ayah Angkasa pada istri dan anaknya untuk meninggalkannya sendiri di ruangan berdua dengan Binar.
Angkasa dan ibu tirinya pun mengikuti permintaannya, dan segera keluar meninggalkan Binar dan ayah Angkasa berdua di ruangan.
"Kamu cantik dan manis, seperti yang pernah diceritakan ayahmu dulu."
"Paman kenal ayahku?"
Ayah Angkasa tersenyum tipis, "Bukan hanya kenal, ayahmu adalah penyebab kenapa sampai saat ini aku masih hidup didunia ini."
Binar mengerutkan dahinya heran, "Maksud paman?"
"Ayahmu lah yang menyelamatkan paman dari maut, jika bukan karena keberanian ayahmu mungkin paman sudah lama tiada."
"Ayahku menyelamatkan paman? Kapan?"
"Dulu, mungkin sekitar delapan belas tahun yang lalu. Paman pernah mengalami kecelakaan kerja, karena kesalahan kontruksi dan perhitungan. Paman terjatuh dan terperosok kedalam sebuah bangunan yang tertimbun batu dan pasir. Kecelakaan itu menyebabkan paman terjebak selama berjam - jam, saat itu tidak ada pekerja yang tau karena hari itu adalah hari libur kerja. Tapi sesosok lelaki berani datang dan memanggil, dan saat itulah paman merasa bahwa ada secercah harapan untuk hidup. Lelaki itu adalah ayahmu, dia datang dan setelah tau bahwa di dalam timbunan itu ada orang ayahmu dengan berani menolong dan ikut masuk dengan hanya memakai perlengkapan sederhananya. Yang paman tau saat itu pamanmu sedang tidak bertugas dikerjanya."
Ayah Angkasa diam sesaat.
"Ayahku adalah seorang pemadam kebakaran." Ucap Binar tiba - tiba.
Ayah Angkasa mengangguk, "Ya ayahmu adalah pemadam kebakaran. Dia dengan beraninya ikut masuk ke dalam timbunan itu demi menyelamatkanku. Tidak ada alat, yang dia bawa hanya HT dan senter di tangannya. Kami berdua terjebak selama lebih dari dua jam di dalam. Dan selama itu kami saling bercerita tentang anak - anak kami. Tentang dia yang memiliki seorang putri cantik dan manis, dan tentangku yang memiliki anak pintar dan tampan." ayah Angkasa terkekeh kecil ketika mengingatnya.
"Dan dari kejadian itu, entah bagaimana tercetuslah ideku untuk menjodohkan anak kami jika kami berdua bisa keluar dengan selamat. Ayahmu tidak langsung menyetujui karena menurutnya anaknya harus hidup dan tinggal dengan orang yang dicintainya dan itu tidak bisa datang dengan paksaan. Dan karena itu aku memintanya untuk datang padaku ketika sudah siap untuk menjodohkan kalian. Setelah menunggu berjam - jam akhirnya ada tim penyelamat datang dan kami pun bisa keluar dengan selamat."
Ayah Angkasa berhenti sejenak dan Binar masih setia menunggu.
"Waktu itu paman memberikan catatan nama dan alamat paman pada ayahmu. Namun ayahmu tidak pernah datang. Dan sayangnya saat setelah kecelakaan itu paman langsung dirawat ke luar negeri. Paman hanya mengetahui nama ayahmu Hartanto dan bekerja di pemadam kebakaran. Saat paman kembali dan berusaha mencari ayahmu paman tidak bisa menemukannya lagi. Bahkan paman mencari sampai di kantor pemadam kebakaran namun orang - orang bilang kalau ayahmu sudah pindah keluar kota dan tidak tau dimana keberadaannya. Paman menunggu selama ini, dan hampir menyerah namun paman merasa penantian paman akhirnya tidak sia - sia setelah melihatmu disini sekarang. Bahkan sebentar lagi kamu akan jadi menantuku. Andai ayahmu masih ada beliau pasti juga akan senang."
Binar menatap ayah Angkasa dengan haru, pelupuk matamya telah dipenuhi dengan air mata yang siap meluncur jatuh.
"Kenapa? Jangan menangis Binar"
"Paman tau? Selama ini Binar berprasangka buruk pada ayah. Binar selalu memikirkan betapa teganya ayah menyerahkan Binar begitu saja pada orang lain hanya karena hutang yang dimilikinya. Dan sekarang Binar tau ayah tidak seperti itu, Binar tau ayah orang yang baik." dan akhirnya tangisan Binar pun pecah. Binar tidak kuasa menahan tangisnya ketika mengingat almarhum ayahnya.
Ayah Angkasa menggenggam tangan Binar, "Ayahmu adalah orang hebat, manusia pemberani yang pernah paman lihat seumur hidup. Beliau adalah pahlawan."
"Selama ini ayah selalu disepelekan karena pekerjaannya. Dan kali ini Binar mendengar sendiri bagaimana ayah begitu berjasa untuk seseorang" ucap Binar sesegukan.
Cukup lama Binar menangis, dan ayah Angkasa dengan sabar menunggu dan menenangkan Binar.
"Sudah baikkan?" tanyanya setelah melihat Binar sudah tidak menangis lagi.
Binar mengangguk.
Ayah Angkasa mengeluarkan sesuatu dari dalam saku jas yang ia kenakan. Sebuah amplop coklat, dibukanya amplop itu dan dikeluarkan selembar kertas didalamnya.
"Paman punya hadiah untukmu"
"Hadiah apa?" tanya Binar
"Ini hadiah pernikahanmu dari paman, tapi kamu harus menandatangani ini untuk mendapatkannya."
Ayah Angkasa menyodorkan selembar kertas itu pada Binar.
"Ini apa?"
"Tanda surat kepemilikan atas namamu."
"Tapi paman hmm…" Binar masih ragu - ragu untuk menandatanganinya.
"Tanda tanganilah, ini hadiah dari paman. Paman mohon terimalah." pintanya, dan akhirnya Binar pun setuju dan menandatangani kertas tersebut.
"Tapi ingatlah untuk jangan memberi tahu ini pada Angkasa. Paling tidak sampai nanti kalian telah resmi menjadi suami istri"
Dan Binar pun hanya mengangguk setuju.
Tbc.
Jangan lupa like, komen dan votenya ya teman - teman 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sunarti
pemadam kebakaran adalah pekerjaan yg mulia, ooh aku terharuuu....
2021-02-24
2
Rhanny Veronica
eh busyet ada aja yg menyepelekan pekerjaan pemadam kebakaran... sumprita tuh orang picik banget pemikirannya...
2021-02-05
1
Elly Az
ada rahasia apa ne...??
2021-01-29
2