Hutang Cinta Untuk Mr. Pilot
Ketika seseorang meninggal dunia, harta yang ia punya akan diwariskan kepada ahli warisnya. Namun, sebelum itu harta tersebut akan digunakan untuk mengurus jenazah beliau, membayar hutang-hutang beliau, dan juga untuk melaksanakan wasiat jenazah. Hutang ini menjadi salah satu yang wajib dibayarkan karena akan dituntut hingga hari kiamat kelak. Dan oleh karena itulah kini Binar harus memutar otak untuk melunasi seluruh hutang yang diwariskan oleh almarhum ayahnya. Ya, jika biasanya orang meninggal mewariskan harta kepada keturuan atau warisannya maka berbeda dengan ayah Binar yang justru mewariskan sebuah kertas catatan berisi list orang-orang yang pernah beliau pinjam uang atau pun barangnya. Tepat tiga bulan yang lalu ayah Binar meninggal karena sakit komplikasi yang dideritanya dan sudah sekitar dua minggu ini Binar harus berkeliling kesana kemari menghampiri alamat - alamat yang tertulis dalam warisan catatan untuk melunasi hutang - hutang milik ayahnya.
Bukan perkara yang mudah bagi Binar untuk melunasi seluruh hutang - hutang milik ayahnya, mengingat ia harus merelakan uang tabungan yang telah ia kumpulkan dari lima tahun terakhir. Uang yang dihasilkan dari hasil kerja part time semasa kuliah dan gaji selama ia bekerja sebagai HRD di Mega Jaya Group.
"Sampai sekarang masih heran, buat apa ayah hutang kebanyak orang. Selama ini sekolahku selalu ditanggung beasiswa gaji dari kerja ayah pun cukup untuk hidup kami berdua selama ini." ucap Binar sembari memegang catatan berisi list hutang-hutang ayahnya
"hufttt…" Binar menghela nafas lalu memejamkan matanya mencoba mencari kekuatan untuk menghadapi masalah ini. Setelah seperkian detik Binar kembali membuka mata lalu melihat ke kertas catatan yang sedari tadi ia pegang.
"Satu lagi, hanya tinggal satu hutang lagi yang perlu kamu lunasi Binar. Setelah itu kamu bisa bernapas lega ayahmu tak akan mendapat siksa api neraka dan kamu tak jadi anak durhaka." Binar mengucapkan kata-kata semangat untuk dirinya sendiri. Setelah itu ia berdiri dari duduk dan mengambil tas jinjing miliknya bersiap untuk melanjutkan perjalanan pelunasan hutang milik ayahnya.
"Oke jadi aku hanya perlu pergi ke alamat ini dan menemui seseorang bernama Burhan Baskoro"
Ucap Binar lalu mulai beranjak pergi dengan membawa kertas catatan ditangannya yang hampir seluruh list didalamnya telah diberi centang tanda bahwa list tersebut telah terpenuhi atau hutang tersebut telah terlunasi. Hanya satu, satu list terakhir yang belum tercentang list yang paling akhir dan paling berbeda dari isi list-list sebelumnya. List yang hanya menuliskan nama dan alamat seseorang bernama Burhan Baskoro.
***
Binar sampai ke alamat seseorang bernama Burhan Baskoro setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit dari tempatnya bekerja dengan menggunakan taksi online.
"Besar sekali, ini masih rumah kan?" gumam Binar dengan wajah yang masih takjub mengamati rumah yang ada didepannya saat ini. Rumah dengan pagar dan tembok yang menjulang tinggi. Rumah yang juga kembali mengingatkan Binar akan hutang yang dimiliki oleh ayahnya terhadap seseorang bernama Burhan Baskoro yang bisa jadi adalah pemilik rumah ini walaupun didalam hantinya Binar masih berharap bahwa bisa saja Burhan ini adalah satpam ataupun sopir dirumah ini jadi ayahnya tidak mungkin bisa meminjam uang denga nominal besar dengannya.
"Tapi kenapa dicatatan gak ditulis nominal hutangnya seperti hutang - hutang yang lain?" Binar kembali resah setelah mengingat kertas wasiat yang masih ia pegang.
"Apa hutangnya terlalu banyak sampai ayah tidak mampu menulisnya?"
"Ahh tidak - tidak jangan berpikiran seperti itu" Binar menggelengkan kepalanya mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran buruk yang mulai menghampiri. Lalu memberanikan diri memencet bel.
Ting tong,,ting tong,,ting tong
Setelah sekitar tiga kali Binar memencet bel, pagar yang menjulang tinggi itupun terbuka sendiri secara otomatis diikuti Binar yang melangkah masuk ke halaman depan rumah itu.
"wah" Binar kembali berdecak kagum dengan keindahan halaman serta bagus nya rumah yang ada didepannya ini.
Seorang wanita tua muncul dari balik pintu utama rumah ini
"selamat siang,ada keperluan apa mbak?" tanya wanita tua itu pada Binar
"Saya mau bertemu dengan Burhan Baskoro bu, benar ini alamatnya?"
Wanita tua tersebut tampak diam sesaat sebelum menjawab pertanyaan Binar dengan sedikit ragu.
"Iya benar, sebelumnya ada keperluan apa mbak mau bertemu dengan bapak Burhan?"
Binar mengerjap ketika mendengar wanita tua tersebut memanggil sosok Burhan dengan sebutan "Bapak" hal ini membuat Binar mempunyai firasat buruk akan hutang ayahnya
"Ahh sudah pasti Burhan adalah pemilik rumah ini, habislah kau Binar sebentar lagi kamu akan jatuh miskin" gumam Binar dalam hati.
"Almarhum ayah saya meninggalkan catatan nama dan alamat Bapak Burhan. Dan saya perlu menemui bapak Burhan untuk menanyakan apakah ayah saya pernah berhutang dengannya"
Wanita tua itupun menganggukkan kepalanya tanda mengerti lalu mempersilahkan Binar untuk masuk kedalam rumah. Binar dibawa masuk kedalam ruang tamu rumah tersebut.
"Bapak Burhan sedang dirawat dirumah sakit saat ini jadi belum bisa menemui mbak, tapi saya akan panggilkan anaknya untuk bertemu agar mbak bisa menyampaikan langsung melewatinya."
Binar pun terkejut, namun dengan cepat mengembalikan ekspresinya seperti biasa dan menganggukkan kepala tanda bahwa ia setuju untuk bertemu dengan anak bapak Burhan ini.
Setelah beberapa menit menunggu seorang lelaki tinggi dan berbadan tegap datang dari arah dalam menuju Binar.
"Saya Angkasa Baskoro" lelaki tersebut menjulurkan tangannya ke arah Binar yang juga langsung disambut oleh Binar
"Binar Amanda"
"Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanya lelaki tersebut setelah keduanya kembali duduk di sofa.
"langsung ke intinya saja, ayah saya meninggal tiga bulan yang lalu dan beliau meninggalkan kertas berisi catatan hutang - hutang yang belum ia lunasi semasa hidupnya. Dan salah satu dari nama-nama orang tersebut adalah Burhan Baskoro Ayahmu. Namun dicatatan ini tidak dijelaskan berapa nominal hutang ayahku pada ayahmu. Jadi saya berinisiatif ke sini untuk menanyakan jumlah hutang ayahku dan segera untuk melunasinya." jelas Binar dengan sedikit kekhawatiran dengan jumlah nominal hutang ayahnya.
Untuk beberapa saat Angkasa anak bapak Burhan diam tidak menjawab pernyataan Binar dan tampak memikirkan sesuatu.
"Boleh saya tahu nama ayahmu?" pertanyaan itu yang keluar setelah ia diam untuk beberapa saat.
Binar mengangguk, "Tentu, nama ayahku Hartanto."
Angkasa nampak sedikit terkejut setelah mendengar nama ayah Binar.
Lalu ia berdiri, "Tunggu sebentar disini, saya harus mengambil sesuatu" ucapnya setelah itu kembali meninggalkan Binar sendiri diruang tamu dengan segala macam pertanyaan dan kekhawatiran yang muncul dibenakmya.
Setelah beberapa saat Angkasa kembali dengan membawa sebuah map coklat ditangannya
"Ku rasa kamu harus memikirkan kembali untuk melunasi hutang ayahmu. Kau akan mendapat masalah besar" ucapnya pada Binar yang semakin membuat jantung Binar berdegup kencang khawatir dengan jumlah hutang ayahnya.
"Silahkan baca ini, dan mungkin kamu akan mengerti apa yang ku maksud dengan masalah besar itu" Angkasa memyerahkan map coklat ditangannya pada Binar yang langsung dengan cepat diambil dan dibuka oleh Binar tak sabar untuk mengetahui apa isi map trrsebut
"Jika suatu saat ada seseorang yang datang dengan membawa nama Hartanto dan bertanya akan hutangnya padaku. Maka beri tahu orang tersebut bahwa hutangnya adalah berbesan dengan ku. Pastikan bahwa hutang ini harus terbayar lunas maka apa yang telah kumiliki seluruhnya menjadi milikmu. Tertanda Burhan Baskoro." Binar membaca isi dari tulisan yang terdapat dalam kertas tersebut dan nampak bingung dengan maksudnya.
"Kertas apa ini, kenapa isinya seperti ini?" tanya Binar pada Angkasa
"Jika melihat dari isinya ini seperti surat wasiat, namun karena berhubung ayahku belum meninggal jadi ini adalah surat yang dipersiapkan oleh ayahku jika suatu saat ia sudah meninggal dan seseorang bernama Hartanto belum melunasi hutangnya maka tugasku untuk menyampaikan ini pada Hartanto tersebut."
"Tapi ayahku sudah meninggal" ucap Binar masih. Kebingungan
"Well, sebenarnya aku berharap bahwa seseoramg bernama Hartanto ini tidak mempunyai anak perempuan jadi aku tidak perlu melaksanakan pesan ayahku ini. Tapi dengan tiba-tiba kamu berinisiatif datang kesini untuk melunasi hutang ayahmu. Aku pikir sekarang bukan hanya kamu yang akan mendapatkan masalah besar tapi aku juga."
Binar mengeryitkan dahinya masih tampak tidak mengerti dengan apa yang terjadi
"Aku masih tidak mengerti" ucap Binar
"Bukankah sudah jelas didalam kertas itu disebutkan namaku dan juga isi yang menyebutkan bahwa ayahmu berhutang menjadi besan ayahku. Itu artinya hutang ayahmu adalah menikahkan anaknya kepada anak ayahku. Dan disini kamu datang sebagai anak dari Hartanto dan saya sendiri adalah anak dari Burhan Baskoro. Sampai saat ini mengerti?" jelas Angkasa panjang lebar pada Binar namun binar masih bingung dan menggelengkan kepalanya.
Angkasa menghela napas panjang melihat Binar yang masih belum mengerti dan paham dengan kondisi yang menjebak mereka.
"Dengar baik - baik, jadi ayahmu mempunyai hutang untuk menjadi besan ayahku. Yang artinya mereka ingin kita berdua menikah, paham?"
Mata binar melotot dan map coklat yang ia pegang pun terjatuh karena terkejut dengan apa yang dijelaskan oleh Angkasa.
"Tunggu, Apa menikah? Maksudnya Aku?kamu? Menikah, kita menikah?????"
Tbc.
Hallo salam kenal nama saya Risa Saputri, saya harap semuanya dapat menikmati cerita ini. Ditunggu kritik dan sarannya😉
Find me in Ig : @Risasaputri790
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sofia Dewi
hallo k author.... senang bs bc karya anda
2023-08-13
0
Permata Winsa
hhhhmmmmm sepertix menarik
2021-05-15
1
Sunarti
bagus aku suka💜💜
2021-02-23
1