Yohana memperhatikan Binar yang tampak tak begitu berselera makan, terlihat dari tingkahnya yang hanya asik memainkan sendok tanpa memakan makanannya.
"Hey, whats wrong?. Dari tadi makanannya cuman diaduk-aduk. Kenapa, tidak enak?" tegur Yohana yang menyadarkan Binar dari lamunannya.
"Tidak, hanya sedang tidak berselera."
"Kenapa? Masih masalah hutang lagi?"
Binar menggeleng lalu menyampirkan rambutnya yang mengganggu kebelakang telinganya.
"Oh my god, ini apa Binar? Cincin!" tanya Yohana terkejut melihat cincin yang melingkar di jari manis Binar.
Binar mengangguk dengan senyum tipis dan menunjukan wajah permintaan maaf pada Yohana.
"Hhmm Ya, panjang ceritanya Yo. Maaf aku belum menceritakannya padamu karena aku pun sejujurnya masih sedikit shock."
"Akan kumaafkan asalkan sekarang kamu cerita!"
Binar mengangguk, "Oke kuceritakan, aku bertunangan dengan Angkasa. Dan kami akan segera manikah"
Mata Yohana membelalak terkejut, "Tunggu-tunggu, Angkasa yang itu?"
Binar mengangguk
"Seriously?"
Binar mengangguk lagi
"Oh my god, kamu menyetujui pernikahan ini?"
"Ya setelah banyak pertimbangan akhirnya aku memutuskan untuk menerima. Dengan aku menikah maka ayahku tidak perlu lagi kebingungan untuk menjawab pertanyaan pertanggung jawaban atas hutang-hutangnya diakhirat. Lagi pula aku tidak punya siapa-siapa lagi hanya ada paman dan sepupuku yang pecandu terlebih aku seorang perempuan jadi akan lebih baik ketika ada orang yang dapat menjagaku dan dapat menjadi imamku"
"Kurasa kamu mengambil keputusan yang tepat, aku mendoakan semoga pernikahan ini membawamu pada kebahagiaan yang selama ini selalu kamu impikan"
Binar memegang tangan Yohana, "Terimakasih banyak Yo, kamu yang terbaik."
***
Angkasa merapikan perlengkapan bajunya pada sebuah tas koper berukuran sedang. Seragam pilot lengkap telah melekat ditubuhnya.
"Dimana? Bisa bertemu sebentar?" isi pesan yang ia tujukan pada Binar
"Aku masih dijalan menuju kantor. Kenapa?" Balas Binar
"Datanglah kebandara. Aku perlu bertemu. Akan ku tunggu di Starbuck." Angkasa lalu menutup ponsel dan memasukkan ponsel itu di saku kemejanya. Dilihatnya lagi pantulan dirinya dalam kaca melihat apakah sudah tidak ada yang kurang, lalu setelah dirasa sudah lengkap semua Angkasa mengambil kunci mobil diatas meja dan menarik kopernya bersiap menuju bandara.
***
Binar berjalan dengan sedikit tergesa, setelah makan siang tadi Angkasa dengan tiba-tiba memintanya untuk bertemu dibandara yang membuat Yohana harus menurunkannya dibandara lalu meninggalkannya kembali kekantor dan itu membuat Binar harus memikirkan akan mengendarai apa dirinya menuju kantor setelah ini.
Dilihatnya sekeliling bandara untuk mencari dimana letak Starbuck berada, dan segera menghampiri Angkasa setelah menemukannya.
Binar dapat melihat Angkasa yang duduk sendiri dengan dua cangkir kopi didepannya. Angkasa terlihat nampak berbeda dimata Binar, ia mengenakan seragam pilotnya dan itu membuatnya sedikit jauh lebih mempesona dari sebelumnya. Paling tidak itu yang ada dipikiran Binar walaupun sebenarnya Angkasa tidak hanya sedikit jauh lebih mempesona, namun benar-benar mempesona dengan balutan seragam pilot itu hanya saja Binar masih malu untuk mengakuinya.
"Hi, duduklah aku sudah memesankan kopi untukmu" ucap Angkasa ketika Binar telah berada didepannya.
Binar duduk tepat berhadapan dengan Angkasa yang membuatnya dapat lebih jelas melihat wajah Angkasa. Rahang tegas, mata yang tajam dan sedikit rambut halus habis dicukur disekitar rahangnya semua itu Binar menyukainya. Binar kembali mengingat bagaimana kecupan manis dari Angkasa mendarat didahinya yang membuat pipi Binar bersemu.
Binar menggelengkan kepalanya mencoba menyadarkannya dari pikiran-pikiran yang datang, "Sadarlah Binar!" gumamnya dalam hati.
"Ada apa?" tanya Angkasa heran melihat Binar yang tiba-tiba menggelengkan kepala.
"Ha? Tidak. Tidak ada apa-apa"
Angkasa mengangguk
"Jadi kenapa?" lanjut Binar menanyakan perihal permintaan Angkasa untuk bertemu dibandara saat ini.
"Nothing, hanya ingin bertemu" jawab Angkasa santai yang membuat Binar melongo keheranan.
"Bukannya hal ini yang sering dilakukan sepasang kekasih, apalagi tunangan. Bertemu pasangannya dan menghabiskan waktu." jawabnya lagi.
"Tapi ini masih terlalu aneh untuk kita, kita bukan pasangan seperti lainnya. Dan kita cukup kaku untuk melakukan semua ini"
Angkasa menyeruput kopi yang ia pesan, "Jadi mari kita buat menjadi tidak kaku, kita akan tinggal selama 24 jam dalam sisa umur kita. Jadi mari kita biasakan."
Binar menghela napas, merasa bahwa perkataan Angkasa ada benarnya juga.
"Jadi kamu akan pergi bekerja selama berapa hari?" tanya Binar mencoba untuk memulai percapakan.
"Kurang lebih tiga hari"
"Kemana?"
"Aku mempunyai jadwal rute penerbangan Jakarta - Malaysia - China. Lalu China - Philipine - Jakarta."
"Pasti akan melelahkan, jaga kesehatanmu"
Angkasa mengangguk, "You too, pastikan dirimu baik-baik saja selama aku tidak ada"
"Ya pasti"
"Pesawatku take Off sekitar 40 menit lagi, aku akan memesan kan taksi untukmu kembali ke kantor"
Binar mengangguk, "Satu lagi, kita akan mengunjungi ayahku nanti setelah aku kembali jadi bersiaplah" jelas Angkasa yang membuat Binar terkejut
"Kita? Kapan? Kamu sudah tau dimana ayahmu dirawat?"
Angkasa tersenyum, "Tentu aku selalu tau dimana dia dirawat, seperti katamu waktu itu dia ayahku kan"
Binar mengeryitkan dahinya, "Lalu kenapa waktu itu kamu menjawab dengan ragu saat aku bertanya"
"Karena saat itu aku tidak mau direpotkan dengan permasalahanmu dan ayahku" ucap Angkasa dengan senyum jahil.
"Dasar, membantu ketika orang kesusahan itu baik."
"Tapi terkadang membantu orang itu malah akan membuat kita balik kesusahan. Benar kan"
Binar mendengus kesal mendengar jawaban pembelaan dari Angkasa.
"Dia ini anti sosial atau apa?" gerutu Binar dalam hati.
Angkasa mengantarkan Binar menunggu taksi ditempat pemberhentian mobil.
"Itu mobilnya" ucap Angkasa ketika melihat sebuah mobil melintas mendekati mereka.
Binar bersiap masuk kemobil namun sesuatu menghentikannya, ia kembali berbalik mendekati Angkasa yang melihatnya heran.
"Kenapa?" tanyanya
Binar mengambil sesuatu didalam tasnya lalu memberikannya pada Angkasa,
"Aku tidak membawa apa-apa tadi kesini. Aku hanya punya ini, jagalah kesehatanmu aku menunggumu disini" ucap Binar
Angkasa mengambil dua tablet Vitamin C dari tangan Binar.
"Aku pergi dulu" lalu Binar kembali masuk ke mobil taksi yang sedari tadi menunggunya.
Angkasa memperhatikan taksi itu hingga memghilang dari pandangannya. Dilihatnya lagi vitamin c yang ada digenggamannya.
Sebuah senyum terbit diwajahnya, "Jadi seperti ini rasanya ketika ada seseorang yang menunggu kepulanganmu"
Tbc.
Hallo temen - temen, ditunggu kritik dan sarannya dikolom komentar. Like dan votenya juga jangan lupa😊 Terima kasih😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Sunarti
aaaaa bikin baper Thor 😍😍😍😍
2021-02-24
2
ALICE💙💛
Aaaaa suka bgt sm mereka 😍😍😍 aku jadi ikut membayangkan rasanya klu lg malu² seperti mereka 🤣🤣
2021-02-21
2
Ilma Kikyo
aku jadi merona
2021-02-20
2