Ustadz Hanafi, Jadi CEO Perusahaan
"Allahu Akbar... Allahu Akbar"
"Allahu Akbar... Allahu Akbar"
Suara adzan menggema, sebagai tanda berakhirnya mata pelajaran di siang itu.
Terlihat para santri pria, mulai memenuhi tempat wudhu di halaman masjid, untuk bersiap-siap menunaikan ibadah shalat dzuhur berjamaah.
Nampak seorang pria muda, berpeci hitam berbaju putih lengan panjang sedang berjalan menuju sebuah ruangan di samping masjid.
Di ruangan itu, terdapat tempat wudhu khusus bagi para ustadz yang menjadi tenaga pengajar di Pondok Pesantren tersebut.
Sosok ustadz muda inilah yang merupakan tokoh sentral dalam novel ini. Namanya Ustadz Hanafi, namun kebanyakan para santri memanggilnya Gus Nafi.
*******
Sekilas tentang Ustadz Hanafi alias Gus Nafi
Gus Nafi adalah cucu dari pemilik Pondok Pesantren Al Mansyur, usianya masih sangat muda sekitar 25 tahun.
Di kalangan santri dan pengurus pesantren, Ustadz Hanafi dikenal banyak memiliki prestasi. Prestasi terakhirnya adalah juara catur antar pondok pesantren tingkat propinsi Jawa Timur, dalam rangka memperingati 100 tahun Indonesia merdeka.
Ustadz Hanafi memiliki nama lengkap Hanafi Covidra. Menurut ayahnya nama Covidra diambil dari kata "Covid", sejenis virus yang mewabah di tahun 2020, yakni saat Ustadz Hanafi dilahirkan.
Gara-gara diberi nama "Covidra", ketika SD Ustadz Hanafi sering dibully, teman-teman nya mengejek dengan panggilan "virus".
Pernah suatu ketika, karena sudah tidak tahan, Hanafi saat ia masih kecil menangis sambil teriak-teriak. Hanafi minta ayahnya agar mengganti namanya.
Namun Sang Ayah, malah mengatakan justru dengan nama covidra, dirinya akan lebih mudah dikenal dan diingat. Ibaratnya sebuah branding produk yang tidak perlu banyak promosi lagi.
Ayah dari Ustadz Hanafi bernama Tuan Malik Abdullah, ia dikenal sebagai seorang pengusaha dan sangat mengutamakan branding dalam berbisnis.
Tuan Malik Abdullah adalah pemilik Musi Corporation yakni sebuah jaringan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan, pendidikan, pertambangan dan telekomunikasi.
Di tahun 2045, Musi Corporation merupakan jaringan perusahaan terbesar di Indonesia dengan asset mencapai milyaran dollar, dan memiliki cabang yang menyebar di 35 negara.
Adapun nama Musi Corporation mengambil nama sebuah sungai yang berada di Kota Palembang tempat ayahnya dilahirkan. Musi Corporation sendiri didirikan sekitar 2 bulan setelah Ustadz Hanafi dilahirkan.
Ibu dari Ustadz Hanafi bernama Bunda Aisyah Ismail, putri dari Kiai Ismail Mustafa pemilik Pesantren Al Mansyur. Ibunya sehari-hari berprofesi sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi di Jakarta.
Pertemuan antara kedua orang tua Ustadz Hanafi, terjadi ketika keduanya menjadi mahasiswa. Ayahnya mahasiswa UNSRI yang lokasinya berada di Indralaya sekitar 32 km dari Kota Palembang, sedangkan ibunya mahasiswi UIN Raden Fatah yang berada di Kota Palembang.
Kedua orang tua Ustadz Hanafi dikenal aktif di lembaga dakwah kampus, dan mereka mulai saling mengenal ketika ada kegiatan dakwah antar kampus.
Dari pernikahan keduanya mereka dikaruniai 3 anak laki-laki, yang sulung bernama Idris, kemudian yang tengah bernama Musa dan Ustadz Hanafi adalah anak yang paling bungsu.
Kedua abang Ustadz Hanafi, yakni Idris dan Musa dipercaya ayahnya untuk mengelola Musi Corporation. Dan diharapkan keduanya bakal meneruskan usaha yang telah dirintis ayahnya tersebut.
*******
Kembali ke suasana Pesantren Al Mansyur di siang itu. Nampak seorang santri tergopoh-gopoh mendekati Ustadz Hanafi selepas Shalat Dzuhur berjamaah.
"Gus Nafi... " kata Si Santri setelah berada di dekat Ustadz Hanafi.
Terdengar namanya dipanggil, Ustadz Hanafi menoleh ke arah suara yang memanggilnya.
Si Santri kemudian mencium tangan Ustadz Hanafi, setelah itu ia bicara dengan nada rendah.
"Di ruang guru, ada tamu dari Jakarta" ucap Santri itu dengan sopan.
"tamu dari jakarta..." gumam Gus Nafi.
"siapa...?!" pikirnya, apa mungkin kedua orang tuanya? Bukankah baru 2 bulan lalu, kedua orang tuanya berkunjung ke Pesantren?
Gus Nafi bergegas menuju ruang guru, dari belakang Si Santri ikut mengiringi.
"Yang datang, laki-laki atau perempuan?" tanya Gus Nafi sambil berjalan.
"Laki-laki, gus..." jawab Si Santri singkat.
Dari kejauhan terlihat sebuah mobil mewah di parkir di halaman pondok pesantren. Pemilik mobil setidaknya seorang CEO di perusahaan besar, hal itu terlihat dari nilai mobil yang mencapai milyaran rupiah.
"Ooh.. Mang Cik... Assalamu 'alaikum" ungkap Ustadz Hanafi setelah mengenali orang yang datang tersebut.
Segera Ustadz Hanafi mencium tangan tamunya dengan hormat.
"heii dik... tunggu sebentar" tiba-tiba tamu Ustadz Hanafi berteriak. Dia memanggil santri yang mengiringi Ustadz Hanafi, yang sepertinya sudah berjalan meninggalkan ruang guru.
Si Santri berhenti sesaat setelah mendengar panggilan. Nampak tamu Gus Nafi mengeluarkan sebuah kartu yang dia tempelkan ke dompet elektronik milik Si Santri sambil menekan beberapa tombol.
"Buat dia jajan" kata tamu itu ketika sudah masuk kembali ke ruang guru.
Di masa itu, dompet sudah berbentuk elektronik. Dan untuk mengisinya cukup ditempelkan dengan kartu tabungan, setelah terhubung tinggal ditekan beberapa tombol angka yang muncul di dompet itu.
"Mang cik... bagaimana kabar?" tanya Ustadz Hanafi ke tamunya tersebut.
Tamu yang dipanggil "mang cik" itu tidak lain paman dari Ustadz Hanafi yang bernama Rasyid Abdullah.
Ustadz Hanafi memiliki 3 orang paman, yang paling tua setelah ayahnya bernama Mahmud Abdullah dipanggil "Mang Cak", kemudian disusul Rasyid Abdullah yang dipanggil "mang cik" dan terakhir Muhammad Abdullah yang dipanggil "mang uju".
Panggilan mang cak, mang cik dan mang uju ini merupakan budaya dari melayu Palembang, yang merupakan asal keluarga ayah Ustadz Hanafi.
"Alhadulillah.. sehat" ucap Mang Cik Rasyid sambil tersenyum.
"Tadi sempat mau ketemu Kiai Ismail, tapi kata stafnya sedang berada di Sulawesi" kata Pamannya lagi.
"Jadi... infaq buat Pesantren, mang cik bayar di dompet amal di dekat gerbang" ucap Mang Cik Rasyid melanjutkan.
Dompet amal merupakan dompet elektronik milik yayasan atau lembaga pendidikan. Biasanya dompet amal ini diletakkan di dekat gerbang, jadi siapa saja yang berniat memberi sumbangan tinggal menempelkan kartu tabungan mereka di sana.
"Sama saja mang cik" ucap Ustadz Hanafi
"Nanti biar saya yang beri tahu ke Mbah Ismail", kata Ustadz Hanafi lagi.
Kemudian paman dan keponakan ini saling bercerita keadaannya masing-masing. Dari cerita pamannya, Ustadz Hanafi mendapat info Musi Corporation mendapat kepercayaan pemerintah untuk mengolah lahan-lahan yang masih terlantar. Diperkirakan luas lahan tersebut mencapai 700 ribu hektar.
Rencananya pengelolaan lahan tersebut akan dikoordinasi Abang Idris, kakak tertua dari Ustadz Hanafi. Lahannya sendiri tersebar di 3 pulau yakni Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Mang cik Rasyid sendiri di Musi Corporation menjabat pimpinan divisi usaha Pertambangan. Kebanyakan lahan tambang yang dikelola Musi Coprporation berada di luar negeri seperti Qatar, Cina, Kanada dan Benua Afrika.
Setelah cukup lama berbincang, Mang Cik Rasyid meminta Ustadz Hanafi menemaninya ke Masjid Pesantren. Di sana Sang Paman sebagai seorang musafir, melaksanakan Shalat Jamak Qashar, yaitu meringkas Shalat Dzuhur dan Shalat Asar dalam satu waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Novellette (akun thor hiatus)
aku lg hiatus jd penulis,istirahat satu bulan.aku akan coba atur waktu,jd pembc dulu..dn aku like plus rate dulu..
2020-11-18
2
Intanksm98
Halo Kak, aku sudah mampir nih.. aku sudah rate 5 untuk cerita Kk, dan aku bakal like setiap chapter nya setelah aku baca tentunya.
Semangat kakak untuk terus berkarya..
Jangan lupa mampir kekaryaku juga :
1. Unforgettable Mistake
2. Camelia
3. Hope
Terima kasih..(づ ̄ ³ ̄)づ
2020-11-14
3
DJ Pena
kk aku mampir nie..
mampir jg yuk k carita ku
bahtera cintaku dengan ustadz ganteng
2020-11-14
2