Perbedaan yang Indah

Kepergian Kiai Ismail Mustafa ke Sulawesi dalam rangka pembukaan cabang Pondok Pesantren Al Mansyur di Kota Makassar.

Pondok Pesantren Al Mansyur di Makassar merupakan cabang yang ke 5, setelah Bandung, Jakarta, Medan dan Palembang.

Ustadz Hanafi sendiri menjadi pengajar di Pondok Pesantren baru 2 tahun, selepas menamatkan kuliahnya di UIN Sunan Kalijaga.

Selain belajar di UIN (Universitas Islam Negeri), Ustadz Hanafi juga mengambil kuliah ekonomi di Universitas Terbuka.

Pendidikan Ustadz Hanafi di Universitas Terbuka baru selesai 1 tahun yang lalu, dan saat acara wisuda Ustadz Hanafi terpilih sebagai salah seorang lulusan terbaik.

Pernah sekali waktu Abang Idris meminta Ustadz Hanafi agar mau ikut mengurusi usaha bisnis keluarganya.

"Nafi, kamukan Sarjana Ekonomi, jadi seharusnya ikut ayah mengurusi perusahaan" kata Abang Idris kakak sulung Ustadz Hanafi lewat telepon.

"Iya bang... nanti Nafi pikirkan, tapi sekarang Nafi sudah betah di sini" jawab Ustadz Hanafi menolak secara halus permintaan dari abangnya itu.

"Nafi juga lulusan UIN bang... jadi ilmu Nafi juga terpakai di sini" ujar Ustadz Hanafi menambahkan.

Permintaan abangnya ini bukan baru kali ini saja, bahkan sejak Ustadz Hanafi masih kuliah abangnya ini selalu memintanya untuk ikut mengurusi Musi Corporation.

Sementara ayahnya Tuan Malik Abdullah, menyerahkan sepenuhnya pilihan karier dari putra bungsunya ini. Lagi pula tempat Ustadz Hanafi mengajar adalah Pondok Pesantren milik kakeknya sendiri.

"Nafi, abang ada rencana buka perkebunan sawit di Malaysia" kata Abang Nafi lagi.

"Mungkin kamu bisa menjadi komisaris utama di sana, kamu juga bisa sambilan ambil gelar master di universitas malaysia" kata Abang Idris belum menyerah.

"iya bang... terima kasih, nanti biar dibicarakan dulu sama keluarga disini, tentang permintaan abang ini" jawab Ustadz Hanafi dengan sedikit basa-basi.

Meski Ustadz Hanafi terhitung baru berapa tahun mengajar, namun para santri sangat segan kepadanya, mengingat dirinya merupakan cucu dari Kiai Ismail Sang Pemilik Pesantren.

Demikian juga di kalangan tenaga pengajar, Ustadz Hanafi sangat dihormati karena orang tua serta paman-pamannya adalah donatur terbesar bagi pembiayaan pesantren.

Adapun mata pelajaran yang diajarkan Ustadz Hanafi adalah ilmu manajemen usaha. Di sana Ustadz Hanafi mendidik Para Santri menjadi calon-calon wirausaha agar bisa mandiri saat mereka lulus nanti.

Kepada para santri yang di nilai berbakat, tidak segan-segan Ustadz Hanafi ikut menanamkan dana untuk modal awal anak didiknya tersebut dengan sistem bagi hasil.

Sebagai anak konglomerat, setiap bulan kedua orang tua Ustadz Hanafi mengirimkan uang yang cukup besar kepadanya, belum lagi dana yang dikirim kedua saudaranya yang sudah memiliki posisi sebagai CEO Perusahaan.

Dengan dana yang dimilikinya ini, Ustadz Hanafi bisa membantu beberapa santri untuk modal awal usahanya, tentu setelah mereka melalui seleksi yang ketat.

Ustadz Hanafi juga menyewa beberapa ruko yang dipakai untuk memasarkan berbagai produk dari alumni Pondok Pesantren. Bahkan dia memiliki beberapa staf untuk mengelola rukonya tersebut.

Ustadz Hanafi juga menggunakan dananya untuk membeli tanah-tanah yang tidak terurus di Kota Surabaya. Nantinya tanah tersebut dijadikannya lahan produktif atau jika lokasinya strategis dibangun rumah atau pertokoan.

*******

Pesantren Al Mansur

Nama Al Mansyur sendiri diambil dari nama pendiri Pondok yakni Kiai Mansyur yang tidak lain adalah mertua Kiai Ismail.

Pada awalnya Pondok Pesantren Al Mansyur hanya mengkaji ilmu-ilmu Keislaman yang bersumber dari kitab kuning.

Namun sejak Kiai Ismail menjadi pimpinan Pondok Pesantren, mata pelajarannya mengalami perubahan dengan memasukkan ilmu sains dan pertanian.

Secara keilmuan Kiai Mansyur dan menantunya Kiai Ismail agak berbeda. Kiai Mansyur banyak mengambil ilmu dari kiai-kiai sepuh di Jawa Timur, sementara Kiai Ismail banyak belajar dari para ustadz yang tinggal di Jakarta dan Bandung.

Demikian juga secara organisasi, Kiai Mansyur lebih dekat ke Nahdatul Ulama (NU) sementara Kiai Ismail pernah menjadi aktivis di Muhammadiyah.

Perbedaan organisasi ini tidak membuat keduanya saling mencela, malah keduanya saling mengisi demi kemajuan Pondok Pesantren yang berpusat di Kota Surabaya ini.

Dalam kehidupan berkeluarga, antara Kiai Ismail dengan istrinya putri Kiai Mansyur terlihat rukun. Terkadang perbedaan yang terjadi terkait kedua organisasi tersebut mereka sikapi dengan bijaksana.

Pernah sekali waktu, Muhammadiyah lebih dahulu 1 hari saat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Dalam kondisi ini, istri Kiai Iamail biasanya sudah tidak lagi berpuasa pada 30 Ramadhan bahkan ikut mempersiapkan hari raya sesuai dengan Kalender Muhammadiyah.

Namun setelah beberapa hari kemudian, istri Kiai Ismail melaksanakan Puasa Qadha, yakni untuk membayar puasa Ramadhan yang dia tinggalkan.

Pernikahan Kiai Ismail dengan putri Kiai Mansyur dikaruniai 4 anak, yang terdiri dari 2 putri dan 2 putra. Anak tertua mereka adalah Aisyah Ismail yang merupakan ibu dari Ustadz Hanafi.

Kemudian anak kedua dan ketiganya laki-laki bernama Kiai Rahmat Ismail dan Kiai Abdullah Ismail, yang keduanya merupakan pengasuh Pondok Pesantren Al Mansyur.

Sedangkan yang paling bungsu bernama Aminah Ismail yang sedang menyelesaikan program doktoral di Universitas Al Azhar Mesir.

Pada saat ini Kiai Ismail masih terlihat sehat di usianya menjelang 90 tahun. Dalam keseharian Pondok Pesantren Al Mansyur lebih banyak diurus oleh kedua putranya.

Pengaruh Kiai Ismail pada masa itu sangat kuat, menjelang Pemilihan Umum banyak calon-calon legislatif sowan minta dukungan.

Kiai Ismail tidak pernah menolak kedatangan para caleg itu, semua yang datang ia doakan bisa meraih kesuksesan jika nanti terpilih.

Demikian juga menjelang Pemilihan Kepala Daerah, banyak calon bupati dan calon gubernur mendatangi Pesantren Al Mansyur. Tidak saja datang dari Jawa Timur, bahkan ada yang datang dari provinsi yang jauh seperti Aceh dan Papua.

Pondok Pesantren Al Mansyur terbilang lembaga pendidikan yang cukup moderen pada masa itu. Mereka memiliki pemancar wifi sendiri dengan kecepatan yang luar biasa.

Semua pembayaran terkait langsung dengan pesantren seperti bayar uang sekolah atau biaya mondok dilakukan secara elektronik. Bahkan warung-warung makan yang ada disekitar Pondok sudah menerapkan teknologi digital tersebut.

Para Santri diperbolehkan memegang dompet elektronik, namun besaran pengeluaran sudah disetting sampai batas tertentu.

Dalam mengikuti pelajaran, para santri menggunakan buku elektronik sehingga tidak perlu membawa kitab-kitab berukuran tebal seperti di masa lalu.

Selain diajarkan ilmu keislaman, sains dan wirausaha, para santri di Pondok Pesantren Al Mansyur juga mendapat pelatihan budi daya tanaman.

Pondok Pesantren sendiri memiliki tanah wakaf seluas 2.500 hektar, yang dikelola para santri untuk mempraktekkan ilmu pertanian yang mereka kuasai.

Ketika para santri ini lulus, mereka diharapkan bisa langsung mengelola sawah milik keluarganya dengan cara yang lebih maju.

Hasil dari pengelolaan tanah wakaf nantinya dipakai pondok pesantren untuk membiayai keperluan pesantren serta sebagian lagi dananya dipakai buat program "bea siswa" bagi para santri yang kurang mampu.

Terpopuler

Comments

SaLoe Naballe

SaLoe Naballe

semangat thor

2021-03-09

1

🇮🇩⃝͠🐼⃟≛Bɪ⃝͜͡ͷ͠A|_|ⓤⓔ

🇮🇩⃝͠🐼⃟≛Bɪ⃝͜͡ͷ͠A|_|ⓤⓔ

semangat author

2020-11-16

2

ᴮᵀ⃝🚸ℳ꯭𝒾ᷨ𝓈ͦ𝓈ͭ 𝓀𝒽꯭𝒶𝓃꯭͠🐲

ᴮᵀ⃝🚸ℳ꯭𝒾ᷨ𝓈ͦ𝓈ͭ 𝓀𝒽꯭𝒶𝓃꯭͠🐲

semangat yah... 😘😘😘😘😘

2020-11-10

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!