Dinasti Keluarga Saudagar

Peran kedua orang tua Ustadz Hanafi bagi perkembangan Pondok Pesantren Al Mansyur sangatlah besar.

Dari 5 lokasi cabang Pondok Pesantren yang telah berdiri, 3 Cabangnya merupakan wakaf tanah dari Tuan Malik Abdullah, ayahanda Ustadz Hanafi.

Bukan hanya itu, 2.500 hektar lahan pertanian yang dikelola oleh Pesantren Al Mansyur sekitar 80% merupakan sumbangan Musi Corporation, Perusahaan milik keluarga Ustadz Hanafi.

Dalam sejarahnya, keluarga besar Tuan Malik Abdullah dikenal sebagai keluarga saudagar. Kakek dari Tuan Malik Abdullah merupakan seorang pedagang beras sekaligus memiliki sawah ratusan hektar di daerah Ogan Ilir.

Usaha keluarga ini kemudian dilanjutkan oleh Haji Abdullah, ayah dari Tuan Malik Abdullah. Di masa Haji Abdullah, beras yang dia pasarkan mengunakan label "Pegagan Beras Super" dan pemasarannya sudah menyebar ke seluruh Indonesia.

Haji Abdullah juga masuk ke bisnis properti, yakni dengan membeli ratusan hektar tanah di Palembang. Setelah melalui perencanaan yang matang, lahan-lahan itu dibangun perumahan dan pertokoan.

Namun bisnis properti yang dikelola Haji Abdullah mengalami kemunduran, terutama sejak wabah covid-19 melanda dunia. Banyak proyek perumahan milik Haji Abdullah mandek di tengah jalan dan akhirnya terbengkalai.

Dalam kondisi seperti ini, Haji Abdullah kemudian kembali ke bisnis awalnya sebagai Pedagang Beras dan Sembako. Dan untuk menunjang usahanya ini, salah seorang anaknya yang bernama Malik Abdullah mendirikan "Musi Shop Online".

Musi Shop Online pada awalnya adalah aplikasi pemasaran sembako secara online, namun dikemudian hari terus berkembang memasarkan berbagai produk seperti pakaian, elektronik dan sebagainya.

Selain mempelopori Musi Shop Online, Tuan Malik Abdullah atas persetujuan ayahnya mendirikan "Musi Corporation", yang membawahi semua usaha milik keluarga besar Haji Abdullah.

Haji Abdullah Wafat

Sekitar sepekan setelah kedatangan Mang Cik Rasyid ke Pondok Pesantren Al Mansyur Surabaya, Ustadz Hanafi menerima kabar duka, Sang Kakek Haji Abdullah wafat di usia sangat lanjut 93 tahun.

Pihak Pondok Pesantren Al Mansyur secara resmi mengirim Ustadz Hanafi dan pamannya Kiai Abdullah Ismail untuk menghadiri langsung pemakaman di Kota Palembang.

Beruntung Ustadz Hanafi tiba di Palembang sekitar 1 jam sebelum jenazah dimandikan. Sebagai cucu tertua, Ustadz Hanafi bersama ayah dan paman-pamannya melaksanakan prosesi pemandian jenazah.

Saat dimandikan, jenazah Haji Abdullah dibaringkan di atas kaki anak-anak dan cucunya yang duduk sambil merentangkan kaki mereka. Seusai dimandikan, jenazah kemudian ditutupi kain kafan.

Kain kafan adalah kain putih yang digunakan untuk membungkus jenazah sebelum dimakamkan. Jumlah kain kafan bagi jenazah laki-laki disunahkan sebanyak tiga helai (lapis), sedangkan bagi jenazah perempuan sebanyak lima helai.

Setelah dikafani, jenazah kemudian di bawa ke masjid dengan menggunakan keranda. Ustadz Hanafi yang ikut memanggul keranda jenazah kakeknya, harus ikut bersusah-payah menerobos ramainya kerumunan massa yang hadir pada saat itu.

Keranda jenazah akhirnya sampai di masjid bertepatan dengan kumandang adzan shalat dzuhur. Para pelayat yang hadir pada saat itu kemudian menunaikan shalat dzuhur sebelum melaksanakan shalat jenazah.

Pada saat pelaksanaan Shalat Janazah, Tuan Malik Abdullah selaku putra tertua almarhum menjadi imam shalat. Sudah menjadi kebiasaan warga setempat, yang bertindak sebagai imam shalat jenazah merupakan ahli keluarga terutama anak laki-lakinya.

Setelah pelaksanaan Shalat Jenazah, kemudian mayit dibawa ke pemakaman untuk dikuburkan dengan menggunakan keranda. Biasanya yang berangkat ke pemakaman adalah para pria, sementara kaum wanita setelah dari masjid kembali ke rumah ahli musibah.

Seusai jenazah dikuburkan, biasanya dilanjutkan dengan acara takziyah di rumah ahli musibah selama 3 hari berturut-turut. Acara takziyah biasanya di isi dengan pembacaan surah yasin, namun ada juga dengan mendengarkan tausiyah dari para ulama.

Paman Ustadz Hanafi dari pihak ibu yakni Kiai Abdullah Ismail mendapat kepercayaan menyampaikan tausiyah di hari pertama takziyah. Pada hari berikutnya tausiyah disampaikan ulama yang berasal dari kampung kakeknya di Ogan Ilir. Dan pada hari terakhir, tausiyah disampaikan seorang ulama terkemuka di Palembang yakni bernama Kiagus Haji Abdurrahim.

Gelar Kiagus merupakan gelar turun menurun yang ada di masyarakat Palembang. Selain Kiagus juga ada gelar lain seperti Kemas, Masagus dan Raden.

Setelah tausiyah biasanya para hadirin dipersilahkan untuk bertanya, baik itu terkait masalah ibadah, hukum agama atau persoalan lainnya.

Di tengah suasana duka, Ustadz Hanafi sempat berbincang-bincang dengan ayahnya Tuan Malik Abdullah.

"Nafi... saya dengar di Pesantren sekarang, ada program berupa bantuan modal usaha buat santri yang baru lulus" tanya Tuan Malik Abdullah kepada putranya.

"Bukan program resmi pesantren abah, hanya inisiatif pribadi buat bantu-bantu alumni yang berbakat membuka usaha" jawab Ustadz Hanafi meluruskan.

"Para santri yang sudah lulus, saya minta membuat semacam proposal usaha. Nanti yang dinilai memiliki prospek, akan diberikan bantuan modal dan pengembaliannya dengan sistim bagi hasil" jawab Ustadz Hanafi menambahkan.

"Apa sudah ada alumni yang berhasil?" tanya Tuan Malik Abdullah ingin tahu.

"Kalau berhasil mungkin belum, tapi beberapa sudah menunjukkan hasil yang bagus" jawab Ustadz Hanafi dengan lugas.

"Saya juga dengar, kamu banyak beli lahan di Surabaya?" tanya ayahnya lagi.

Sepertinya Sang Ayah banyak mendengar informasi aktivitas Ustadz Hanafi dari Mang Cik Rasyid, yang beberapa hari lalu berkunjung ke Pondok Pesantren Al Mansyur.

"Belum terlalu banyak abah, sebagian lahan ada beberapa dibangun buat tempat tinggal, kebetulan di Pesantren ada Nadia putrinya Paman Abdullah Ismail yang jago bikin desain rumah" jawab Ustadz Hanafi menceritakan tentang sepupunya.

"Oh.. iya... Nadia kalau tidak salah lagi mau menyelesaikan tugas akhirnya di UNAIR" kata Tuan Malik Abdullah.

"Nanti coba saya bicara sama ayahnya, kalau nanti Nadia lulus mau saya minta bergabung di Musi Corporation divisi properti" ujar Tuan Malik Abdullah bersemangat.

"Kalau bisa, jangan dulu abah" kata Ustadz Hanafi sedikit protes.

"Proyeknya di Surabaya masih cukup banyak, nanti kalau Nadia diajak ke Musi Corporation yang bantu saya nanti siapa" ujar Ustadz Hanafi menambahkan.

"Iya ga harus pindah ke Jakarta juga" ucap Tuan Malik Abdullah memahami keberatan anaknya.

"Nadia bisa tetap di Surabaya, sementara komunikasi dengan perusahaan bisa dilakukan dengan cara online" ujar Tuan Malik Abdullah menjelaskan lebih rinci.

Penjelasan ayahnya sedikit mengurangi kekhawatiran Ustadz Hanafi. Memang harus diakui, selama ini usaha propertinya banyak mendapat bantuan Nadia, sepupunya yang lagi berkuliah jurusan Teknik Sipil di Unair.

Selama acara takziyah, beberapa kali Ustadz Hanafi berbincang dengan kakaknya Abang Idris. Kakaknya dalam setiap kesempatan, selalu menanyakan kesediaannya untuk dapat mengurusi perkebunan sawitnya di Malaysia.

Namun berkali-kali juga Ustadz Hanafi menolak dengan beragam alasan. Dari masalah kesibukannya mengajar di Pondok Pesantren, kemudian juga mengurusi beberapa bisnisnya di Surabaya sampai kesulitan mendapat izin dari kakeknya Kiai Ismail.

Terpopuler

Comments

leehcn

leehcn

Semangat thor... Cerita bagus

2020-11-14

4

💕💕spta💕💕

💕💕spta💕💕

semangat yah thor cerita nya bagus

2020-11-11

2

ᴮᵀ⃝🚸ℳ꯭𝒾ᷨ𝓈ͦ𝓈ͭ 𝓀𝒽꯭𝒶𝓃꯭͠🐲

ᴮᵀ⃝🚸ℳ꯭𝒾ᷨ𝓈ͦ𝓈ͭ 𝓀𝒽꯭𝒶𝓃꯭͠🐲

bagus ceritanya..

2020-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!