Mereka pergi ke ladang tempat ibu Lina bekerja bersama-sama. Saat mereka tiba, terlihat lah ibu Lina dengan beberapa petani sedang menanam padi dan mencabut padi.
"IBU..." teriak Lina.
"Eh kalian berdua sudah pulang, bagaimana Alin apa kamu betah sekolah di academy?" tanya ibu Lina.
"Iya Tante, makasih" sahut Alin sambil tersenyum.
"Kalian berdua tunggu ibu di sana saja yah"
"Baik"
Mereka berdua kembali berlari menuju ke sebuah kursi yang ada di dekat ladang itu. Kursi itu tidaklah spesial, itu hanya sebuah kursi bambu yang sederhana. Alin dan Lina duduk di situ sambil memandangi para petani yang sedang berladang.
Dunia sihir putih ini terlihat sangat damai. Tak ada teknologi, polusi, sampah-sampah dan tidak ada tanda-tanda kejahatan di situ. Alin sangat senang tinggal di situ karena suasana yang terasa nyaman, ia juga merasakan kasih sayang seorang ibu walaupun itu bukanlah ibu kandungnya.
"kasihan ibu Lina, dia membesarkan kedua anaknya sendirian. Walaupun mereka juga kesusahan, tapi mereka tetap mau memungut diriku yang di buang oleh ibu kandungku sendiri. Hah... beruntungnya Lina masih mempunyai seorang ibu yang menyayanginya, sedangkan aku tidak memiliki siapa-siapa lagi selain mereka."
Alin memandangi nasibnya yang begitu menyakitkan. Sementara itu Lina yang ada di sampingnya menahan sebuah pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada Alin dari tadi. Lina ingin menanyakan nya, tapi ia tidak berani. Tapi akhirnya ia membuka mulut dan menanyakan nya pada Alin.
"Alin, bukannya kamu sudah tahu tentang Ayahku. Sekarang aku juga ingin tau Sebenarnya ayah dan ibumu ke mana?" tanya Lina penasaran sambil memandang Alin.
Saat Alin mendengar pertanyaan Lina, Alin terlihat agak murung. Ia terdiam sejenak untuk mengingat masa-masa nya yang dulu.
"Ayahku dulu meninggal saat aku berumur 8 tahun. Semenjak saat itu ibuku selalu membenci dan..." Alin bingung ingin melanjutkannya bagaimana. Mulut Alin terasa enggan untuk membicarakan masa lalunya, Alin pun memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan mereka.
"Oh iya Lina, Kenapa kamu tadi melawan mereka mungkin saja mereka akan menebas leher kita pada saat itu juga?!!?" Alin mengganti topik nya dan memasang ekspresi kesalnya pada Lina.
"Aku kan tidak tega melihat sahabatku sendiri di bully" Sahut Lina sambil tersenyum manja pada Alin.
"oh makasih... so sweet. Tapi tetap saja, lebih baik di bully dari pada kepala di penggal" ucap Alin seraya tersenyum greget dan mencubit pipi Lina
"iya, iya"
Tiba-tiba melintaslah sebuah ide di kepala Alin dan ia juga ingat akan sesuatu yang di berikan oleh kakek yang ada di dekat danau tadi.
"oh iya aku lupa, aku tadi kan ada di kasih kakek itu tadi selai. Aku juga kan pandai bikin kue. hehehehe...., aku punya ide"
"Lina, Lina, Ayo Kita pulang!!!!! Aku punya sebuah ide"
Alin menarik tangan Lina dengan paksa hingga Lina hampir saja terpeleset olehnya. Alin menarik Lina sambil berlari menuju ke rumahnya
"Ide apa?! ahh...Alin.. tunggu......." teriak Lina terkejut di tarik tiba-tiba.
Alin berlari ke rumah Lina sambil menarik Lina menuju ke rumah nya. Setelah sampai di rumah, mereka berdua langsung masuk kamar dan mengganti pakaiannya.
"ide apa?" tanya Lina sambil membuka baju seragamnya.
"Aku ingin membuat roti sobek untuk kita jual supaya dapat uang" jelasnya.
"ouh" gumam Lina.
Setelah mereka mengganti bajunya, Alin dan Lina langsung bergegas pergi ke dapur.
"bahan apa yang harus di siap kan?" tanya Lina sambil memasang celemek.
"hmmm..... tepung, susu, ragi, gula, air, mentega, dan.....telur" ucap Alin sambil mengingat-ingat bahan yang di perlukan.
Setelah semua bahan-bahan nya sudah di siapkan, Lina membantu Alin memasukkan semua bahan satu persatu dan sementara itu Alin mengaduk adonan rotinya. Sebenarnya saat Alin kecil dia suka sekali membantu nenek dan ibunya membuat makanan terutama roti.
Setelah Alin selesai mengaduknya, ia mengambil selai itu lalu duduk di depan Lina sambil beristirahat sebentar.
"Lina, apa bahan-bahan ini berasal dari dunia manusia atau hanya jiplakan dari dunia manusia?" tanya Alin seraya membuka tutup selai dan menghirup Aroma nya.
"Bahan-bahan makanan di sini adalah jiplakan dari dunia manusia tapi sama seperti bahan yang ada di dunia manusia. Kalo tanaman....yang aku tau bibitnya itu di bawa oleh penyihir legendaris seperti kakek mu itu" Jelasnya.
" aa...iya sama rasanya, bedanya di dunia manusia itu ada mereknya" batin Alin
"ooh, Ada pemanggang atau oven gak?" tanya Alin lagi sambil memegang adonan roti itu di tangannya
"Mana ada lah, lampu saja pakai lentera api. Kalo pengukus ada sih di sana, hoammmm." ujar Lina menunjuk lemari di dekat perapian seraya menguap karena mengantuk.
"Yasudah lah" Alin kecewa, ia kira akan ada hal yang menakjubkan selain sihir tapi...tidak ada.
Alin kembali duduk ke meja makan dan membelah adonan menjadi beberapa bagian menjadi sedikit kecil lalu memasukan selai bunga melati dan memasuka nya ke beberapa loyang. Setelah itu Alin menutup Adonannya menggunakan serbet.
Selagi menunggu adonan nya mengembang, ia memutuskan untuk membaca buku pelajarannya tadi. Sedangkan Lina, dia ketiduran.
Lalu melintaslah ide jahil dari otaknya Alin untuk tukang tidur. Alin mengambil sejumput tepung di mangkuk dan meniupkan nya ke wajah Lina.
"hachi...ha..hachi.. ALIN!!!" teriak Lina yang sudah tau bahwa itu adalah perbuatannya Alin.
Lina lalu mengambil segenggam tepung dan melemparnya ke Alin, lalu terjadilah pertempuran lempar tepung diantara mereka berdua. Setelah mereka puas berlarian, mereka kembali duduk beristirahat. Setelah Adonan mengembang dan di panggang, mereka mengemasnya dan membawa barang-barang yang perlu di gunakan untuk berdagang nanti.
Mereka keluar rumah dan mulai berjalan menuju ke pasar untuk berdagang. Di sepanjang jalan mereka berdua berjalan sambil mengobrol.
"Lina, mata uangnya dunia sihir itu apa?" tanya Alin.
"keping emas dan keping perak" Jawabnya seraya membetulkan tutup keranjang yang ia bawa.
"lalu berapa keping perak kita jual ini" tanya Alin lagi.
"hmm.... 2 potong roti satu keping perak saja sudah cukup." jawab Lina dengan cepat.
Mereka berjalan menyusuri jalan-jalan yang di penuhi kerumunan orang-orang banyak. Setelah tiba di pasar, mereka mencari tempat dan menyusun barang-barang mereka.
"Roti sobek rasa selai melati!!" teriak mereka bergantian.
Orang-orang di situ merasa tertarik dengan apa yang mereka jual. Para pedagang dan beberapa orang mulai berdatangan dan menghampiri tempat mereka untuk membeli nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments