Tiba-tiba saja langit perlahan menjadi gelap gulita bagaikan tinta yang disusul oleh derasnya hujan. Alin merasa sangat sedih atas nasibnya yang sekarang. Ia selalu saja mendapatkan nasib buruk di hari-hari hidupnya. Ingin sekali rasanya bunuh diri, namun bunuh diri bukanlah akhir dan bukan juga solusi untuk segalanya.
"Kenapa... Kenapa selalu aku yang harus menderita!!!! Sebenarnya apa salah ku, Kenapa dunia ini selalu tak berpihak pada ku!! Aku benci dengan dunia yang tidak adil ini! Aku benci!" Teriak Alin di gelapnya malam dan ditengah derasnya hujan.
Alin memukul-mukul kepalanya dengan keras, ia merasa sangat frustasi dan sudah hampir menyerah dengan hidupnya. Beberapa saat ia termenung setelahnya untuk meratapi nasib hidupnya selama ini.
Setelah merenungkan diri, ia lalu berdiri dan menyeka wajahnya yang basah karena air hujan dan air mata yang telah tercampur itu. Ia meraba-raba tanah yang ada di depannya mencari tas yang terjatuh tadi.
"Sudahlah... Walaupun aku mati pun tidak akan ada yang peduli pada ku, karena aku ini bukanlah siapa-siapa. Aku bukanlah orang yang berkuasa, bukan orang yang kuat, maka aku akan menjalani kehidupan ini sesuai dengan alurnya saja. Lebih baik... aku menuruti apa yang dikatakan kakek." gumam Alin yang mulai berlinang air mata.
Alin mengambil tasnya dan mengambil senter untuk menerangi jalan yang gelap itu dan kembali berjalan ke tempat di mana sumur tua itu berada. Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya Alin sampai di sumur tua dan berdiri di hadapan sumur tersebut, ia menatapinya untuk beberapa saat. Dengan sekuat tenaga Alin berteriak ke sumur itu dan meluapkan semua amarahnya yang selama ini ia pendam.
"IBU, IBU KENAPA JAHAT SEKALI PADA ALIN!APA KALIAN SUDAH TIDAK PEDULI PADAKU!Kenapa.. Kenapa kalian begitu kejam kepada ku? Apa karena aku hidup di dunia ini? Hiks... hiks... Aku sudah tidak sanggup lagi!!"
Dengan tenaga yang tersisa, Alin berteriak sekuat-kuatnya ke dalam sumur tersebut. Semua yang telah Alin pendam telah ia luapkan semuanya. Hujan pun semakin deras mengahasilkan butiran-butiran air yang terus membasahi tanah dan dirinya.
...CTARRRR...
Tiba-tiba saja guntur berbunyi dengan keras. Alin terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang. Beberapa saat kemudian kalung Alin yang ada lehernya kini bercahaya dan seketika itu juga pandangan nya tiba-tiba saja memutih, Alin kira itu hanya halusinasinya saja jadi ia menutup matanya.
Setelah beberapa lama menutup matanya dan setelah Alin mengira kalau halusinasi nya itu hilang, ia membuka mata yang sudah ia tutup itu. Namun hal mengejutkan langsung menyuguhi mata Alin. Apa yang dia liat tadi bukanlah pemandangan yang terakhir ia liat. Yang ia injak tadinya tanah kini berubah menjadi bebatuan, yang tadinya malam menjadi siang.
Alin merasa sangat takjub melihat hal itu. Dengan baju yang masih basah kuyup, Alin melihat ke sekeliling tempat tersebut seraya memutar-mutarkan pandangan nya.
"Wah....apa ini? menakjubkan!" seru Alin takjub.
Namun kini ia tersadar akan sesuatu. Alin kembali mematung dan memikirkannya.
"Apa...aku sekarang ada di surga? Sebelumnya, ada sebuah petir yang menyambar di dekat ku. Seperti nya benar, mungkin saja aku sudah mati sekarang."
...BRUKK...
Sebuah suara mengejutkan serta mengejutkan Alin. Suara itu berasal dari belakangnya, ia berbalik dan melihat seorang pria muda nan tampan di sana. Alin yang peduli dengan orang itu, ia langsung menghampiri dan membantu nya.
"Ah, kak, apa kakak baik saja?!" tanya Alin sambil membantu orang itu berdiri.
"Aku tidak apa-apa, menjauh!"
Setelah mengatakan itu, pria tadi langsung berdiri dan mengambil pedangnya yang sempat terjatuh di tanah. Lalu muncullah beberapa makhluk kecil, pendek dan jelek yang sedang memegang belati di tangannya. Makhluk itu terlihat sedang mengincar mereka.
"Huh? makhluk apa itu?di..dia memegang belati!"
Pria tersebut menyimpan kembali pedang pada sarung yang ada di pinggangnya. Ia mengeluarkan sebuah tongkat kecil dari saku bajunya, tapi Alin sama sekali tidak tau tongkat apakah itu. Terlihat, pria itu mengarahkan tongkat tersebut ke arah makhluk kecil yang ada di depan mereka sekarang seraya menggumamkan sesuatu. Beberapa detik kemudian ada sebuah cahaya yang mengarah ke makhluk kecil itu.
Namun makhluk itu sangatlah lincah, ia berhasil menghindar. Pria yang ada di depan Alin kini terlihat sangat kesal dengan hal tersebut. Dan Alin hanya bisa terdiam, bingung dengan hal yang telah terjadi.
"Ck!"
Pria tersebut kembali mengeluarkan pedangnya yang tajam dan mengkilap itu kembali. Ia berlari dan mencoba untuk membunuh makhluk itu. Namun karena lalai, Alin melupakan tentang dirinya sendiri. Makhluk kecil itu secara tiba-tiba berdiri di belakangnya, ia mengarahkan belati itu kearah Alin. Untungnya Alin berhasil mengelak, namun lengannya kini tergores olehnya.
"Ah.."
Karena gagal membunuh Alin, makhluk tersebut beralih ke pada pria tadi lagi. Ia berlari ke depan orang itu. Rasa sakit dari belati yang menggores tangan nya itu tidak bisa tertahankan. Alin merasakan sakit yang sangat luar biasa, ia menjatuhkan diri ke tanah dan menekan luka tersebut menggunakan sebuah kain yang ada di tangannya sedari tadi.
Pria itu hanya menatap Alin sekilas, lalu kembali memfokuskan yang ada di hadapan mereka sekarang dan menusuk 2 makhluk itu dengan pedangnya. Seketika makhluk itu langsung lenyap dan berubah menjadi sebuah batu kecil yang berwarna hitam kemerahan.
Kini makhluk itu tersisa satu lagi. Saat ia ingin membunuh makhluk terakhir, pedangnya sempat ditangkis terlebih dahulu oleh belati makhluk kecil itu dan pedangnya terjatuh ke tanah di dekat Alin. Pria itu terdesak, Alin yang melihat hal itu mencoba untuk menggapai pedang tersebut.
"Tangkap ini!" teriak Alin seraya melemparkan pedangnya.
Pria itu menangkap pedang yang dilemparkan dan langsung membunuh makhluk itu lalu mengambil batu-batu makhluk tersebut. Orang itu lalu menghampiri dan membalut tangan Alin yang terluka dengan kain yang ada di tangannya. Setelah itu ia mengulurkan tangannya membantu Alin berdiri.
"Kau tidak apa-apa kan, lain kali tidak usah ikut urusan ku." Ucap pria itu dengan nada yang peduli tidak perduli, lalu berjalan pergi tanpa berkata-kata lagi.
"Tunggu kak! kak! kalau aku aku boleh tau ini di mana?! Apa benar ini surga?!" Tanya Alin seraya mengejarnya.
Belum sempat ia menggapai nya, orang itu sudah menghilang saat ia mengayunkan tongkat kecil tadi. Beberapa saat kemudian, dada Alin terasa sesak, pandangannya semakin mengabur dan kini ia hampir tidak bisa berdiri lagi.
"A**rghh... da..dada ku terasa sesak."
Semakin lama, pandangan yang mengabur itu menjadi menghitam. Alin terjatuh dan pingsan di tempat itu. Untungnya ada orang yang masih baik kepada Alin. Ia di bantu oleh seorang gadis yang terlihat seumuran dengannya. Gadis itu memapah dan membawanya pulang. Saat tiba di rumah nya, ia memanggil seorang tabib untuk memeriksa Alin.
Beberapa jam kemudian, Alin sadar dari pingsannya. Saat ia sadar ia sudah berada pada sebuah kamar seseorang yang tersusun dengan rapi. Alin kembali kebingungan, ia mengamati di setiap sudut dan sisi ruang tersebut.
"Ini di mana lagi?! Sebelumnya bersama pria itu dan sekarang apa lagi?!" gumam Alin seraya mengamati sekitar.
Saat Alin sedang asyik-asyiknya mengamati ruangan tersebut, pintunya terbuka dan masuklah seorang gadis yang terlihat seumuran dengannya. Gadis itu mendekat ke arah Alin, namun Alin malah ketakutan dengannya.
"Si.. siapa kau?! jangan mendekat!" Pekik Alin yang terlihat ketakutan.
"Tenang, tenang aku tidak akan menyakiti mu."
Gadis itu duduk di tepi ranjang, di dekat Alin untuk menenangkannya. Alin terlihat sangat ketakutan, namun ia berusaha untuk tetap terlihat tenang di hadapan orang asing yang ada di depannya sekarang dan membiarkan dia berbicara.
"Perkenalkan nama aku Lina, aku yang menolongku tadi. Tabib bilang kau pingsan karena terlalu lelah dan sempat masuk angin karena bajumu basah." ucap gadis itu seraya memperkenalkan diri nya pada Alin.
"Na..Namaku Jiu Xiao Alin."
Saat mendengar Alin memperkenalkan dirinya, gadis itu terlihat keheranan. Karena seingatnya, tidak ada orang yang memiliki nama seperti itu di kota nya tersebut.
"Huh? Kau dari kota mana? Aku tidak pernah mendengar nama mu di kota ini. Apa kau berasal dari kota luar?" tanya Lina pada Alin.
"Tunggu, tunggu! Memangnya ini kota apa?"
"Ini dunia sihir putih, kota krestin" jawab Lina sambil tersenyum manis kearahnya.
"Apa?!!!dunia sihir putih?! Kenapa aku bisa di dunia sihir, bukannya itu hanya dongeng yang sering kakek ceritakan? Sebenarnya apa yang ingin kakek tujukan pada ku. Apa aku harus mengatakan pada Lina kalau aku dari dunia manusia?"
Alin sempat melamun sejenak untuk memikirkan hal itu. Sehingga Lina ikut kebingungan saat melihat Alin yang tiba-tiba saja terdiam dan tidak menyahut nya. Alin melamun dan sempat tidak mendengar panggilan dari Lina, sehingga ia harus menaikan nada suaranya sedikit.
"Alin?Alin! kau tidak apa-apa kan?" Panggil Lina menyadarkan Alin dari lamunannya.
"Dunia manusia, manusia. Ya! Manusia." Pekik Alin yang sedikit terkejut dan langsung tersadar dari lamunannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 146 Episodes
Comments
Yoko Blackberry
boring villain jelek mulu
2021-07-25
1
coco
dear star udah mampir.
jangan lupa mampir lagi ya
2021-06-06
1
Zulfa
JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak😍
2021-05-25
2