"Kamu kenal siapa saya?", kata pria tampan memecah keheningan.
" Mohon maaf tuan, karena kita belum berkenalan jadi saya belum mengenal Tuan", jawab Anya sopan, tapi dalam hatinya dia heran mengapa pria tersebut bertanya kenal tidak Anya dengannya. "Memang siapa dia?", tanya Anya dalam hati.
"Kamu bisa menjelaskan dengan baik tapi tidak mengenal Tuan ini", kata Nisa seolah menyindir.
"Nisa sudah, bukan kapasitas kamu bicara seperti itu", kata pria tampan tersebut.
Nisa hanya diam memandang wajah pria tampan tersebut, namun Anya menanggapi dengan senyuman kata pria tampan di depannya.
"Berapa gaji yang kamu inginkan?", tanya pria tampan tersebut. Pertanyaan pria tersebut diikuti tatapan heran dari orang-orang disampingnya.
"Jika yang Anda inginkan jawaban bohong, saya akan jawab gaji sesuai posisi saya. Namun jika Anda inginkan jawaban jujur, maka gaji yang saya inginkan adalah gaji yang sesuai dengan background saya dan kinerja saya", kata Anya tegas.
" Baiklah mulai besok tunjukkan kinerjamu. Kamu saya tempatkan sebagai manager percobaan di departemen marketing. Jika dalam sebulan ada peningkatan dalam pendapatan, maka kamu langsung saya jadikan sebagai manager", kata pria tampan tersebut.
"Terimakasih Tuan dan akan saya buktikan perkataan saya", kata Anya dengan mantap.
Anya lalu berdiri dan menyalami semua orang dihadapannya. Dan saat menyalami Nisa, Anya berhenti agak lama.
"Kaget ya? Aku bahkan langsung jadi manager percobaan. Selamat kembali bekerja rekan kerja. Sampai ketemu besok", Anya berkata lirih namun masih bisa didengar Nisa. Anya tersenyum manis seolah menampar Nisa yang sudah meremehkannya kemarin.
Anya pun keluar ruangan dengan senyum mengembang. Tanpa dia tahu di dalam ruangan banyak pertanyaan yang hendak diajukan pada pria tampan namun tidak ada yang berani bertanya.
"Kalau kalian bertanya kenapa saya sampai berani mengambil resiko langsung menjadikan dia manager percobaan, maka kalian harus membaca data diri perempuan yang baru saja kita lihat", kata pria tersebut melemparkan map yang dia pegang ke meja. "Kalian lanjutkan saja wawancaranya, aku ada meeting", kata pria tampan itu berdiri dan beranjak keluar ruangan.
"Tapi Tuan wawancara kerjanya belum selesai", kata Nisa menahan langkah pria tampan.
"Kamu pikir saya tidak ada kerjaan yang lebih penting sampai saya harus mewawancarai semua pelamar? Terus apa gunanya kamu? Kamu mau makan gaji buta?", kata pria tampan tersebut dengan wajah dingin.
Nisa terkejut dengan apa yang dia dengar. Tadi pagi pria tersebut minta untuk diberikan data pelamar, tapi mengapa sekarang sifatnya seperti itu.
" Maaf Tuan, bukan maksud saya", belum selesai Nisa bicara pria tampan tersebut sudah meninggalkan ruangan.
"Pantas saja Tuan langsung menjadikan manager, pendidikannya sangat luar biasa. Jawaban dari pertanyaannya pun sangat diluar dugaan", kata salah seorang diantara mereka. Nisa yang penasaran segera membuka map yang dilihat orang disebelahnya.
"Apa ini? Bagaimana aku bisa tidak melihat dengan jelas datanya dan bahkan langsung memintanya wawancara tanpa aku tes dulu", kata Nisa dalam hati begitu melihat latar belakang pendidikan Anya yang ternyata dari perguruan tinggi ternama di Inggris.
**
"Ra, jadwalku apa pagi ini?", tanya Pak Budi setibanya diruangannya.
" Hari ini Tuan ada rapat dengan pemegang saham tentang mega proyek kita nanti jam 10. Setelah itu tidak ada agenda lain Tuan. Hanya Anda kemarin minta dijadwalkan bertemu dengan Adi sore ini Tuan", jawab Rara sambil melihat tablet agenda tuannya.
"Pemegang saham ya? Ah aku lelah menghadapi mereka yang maunya untung tanpa peduli jatuh bangunnya perusahaan", Pak Budi menghela nafas dengan kasar. " Ada perkembangan apa tentang Anya?", katanya kemudian.
"Belum ada Tuan. Tapi ternyata perempuan yang ada di foto kemarin adalah teman kuliah Adi. Dan sudah beberapa kali main kerumahnya. Dan juga sudah beberapa kali pergi dengan ibu dan adiknya Adi", jelas Rara dengan hati hati.
" Selidiki lebih jauh lagi hubungan mereka Ra", kata Pak Budi menahan amarah.
"Baik Tuan. Dan nanti sore Anda akan bertemu dengan Adi", kata Rara mengingatkan.
Pak Budi lalu pergi ke ruang meeting. Sampai sore hari meeting baru selesai. Setelah selesai rapat, Pak Budi kembali ke ruangannya.
"Ra, bapak sudah lelah, mau pulang aja. Bilang sama Adi, kalau berani bohong dan ternyata dia macam macam dibelakang Anya, jangan harap dia akan selamat", kata Pak Budi pada Rara.
" Baik Tuan", kata Rara. Pak Budi lalu pulang kerumahnya. Tak berselang lama setelah Pak Budi pulang Adi sampai di kantor.
"Kamu ngapain kesini? Tuan sudah pergi. Tuan hanya berpesan kalau kamu berani macam macam dibelakang Nona Anya maka kamu harus siap siap mendapat perhitungan dari Tuan", kata Rara.
Rara pun berlalu meninggalkan Adi yang masih termangu dengan perkataan Rara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Novianti Ratnasari
mulai menarik cerita nya.
2020-12-31
0