Setelah urusan kantor dirasa sudah beres, Adi pergi meninggalkan kantornya menuju kantor Pak Budi. Dalam perjalanan menuju kantor Pak Budi, Adi berpikir ada apa sampai ayah pacarnya mengajaknya bertemu di kantornya. Apa ada hal penting yang ingin beliau sampaikan?. Adi terus menjalankan mobilnya memasuki area parkir sebuah gedung pencakar langit. Gedung yang menjulang tinggi yang menjadi kantor utama Subekti Group.
Setelah memarkirkan mobilnya, Adi masuk ke dalam gedung.
"Selamat siang Pak ada yang bisa kami bantu?", sapa resepsionis sesaat setelah Adi berada di depan meja resepsionis.
" Saya mau ketemu Pak Budi, sudah ada janji. Pak Budi yang meminta saya datang sore ini", jawab Adi dengan sopan.
"Mohon maaf atas nama siapa Bapak?", tanya resepsionis sambil menatap layar komputer.
"Adi Saputra mbak", jawab Adi.
" Dengan Bapak Adi ya? Silahkan langsung menuju ruang direktur di lantai 5, nanti ada Bu Rara sekretaris Nona Anya yang akan mengantar Anda ke ruangan Pak Budi", jelas resepsionis tersebut.
"Baik mbak, terimakasih", kata Adi lalu berjalan menuju lift. Adi masuk lift dan memencet tombol angka 5. Setelah lift terbuka Adi berjalan menyusuri koridor lalu menemui Rara sekretaris pacarnya yang sedang berada di meja kerjanya.
" Ra, Om Budi udah di ruangannya?", tanya Adi to the point.
"Apaan sih? Yang sopan dong. Kamu tahu ini masih jam kerja. Datang bisa kan salam lalu tanya", jawab Rara setengah kesal, " Tuan belum datang, silahkan ikuti saya".
Rara berdiri lalu mengajak Adi masuk ke sebuah ruangan besar dengan tulisan Ruang Direktur. Adi mengikuti Rara masuk ke ruangan tersebut.
"Silahkan duduk disini. Mohon tunggu sebentar, Tuan sedang dalam perjalanan", kata Rara mempersilahkan Adi duduk di sofa. " Saya permisi, masih ada pekerjaan yang harus saya selesaikan ".
Belum sempat Adi menjawab Rara sudah berjalan keluar ruangan. Adi melihat lihat seisi ruangan itu. Dia membayangkan jika suatu saat bisa duduk di kursi besar di sisi ruangan tersebut. Kursi direktur yang dia mimpikan bisa dia duduki. Setelah beberapa saat menunggu, tiba tiba pintu ruangan itu terbuka. Seorang lelaki paruh baya masuk ke dalam ruangan.
"Selamat sore Om", sapa Adi sambil berdiri dan mengulurkan tangannya.
" Sudahlah tidak perlu basa basi. Kamu sama Anya ada masalah apa sampai Anya minggat?", kata Pak Budi tenang namun penuh penekanan.
"Kami tidak ada masalah berarti Om. Kami baik baik saja", kata Adi.
" Tidak ada masalah? Lalu kenapa Anya minggat setelah makan siang sama kamu?", bentak Pak Budi sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya.
Adi terkejut mendengar bentakan Pak Budi. Dia hanya bisa menatap Pak Budi dengan mulut yang sedikit menganga.
"Cepat jelaskan", bentak Pak Budi sudah kehilangan kesabarannya.
" Benar Om kami baik baik saja. Kalau masalah, biasa Om hanya masalah kecil dalam sebuah hubungan. Nanti juga akan kembali seperti semula", jawab Adi masih dengan santai.
"Kalau baik baik saja kenapa nomor Anya tidak bisa dihubungi?", cecar Pak Budi sambil mulai duduk di depan Adi.
" HP Anya rusak Om, HP nya ada sama saya. Baru saya service dan belum sempat saya ambil", jawab Adi turut duduk.
"Ok. Lalu kalau memang baik baik saja kamu tentu tahu kan dimana Anya sekarang?", kata Pak Budi dengan nada tajam.
" Kalau sedang ada masalah Anya selalu pergi ke villa keluarga Om, Anya akan kesana beberapa hari untuk menenangkan diri", jawab Adi dengan menggenggam kedua tangannya.
"Tidak ada disana. Saya sudah cek sama penjaganya. Dia terakhir kesana bulan lalu saat berantem sama kamu. Kamu tahu kan dia dimana kalau kalian baik baik saja?", cecar Pak Budi lagi.
"Saya tidak tahu Om, biasanya Anya hanya kesana kalau ada masalah", jawa Adi mulai gusar.
" Jadi kamu benar tidak tahu? Benar kalian baik baik saja?", tanya Pak Budi dengan nada sinis.
"Tidak tahu Om. Apa mungkin Anya sedang berlibur menengkan diri Om", Adi mulai menduga-duga.
" Berlibur? Dengan tiket ini maksudmu?", kata Pak Budi dengan melempar sebuah kertas kepada Adi. "Baca itu".
Adi mengambil kertas tersebut dan mulai membacanya.
Mama, Papa maafkan Anya. Anya harus pergi. Anya akan mencoba hidup mandiri tanpa bantuan Mama, Papa. Anya akan memulai segalanya dari awal. Maaf jika selama ini Anya merepotkan Mama Papa. Suatu saat Anya pasti akan kembali.
Anya sayang Mama Papa.
Sebuah surat perpisahan dari Anya untuk orangtuanya. Adi selesai membacanya hanya bisa terkejut. Tanpa sadar matanya melotot dan mulutnya terbuka.
" Ini apa Om? Jangan bilang Anya pergi dari rumah?", kata Adi masih dengan tidak percaya.
"Jadi kamu baru tahu baru tahu Anya pergi dari rumah? Kemana kamu waktu Rara kasih kabar kamu kalau Anya pergi dari rumah?", tanya Pak Budi dengan sangat marah, " Dan sekarang kamu bisa bisanya tanya Anya pergi dari rumah? Pacar macam apa kamu? Kurang apa Anya sama kamu dan keluargamu sampai kamu tidak peduli padanya?".
"Saya benar-benar tidak tahu Om kalau Anya pergi", jawab Adi terbata. Belum pernah dilihatnya Pak Budi semarah ini.
" Terus apa yang kamu tahu?", murka Pak Budi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Felicia
Sudah ku Boom Like ceritamu Thor
mohon balasannya yah thor singgah ke
🌺🌺🌺 Ceritaku Sad Marriage
🌺🌺🌺 My Poor Mama,
2020-11-15
1