Tok tok tok
"Masuk", jawab Pak Budi mendengar suara pintu diketuk dari luar.
" Selamat pagi Tuan dan Nyonya. Maaf saya baru bisa berkunjung", sapa Rara masuk ke kamar rawat VVIP.
"Pagi Rara, apa kabar kamu Nak?", tanya Bu Rena saat melihat Rara masuk.
" Rara sehat Nyonya, bagaimana keadaan Nyonya sekarang?", tanya Rara sambil mencium tangan Bu Rena dan beralih ke tangan Pak Budi.
"Ibu sudah mendingan Ra. Kamu dan bapakmu sama saja. Panggil tuan nyonya. Sudah dibilang kamu panggil kami Bapak Ibu", kata Pak Budi seraya menepuk bahu Rara yang sedang mencium tangannya.
" Tuan, mana mungkin aku memanggil Bapak. Kami kan mengabdi sama keluarga Tuan. Kami harus memposisikan diri sebagai abdi", kata Rara sambil tersenyum.
"Kalian itu bagian keluarga kami Ra. Bapakmu dan kamu juga", sahut Bu Rena.
" Nyonya sudah sarapan? Sudah minum obat?", tanya Rara.
"Sudah Nak, Ibu mau tidur dulu. Kata dokter Ibu harus banyak istirahat. Kamu ngobrol saja sama Bapak", kata Bu Rena.
" Baik Nyonya ", jawab Rara sambil membenarkan posisi selimut Bu Rena.
Setelah itu Rara menghampiri Pak Budi yang sudah duduk di sofa di sisi lain ranjang.
" Bagaimana Ra perusahaan, aman?", tanya Pak Budi.
"Aman terkendali Tuan. Hanya beberapa kendala kecil yang dengan sangat mudah ditangani tim kita Tuan", jawab Rara.
" Ada kabar apa? Kamu sudah selidiki dimana Anya", Pak Budi bertanya sambil mengambil HPnya.
"Belum Tuan. Tapi saya masih bingung dengan kondisi Nona Anya kemarin. Yang tiba-tiba tidak enak badan. Padahal paginya sangat sehat dan semangat. Tapi.. ",
" Tapi apa Ra?", tanya Pak Budi memotong ucapan Rara.
"Begini Tuan, pagi hari Nona Anya sangat senang karena mau makan siang dengan Adi. Bahkan saat jam makan siang, Nona sangat ceria dan pergi sendiri dengan mobilnya. Tapi setelah jam makan siang, Nona tidak kembali ke kantor dan tiba tiba telepon dan berkata tidak bisa kembali ke kantor dan Nona berkata dia tidak enak badan. Nona juga bilang saya suruh menghandle semua pekerjaan Nona selama Nona tidak ada. Dan satu lagi Tuan, Nona telpon menggunakan telpon rumah", jelas Rara kepada Pak Budi.
"Jadi Anya pergi setelah makan siang?", tanya Pak Budi memastikan.
" Iya Tuan", jawab Rara. "Semalam saya juga telepon Adi untuk menanyakan keberadaan Nona Anya, tapi dia bilang kalau Nona pasti di rumah Tuan. Saya yakin Adi juga tidak tahu keberadaan Nona Anya".
" Bawa Adi sore ini ke kantor. Ada yang ingin saya tanyakan padanya. Mana mungkin Anya pergi begitu saja. Kalaupun ada masalah, dia pasti ke villa. Tapi aku sudah cek ke penjaga villa ternyata Anya tidak kesana. Pasti ada sesuatu yang terjadi", kata Pak Budi.
"Baik Tuan saya akan urus semuanya", kata Rara sambil melihat ke arah Bu Rena. " Nyonya sudah tidur Tuan, saya tidak mau mengganggu. Kalau begitu saya permisi Tuan. Sampaikan salam saya pada Nyonya".
"Bapak Rara bukan Tuan", kata Pak Budi.
"Sama saja Tuan", jawab Rara tersenyum sambil mencium tangan Pak Budi. Majikannya yang sudah dia anggap sebagai ayah kedua baginya.
Rara beranjak dari sofa lalu melangkah keluar dari ruang tersebut.
" Adi, Adi. Ulah apalagi yang dia lakukan sampai anak kesayanganku pergi?",kata Pak Budi dalam hati. Pak Budi mengambil majalah bisnis yang ada di meja lalu mulai membacanya.
**
"Hallo, ada apa Ra? Aku mau meeting ni?", tanya Adi lewat sambungan telpon genggamnya.
" Nanti sore ke kantor, Tuan mau bicara sama kamu", jawab Rara.
"Tuan? Maksud kamu Om Budi papa Anya?", tanya Adi bingung.
" Ya iya lah, siapa lagi Di?", kata Rara sewot.
"Ada hal penting apa? Sampai Om Budi mau ngomong sama aku?", tanya Adi masih bingung.
" Astaga Adi, jadi orang bodoh banget sih. Anya kan pergi dari rumah Adi. Anya minggat kalau kamu masih nggak ngerti. Kamu gimana sih?", kata Rara menaikkan nada bicaranya.
"Anya minggat? Mana mungkin Rara? Hahaha. Kalian ada ada saja", jawab Adi sambil tertawa.
" Adi kamu ketawa? Anya beneran minggat dan kamu masih tertawa? Kamu pacarannya bukan sih? Gak ada khawatir sama sekali", kata Rara lalu mematikan sambungan telpon.
Tuttuttut
"Lho kok dimatiin sih?", kata Adi melihat layar HPnya. " Anya minggat? Mana mungkin? Udahlah pikirin nanti, udah waktunya meeting. Telat berabe nanti".
Adi lalu keluar ruangannya dan menuju ruang meeting.
**
Sementara itu Rara dengan kesal melempar HPnya ke meja kerjanya. Dia tidak habis pikir dengan sikap Adi pada Anya. Bagaimana bisa Anya bisa bertahan dengan orang seperti Adi yang sama sekali tidak peduli kepada Anya. Bahkan HP Anya dari kemarin tidak bisa dihubungi dan Adi tidak menanyakan kabar Anya padanya atau siapapun.
"Bagaimana mungkin dia tidak tahu Nona Anya pergi dari rumah? Dan dengan entengnya dia bilang gak mungkin Nona pergi", kata Rara dengan emosi, " Dia bahkan tertawa? Oh Tuhan, kenapa Nona Anya bisa bisanya punya pacar seperti Adi?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments