"Kamu kenapa Di? Kok diam aja? Wajahmu juga ditekuk", suara Bu Rina membuka pembicaraan.
" Aku putus sama Anya Bu. Om Budi marah sama Adi karena Anya sekarang minggat dari rumah", jawab Adi dengan tidak semangat.
"Anya minggat Di?", tanya Bu Rina tidak percaya.
" Iya Bu Anya pergi dari rumah sejak kemarin kita bertengkar ", jawab Adi lagi.
" Bukannya bagus Mas kalau perempuan itu pergi?", sahut Dina.
"Maksud kamu apa dek?", tanya Adi menatap Dina dengan tajam.
"Mas kan tahu kalau dari dulu aku sama ibu gak suka perempuan itu", jawab Dina.
" Dek namanya Anya", bentak Adi.
"Adi kenapa bentak adikmu?", sela Ibu Rina.
" Adi gak suka Bu Dina bicara seperti itu tentang Anya ", jawab Adi sebal.
" Kalau memang kenyataannya Ibu sama adikmu gak suka Anya bagaimana?", tanya Ibu Rina.
"Bu, bukannya ibu sudah berjanji mau menerima Anya sebagai pacarku, sebagai orang yang aku sayangi?", tanya Adi pada ibunya.
" Ibu memang sudah berusaha tapi kalau kenyataannya ibu tidak bisa menerima dia, ibu bisa apa?", ucap Ibu Rina.
"Lagipula ngapain sih Mas masih saja sama perempuan itu? Bukannya mas juga sudah mulai bosan dengannya?", Dina menimpali percakapan ibu dan kakaknya.
" Kalian kenapa sih? Bukannya bantu aku cari solusi biar Anya ketemu malah seperti ini kalian. Sudahlah, nafsu makan ku sudah hilang. Adi ke kamar dulu Bu", Adi beranjak dari duduknya menuju ke kamarnya.
Adi masuk kamar dan mengunci pintunya. Adi sedang ingin sendiri dan tidak mau diganggu siapapun. Adi merebahkan dirinya di kasur. Pikirannya melayang kepada Anya. Perempuan yang sudah 9 tahun menemaninya. Perempuan yang mau menerima dirinya dan keluarganya apa adanya. Perempuan yang tidak pernah berpaling darinya walaupun banyak lelaki yang lebih tampan dan kaya yang mendekatinya.
Anya yang setia dan penuh perhatian walaupun terkadang Adi sendiri seringkali bersikap cuek dan tidak peduli sama sekali dengannya.
Anya yang tetap bertahan dengannya walau ibu dan adiknya belum sepenuhnya menerima kehadirannya sebagai kekasih Adi.
"Dimana kamu Anya? Kenapa kamu pergi?", kata Adi dalam hati.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Adi mulai menguap dan beberapa saat kemudian dia terlelap dengan pikirannya masih melayang kepada Anya kekasihnya.
**
Toktoktok
Anya berjalan membuka pintu kamarnya yang diketuk seseorang. Dibukanya pintu kamar dan terlihat Bu Sinta di depan pintu membawa nampan berisi makanan dan beberapa snack.
" Bu Sinta ada apa Bu? Silahkan masuk", kata Anya dengan sopan.
Bu Sinta mengikuti Anya masuk ke kamarnya.
"Mbak Anya pasti belum makan. Ini tadi ada tetangga yang selamatan, terus ada kenduri. Jadi ini ada makanan dan beberapa snack buat Mbak Anya", kata Bu Sinta menyodorkan nampan tersebut.
"Bu Sinta tahu aja aku belum makan", kata Anya dalam hati.
" Mbak Anya kenapa malah melamun?", kata Bu Sinta membuyarkan lamunan Anya.
"Eh, gapapa Bu", kata Anya malu. "Terimakasih Bu, nampan sama piringnya saya kembalikan besok pagi ya Bu"
Anya lalu meletakkan nampan di meja dekat ranjangnya.
"Iya gapapa mbak. Ngomong ngomong Mbak Anya lagi ngapain? Kok kamarnya berantakan?", tanya Bu Sinta melihat kamar Anya banyak kertas berserakan.
" Ini Bu rencana besok saya mau cari kerja. Tujuan saya kesini mau cari kerja Bu", kata Anya sambil membereskan kertas yang berserakan.
"Saya kira mbak Anya mau kuliah disini. Ternyata mau kerja", kata Bu Sinta sambil tertawa, " Wajah mbak Anya masih cocok jadi mahasiswa ".
" Hehe ibu bisa aja", Anya ikut tertawa.
"Mbak Anya memang mau kerja apa? Kantoran apa di pabrik?", tanya Bu Sinta lagi.
" Maunya kerja kantoran Bu, sayang Bu susah susah kuliah masa cuma kerja di pabrik. Kan kuliah biar bisa dapat kerjaan yang lebih baik", jawab Anya sambil meletakkan kertas di laci mejanya. Dia sudah selesai membereskan kertas dan dokumen yang berantakan tadi.
"Benar juga Mbak. Saya juga pengen anak saya kuliah biar bisa mendapatkan pekerjaan lebih baik dan saya akan sangat bangga kalau anak saya bisa berhasil mbak", kata Bu Sinta sambil berkaca-kaca.
" Semua orangtua pasti bangga dengan anaknya Bu. Dan semua anak juga akan berusaha membanggakan orangtuanya. Anak ibu nanti juga akan bisa membanggakan ibu dan bapak", kata Anya menghibur Bu Sinta yang mulai menghapus air mata yang menetes di sudut matanya.
"Bapaknya anak anak sudah tidak ada mbak. Sejak mereka masih kecil. Bapak meninggal karena kecelakaan kerja", kata Bu Sinta. Air matanya masih saja terus menetes.
" Maaf Bu, Anya gak tahu", kata Anya penuh sesal.
"Gapapa mbak, sudah lama juga. Saya sudah bisa bangkit mbak demi anak anak", kata Bu Sinta dengan tersenyum. "Mbak Anya mau kerja kantoran ya?", Bu Sinta berkata seolah-olah baru ingat sesuatu.
" Iya Bu, kan tadi Anya sudah bilang ", kata Anya heran.
" Kebetulan mbak, kantor tempat anak saya magang sedang butuh karyawan. Saya juga kurang tahu bagian apa. Mending besok mbak Anya ikut anak saya ke kantor tempat dia magang. Biar sekalian bisa ngelamar kerja", jelas Bu Sinta.
"Wah boleh itu Bu kebetulan saya juga lagi butuh banget kerjaan", kata Anya dengan semangat. " Besok saya akan kesana Bu"
"Ya sudah mbak, nanti tak bilangin ke anak saya. Saya permisi dulu mbak. Jangan lupa dimakan ya mbak makanannya", kata Bu Sinta sambil berdiri keluar kamar Anya.
Anya mengantar Bu Sinta sampai pintu kamarnya. Setelah Bu Sinta tidak terlihat Anya menutup pintu kamarnya. Dia sangat senang mendengar kabar dari Bu Sinta tadi. Namun rasa senang Anya buyar ketika perutnya meronta minta diberi makan. Anya lalu mengambil nampan berisi makanan dan beberapa snack. Anya lalu makan dengan lahapnya.
Setelah selesai makan, Anya beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai itu Anya mengunci kamarnya. Anya juga tidak lupa menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk melamar pekerjaan besok.
Setelah semua selesai Anya mulai merebahkan tubuhnya di ranjang. Dia menarik selimut dan mulai memejamkan matanya. Anya berharap esok menjadi lebih baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments