Mama, Papa maafkan Anya. Anya harus pergi. Anya akan mencoba hidup mandiri tanpa bantuan Mama, Papa. Anya akan memulai segalanya dari awal. Maaf jika selama ini Anya merepotkan Mama Papa. Suatu saat Anya pasti akan kembali.
Anya sayang Mama Papa.
"Pa, Papa.. Anya Pa" , teriak Mama Rena memanggil suaminya. Mama Rena berlari menuju kamarnya.
"Ada apa Ma? Kenapa harus teriak?", tanya Papa Budi.
" Lihat ini Pa", jawab Mama Rena sambil terisak.
Papa Budi mulai membaca kertas yang diberikan istrinya. Matanya seketika membelalak tidak percaya dengan apa yang dia baca. Dia berjalan menuju kamar anak tunggalnya itu sambil mencoba menelpon nomor anaknya.
"Mama, sudah telpon Anya? Kenapa nomornya tidak aktif?", ujar Papa Budi.
" Mama sudah mencoba menelpon, tapi tidak aktif nomornya ", kata Mama Rena.
Papa Budi dan Mama Rena kini sudah berada di kamar Anya. Papa melihat di meja rias ada dompet Anya.
" Anya gak pergi kemana mana Mama, dompetnya masih dirumah. Lihat ini", kata Papa Budi menunjukkan dompet Anya.
"Astaga, aku harus bagaimana ini Papa?" kata Mama Rena sambil membuka almari Anya. Air matanya mengalir deras melihat almari tersebut kini kosong. Papa Budi ikut melihat almari anaknya dan dengan cepat membuka dompet anaknya.
"Ma, semua kartu debit dan kredit Anya masih. Hanya KTP, dan SIM yang tidak ada", kata Papa Budi dengan gemetar.
" Anya, anak mama sayang kamu dimana?"
Tiba-tiba pandangan Mama Rena menjadi gelap.
**
"Rara, kamu tahu dimana Anya? Dia pamit kemana?", tanya Papa Budi lewat telpon. Dia menelpon Rara, sekretaris pribadi Anya.
" Maaf Pak, bukannya Nona Anya sedang dirumah tidak enak badan? Tadi sehabis jam makan siang Nona tidak kembali lagi ke kantor. Nona Anya bilang dia pulang ke rumah katanya tidak enak badan. Dan Nona Anya juga bilang agar saya menghandle pekerjaan Nona selama Nona tidak bekerja" jawab Rara.
"Anya pergi Rara. Dan saya tidak tahu dia kemana. Ibunya sekarang pingsan dan dirawat di rumah sakit" kata Papa Budi dengan frustasi.
"Ibu masuk rumah sakit Pak? Nanti saya akan coba hubungi teman teman Nona Anya Pak. Siapa tahu diantara mereka ada yang mengetahui keberadaan Nona Anya" kata Rara dengan nada cemas.
"Tolong Bapak Ibu ya Ra! Kamu tahu kan betapa kami sangat menyayangi Anya. Dia anak satu satunya kami", kata Pak Budi sambil terisak. Dia sudah tidak dapat lagi menyembunyikan kesedihannya.
" Pasti Pak. Rara akan membantu Bapak dan Ibu menemukan Nona Anya", jawab Rara.
"Terimakasih Ra", kata Pak Budi. Dia lalu menutup panggilan teleponnya dengan Rara.
Rara adalah sekretaris pribadi Anya. Dia juga anak dari sopir pribadi Papa Budi dan ibunya juga bekerja sebagai asisten rumah tangga ditempat Pak Budi. Sejak Rara kecil dia tumbuh bersama Anya dan Rara sudah menganggap keluarga Pak Budi sebagai keluarganya. Karena kebaikan Pak Budi, Rara disekolahkan bahkan dikuliahkan di kampus terkenal di kotanya. Rara sangat merasa berhutang budi kepada keluarga bosnya tersebut, sehingga sekarang dia dan keluarganya bisa hidup dengan sangat layak. Walaupun ayah Rara masih setia menjadi sopir pribadi Pak Budi.
**
"Mama bangun Ma", suara lirih Papa Budi sambil memegang tangan istrinya yang terbaring di ranjang rumah sakit. Dia menciumi tangan istrinya berharap mata sang istri segera terbuka.
" Anya.. Anya.. jangan tingalkan Mama nak", suara Mama Rena terdengar pelan. Matanya terbuka perlahan.
"Mama sudah sadar? Istirahat dulu Ma. Mama masih sangat lemah", kata Papa Budi sambil mengusap pipi istrinya.
" Pa, Anya mana Pa?" tanya Mama Rena dengan suara lemah. Dia merasa tubuhnya sangat lelah dan sakit.
"Kita nanti akan menemukannya. Pasti. Tapi sekarang Mama harus sembuh dulu. Mama harus sehat. Mama tahu pasti kan kalau Anya akan sedih melihat Mama sakit" kata Papa Budi menenangkan.
"Tapi Anya dimana Pa? Mama pengen ketemu" suara Mama Rena kini terdengar bergetar.
"Anya baik baik saja Ma. Nanti kita akan menemuinya. Tapi setelah Mama sembuh. Sekarang Mama istirahat dulu" jawab Papa Budi sambil mengelus rambut istrinya. Mama Rena hanya mengangguk lemah.
Dilihatnya wajah istrinya tersebut, kerutan sudah mulai terlihat disudut mata wanita yang sudah puluhan tahun menemaninya tersebut. Dia sadar bahwa Anya adalah dunia mereka sekarang. Di usia yang semakin tua, melihat Anya bahagia adalah satu-satunya keinginan mereka. Namun kini Anya, kebahagiaan mereka pergi entah kemana. Dan bahkan mereka tidak tahu mengapa anak tunggal mereka itu bisa pergi.
Pak Budi masih bingung kemana dia harus mencari anaknya. Bagaimana ketika istrinya sembuh anaknya belum juga kembali? Ah, Pak Budi hanya bisa mengusap wajahnya.
**
Rara masih merasa tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Nona Anya pergi? Tapi bukankah Nona Anya tadi mengatakan kalau dia pulang ke rumah karena tidak enak badan? Lalu mengapa Pak Budi menelponnya menanyakan keberadaan anaknya tersebut?
Bagaimana bisa orang yang tidak enak badan malah pergi menghilang?
Berbagai pertanyaan tersebut terngiang di kepala Rara. Bagaimana Nona Anya, bosnya yang juga teman mainnya sejak kecil itu pergi? Ada apa? Mengapa? Tidak biasanya seorang Anya pergi begitu saja tanpa pamit pada siapapun.
Bahkan Rara sangat hafal sifat Anya. Masalah sebesar apapun akan Anya hadapi. Anya bukan pengecut. Walaupun Anya terlahir dari keluarga kaya raya dan sering dimanja, tapi Anya adalah orang yang mandiri dan penuh tanggungjawab.
"Kemana kamu Anya? Kamu ada apa?" tanya Rara dalam hati.
Rara mencoba mengingat apa saja yang Anya seharian tadi lakukan. Bukankah tadi pagi Anya masih baik baik saja? Masih sehat dan Anya juga sangat semangat pagi ini. Rara mengingat kembali dengan mencoba meneliti agenda Anya.
"Sebentar. Nona Anya mendadak bilang tidak enak badan setelah jam makan siang. Padahal sebelum makan siang dia sangat senang dan sangat menanti jam makan siang. Lalu kenapa setelah itu Nona bilang tidak enak badan?", gumam Rara sambil meliihat agenda Anya di tablet yang dia pegang.
Adi. Nama itu yang kini terbesit dalam ingatan Rara. Bukankah tadi pagi Anya sangat senang dan semangat karena akan bertemu dengan Adi saat makan siang? Rara dengan cepat mengambil HP miliknya yang ada dimeja samping ranjangnya. Dipencetnya nomor HP dan terdengar nada sambung.
"Hallo, ada apa Ra?" suara tersebut terdengar seperti orang yang sedang mengantuk.
"Kamu dimana Adi? Lihat Anya gak?", tanya Rara langsung pada intinya.
"Aku di rumah ini. Anya tidur di rumahnya lah Ra. Ini kan udah malam. Kenapa sih?", jawab Adi malas karena tidurnya terganggu.
" Adi ini serius. Kamu tahu nggak Anya kemana? Anya pergi. Kata Pak Budi Anya pergi dari rumah" bentak Rara.
"Apa kamu bilang Ra? Rara pergi dari rumah?" sontak Adi langsung bangun dari tidurnya. "Anya kemana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 192 Episodes
Comments
Sri Rahayuu
tipo
2022-04-26
0
Dhina ♑
semoga sukses Anya 👍👍👍
2020-11-12
2