BAB 15 : PELUKAN PERTAMA YANG MENENANGKAN.
****************
Zahra berjalan menuju parkiran mobil kantor Arsyad. Disana sudah menunggu sebuah mobil yang tadi juga di naikinya saat ingin pergi.
Pagi tadi Zahra sungguh panik karena tak menemukan Arsyad dirumah. Dia mulai putus asa, namun Bi ijah yang baru di temuinya di rumah tadi, yang ternyata pembantu di rumah besar itu, mengatakan bahwa Arsyad langsung pergi ke kantornya malam itu membuat Zahra semakin bersalah, dia berniat meminta maaf kepada Arsyad tapi dia tak berani untuk mengucapkannya langsung, jadinya Zahra membuatkan bekal makan siang untuk Arsyad.
Di tambah Arsyad ternyata sudah menyediakan supir pribadi untuknya. "Sudah selesai nyonya?"tanya pak ujang supir pribadi Zahra saat sudah kembali duduk di dalam mobil.
"Sudah pak ujang. Dan tolong jangan panggil saya nyonya. Panggil aja Zahra.”pinta Zahra dengan sopan.
"Tapi nanti tuan Arsyad marah?"
Zahra menggeleng, "Tidak pak. Atau panggil aja nona, itu lebih baik. Kalau Nyonya saya jadi berasa sudah tua."canda Zahra membuat pak ujang terkekeh.
"Baik nona." kata pak ujang tersenyum ramah. "Ternyata memang benar. Pilihan tuan Arsyad tidak salah memilih non Zahra. Dia wanita yang sangat baik." batin Pak Ujang merasa senang memiliki Nyonya muda seperti Zahra.
"Kita mau kemana non?" tanya pak ujang ketika sudah menjalankan mobil.
"Ke toko roti saya aja sebentar pak. Ada beberapa hal yang mau saya urus."
"Baik, Non!"seru pak ujang.
Zahra pergi berkunjung ke toko rotinya sekedar untuk memberi tahu bahwa nantinya dia akan jarang berada di toko. Sebab dia sudah menikah dan mungkinpun akan pulang lebih awal jika harus ke toko. Mengingat sudah ada suami yang harus di urusnya.
*************
Sementara itu di kantor Arsyad, lagi-lagi berdebatan kecil terjadi antara ketiga sahabat itu."Cuekin aja kita terus!" celetuk suara Rey membuat Arsyad seketika menoleh.
"Loh, kalian belum pulang?" tanyanya dengan heran.
Jefri dan Rey kompak mendengus kesal. "Ya belum lah?!" teriak mereka kesal dengan serempak.
"Yaudah terserah. Aku mau makan dulu masakan istri!" ucapnya sambil tersenyum girang. Namun kedua sahabatnya justru menatapnya dengan senyum geli.
"Sepertinya You sangat mencintai gadis alim itu ya?" tanya Rey yang sudah kembali mendudukan bokongnya di sofa yang bersebrangan dengan Arsyad.
"Lebih dari kata sangat!" Jawab Arsyad dengan mantap.
"Pria gila ini sudah jatuh terlalu dalam dengan cintanya pada Zahra!" lanjut Jefri yang ikut duduk di sebelah Rey.
Rey mengangguk, "Jadi namanya Zahra?"
"Iya. Nama yang indah seindah hatinya!" sambung Arsyad.
Tiba-tiba ntah angin dari mana lagi-lagi Arsyad tersenyum lebar. Matanya berbinar menatap kotak bekal yang sudah di buka-nya.
"Hentikan senyuman menggelikanmu itu!" hardik Rey yang tidak di pedulikan Arsyad. Dia bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamar pribadinya di ruangan itu.
Rey berdecak kesal, "Setelah menikah dia tambah menyebalkan!" rutuk Rey yang di balas anggukan oleh Jefri.
"Dan sepulangnya kau dari london kau bertambah menggelikan!" sahut Jefri tanpa sadar dan langsung mendapatkan delikan tajam oleh Rey.
Puukk
Sebuah bantal mendarat di wajah Jefri, "Sembarangan yey kalau ngomong! Eke tambah seksi bukan tambah geli.. Tapi kalau yey mau buat eke kegelian boleh aja," godanya sambil menaik turunkan alisnya. “Amit-amit deh! Sampai kucing bertelor pun gue kagak mau!”pukas Jefri.
"Masyaallah...!" tiba-tiba terdengar suara Arsyad yang berteriak dari dalam kamar. Membuat dua sahabat itu saling menatap bingung ke arah pintu kamar Arsyad.
"Dia kenapa?" Jefri dan Rey saling pandang melempar tanya.
Kemudian mereka menggedor kamar Arsyad. "Heyy!! Apa kau sudah gila berteriak sendiri di kamar!" teriak Rey dan Jefri dari luar. Namun tak di pedulikan oleh Arsyad yang sedang duduk di pinggiran ranjang sambil membaca secarik kertas.
Tadi saat dia membuka kotak bekal, dia menemukan secarik kertas yang bertuliskan nama Zahra. Dia berniat langsung membukanya di kamar dan membacanya dengan khusyuk. Setiap bait yang tertulis dia surat itu membuat darah Arsyad berdesir hebat dan membuat jantungnya berdegup kencang.
Assalamualaikum
Untukmu yang kini menjadi imamku.
Suami yang Allah ridhoi bagiku. Mas Arsyad Malik Al-Mubarak.
Maaf. Karena malam itu aku telah menyakiti perasaanmu. Sungguh, itu bukanlah keginginanku. Aku menyesal karena mengatakan segala hal itu padamu. Kamu benar, suka ataupun tidak kini aku adalah istrimu. Dan tugasku sebagai istrimu adalah menjaga perasaanmu. Tapi, justru itu hal yang pertama aku langgar.
Kamu tahu, banyak hal yang terjadi dalam hidupku. Dan kamu juga tahu jika aku bukanlah wanita sebaik Khadijah istrinya Rasul. Aku juga tak sebaik Fatimah Azzahra dalam perihal cinta. Tapi, kini aku sadar bahwa semua itu harus aku perbaiki.
Walau aku tak sebaik mereka, tapi aku akan mencoba untuk menjadi seorang istri yang baik untukmu. Menerima takdirku dan membahagiakan mu sebagai suami dan imamku. Aku akan belajar menyayangimu, dan mungkin aku juga akan belajar untuk MENCINTAIMU.
Deg! Deg! Deg. Cinta! Zahra akan belajar mencintainya? Jantung Arsyad berdebar kencang, kata-kata itu terus terngiang di pikirannya. Seyuman itu tak pernah memudar, Arsyad kembali membaca.
Aku tak tahu atas dasar apa kamu menikah denganku. Tapi apapun itu aku akan mencoba menjadi yang terbaik untukmu. Aku ingin berusaha agar menjadi wanita yang pantas untuk mendampingimu. Bantu aku untuk tetap teguh iman dan bimbing aku agar berada pada jalan kebenaran yang Allah ridhoi.
Wassalamualaikum.
Istrimu
(Zahra Khadijah Abdullah)
"Ya Allah. Kau sungguh memberikan wanita sebaik dia untukku? " lirih Arsyad yang menitikan air mata bahagia di pipinya. Hatinya sangat senang ketika menyadari bahwa Zahra akan belajar menerimanya. Bahkan akan belajar mencintainya.
Arsyad mengusap air mata yang membasahi pipinya. Tanpa menunggu waktu lama Arsyad segera melipat surat itu dan menyimpannya di saku jasnya. Tujuannya kini hanya satu yaitu menemui istrinya, bidadarinya dan memastikan semua ini bukanlah mimpi di siang hari yang akan lenyap tanpa meninggalkan bekas.
Saat pintu terbuka Arsyad bertemu dengan sahabatnya yang memandangnya dengan tatapan heran."Are you okey?"tanya Rey ketika melihat Arsyad akhirnya keluar..
"Sepertinya dia baik-baik saja terlihat dari wajahnya yang secerah itu!" sinis Jefri pada Arsyad.
Tanpa memperdulikan kedua sahabatnya,Arsyad langsung mengambil ponsel dan kunci mobilnya dari meja. Dan bergegas keluar.
"Dia benar-benar menyebalkan!" teriak Rey yang geram karena di acuhkan oleh Arsyad. Berbeda dengan Jefri yang keluar untuk kembali bertugas sebagai polisi. Meningalkan Rey yang berteriak dia dalam ruangan itu sendirian. “Akkkhhh.... kalian menyebalkan?!”
************
Arsyad berjalan tergesah dengan gagah di lobi kantornya dengan senyuman yang sangat menawan membuat semua karyawan memandangnya takjub karena sangat jarang sekali Arsyad tersenyum seperti itu. Wajahnya lebih sering datar dan dingin tanpa ekpsresi.
Arsyad berjalan dengan cepat berpacu dengan degup jatungnya yang sangat cepat karena rasa bahagia yang membuncah. Dia merogoh saku jas dan mengambil ponselnya untuk menghubungi Bi Ijah pembantu rumahnya.
"Assalamualaikum bi?"
"Waalaikumsalam Tuan," jawab bi ijah dari sebrang telepon.
"Apa istriku sudah pulang kerumah?"
"Sudah Tuan, Nyonya lagi di kamar."
"Yasudah terima kasih. Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam Tuan."
Panggilan terputus, Arsyad kemudian menyalakan mesin mobilnya dan mengemudi dengan tergesah. Ntah mengapa dia sangat ingin bertemu Zahra.
“Aku akan belajar menyayangimu, dan mungkin aku juga akan belajar untuk MENCINTAIMU.”
Kata-kata Zahra kembali berputar di pikirannya. Membuat hatinya berbunga-bunga. Perasaan bahagia yang menguasai hatinya membuatnya kehilangan akal. Ya, saat cinta menguasai hatimu maka berhati-hatilah. Karena mungkin kamu akan kehilangan akalmu.
Dengan satu tarikan nafas yang menggebu, Arsyad berteriak dengan girang di dalam mobilnya. "AKU MENCINTAIMU! AKU SANGAT MENCINTAIMU! Aku mencintaimu Zahra!"
Dia berharap semua ini adalah awal untuk kebahagiaannya dan akhir dari perjuangannya.Berharap cinta itu akan segera terbalas. Cinta yang tak akan ada dosanya ketika kamu memikirkan wanita itu. Justru akan ada pahala yang mengalir saat kamu mencintai dan memikirkan kekasih halalmu. Istri atau pun suami, pendaming hidupmu.
****************
Arsyad berjalan tergesah memasuki rumahnya. "Assalamualaikum!" ucapnya saat memasuki rumah. Dan tanpa menunggu balasan dia langsung berjalan menuju kamar atas, kamar mereka.
Langkahnya terhenti saat berada di tangga terakhir. "Duh.. Kok aku jadi gugup sih!" bisik Arsyad dalam hatinya. Dia memegang dada kirinya yang berdebar sangat cepat. Kemudian dia melangkah lagi hingga akhirnya berada di depan pintu kamarnya dan Zahra.
"Huft...Bismillah!" gumam Arsyad mencoba menguatkan hatinya.
Clekkk
Pintu kamar terbuka, menampilkan Zahra yang duduk di bersandar di kepala ranjang sambil membaca Al-Qur'an dengan mengenakan mukenah putihnya. Melihat pemandangan itu hati Arsyad kini mencair merasakan ketenangan dalam hatinya.
"Masya Allah." gumam Arsyad pelan, hati Arsyad semakin luluh. Zahra masih terfokus dalam bacaan Al-Qur'an nya sedang Arsyad masih terdiam di depan pintu. Hatinya bergetar mendengar lantunan ayat suci Al-Qur'an yang di baca Zahra dengan sangat merdu. Arsyad maju selangkah memasuki kamarnya. Berjalan dengan tatapan mata yang tak berpaling sedikitpun dari wajah teduh Zahra.
Hingga tanpa sadar Zahra telah menyelesaikan bacaannya."Mas?!" Zahra terperanjat saat melihat Arsyad berdiri kaku di dalam kamar mereka. Mulai pagi tadi Zahra sudah bertekad untuk memulai semuanya dari awal bersama Arsyad. Hingga ia akhirnya memutuskan memanggil Arsyad dengan sebutan ‘Mas’.
Zahra meletakan Al-Qur'annya di atas meja. Dia melipat mukenah dan menyusunya di rak pakaian. "Mas Arsyad!" panggil Zahra lagi yang masih tak ada jawaban dari Arsyad. Sedang Arsyad menatap ke arah Zahra dengan pandang penuh cinta dan puja. Hingga akhirnya Zahra tepat berada di depannya.
Zahra mengibaskan tangannya di depan wajah Arsyad, "Mas Arsyad!" panggilnya dengan nada cukup keras membuat Arsyad akhirnya sadar.
Arsyad tersentak,"I-iya!" ucapnya terbata.
Dan kini nafasnya tercekat ketika menyadari Zahra berada di depannya. Zahra yang menggunakan pasmina biru senada dengan gamisnya membuat Arsyad lagi-lagi jatuh kedalam pesona Zahra.
"Kamu kenapa udah pulang kerja?" tanya Zahra lembut. Namun ntah apa yang salah dari perkataannya wajah Arsyad malah memerah.
"Ya Allah. Kenapa suaranya lembut banget! Aku kan jadi tidak bisa menahan untuk tidak memeluknya!" batin Arsyad berteriak. Zahra mengernyit heran saat Arsyad menundukan pandagannya menyembunyikan wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus.
Ntah keberanian dari mana Zahra menempelkan punggung tanganya ke dahi Arsyad seraya berkata, "Kamu demam?" suara Zahra yang penuh perhatian membuat hati Arsyad meleleh dengan rasa bahagia yang tak bisa di gambarkan.
Namun bukan menjawab Arsyad malah bertanya sambil mengeluarkan secarik kertas dari saku jasnya. "A-Apa benar, kamu mau mencoba menerimaku?" tanya Arsyad dengan terbata dan masih dengan menunduk tak berani memandang mata coklat Zahra yang semakin membuatnya hanyut.
Zahra tersenyum tulus. “Iya, akan Zahra coba, Mas." ucap Zahra pelan. "Mas?" tanya Arsyad seolah memastikan bahwa panggilan itu tak salah di dengarnya.
Senyum geli Zahra pancarkan melihat tingkah suaminya. "Iya, Mas Arsyad." kata Zahra dengan gemas pasalnya pipi Arsyad semakin memerah bahkan merambat ke kedua telinganya.
"Apa kamu akan mau untuk menyayangiku?" tanya Arsyad lagi.
"Iya."Zahra menganguk.
"Kamu mau menerimaku dengan tulus?"
"Iya, Mas."lagi-lagi Zahra mengangguk.
"A-Apa kamu akan mencintaiku?" tanya Arsyad lagi namun Zahra tak langsung menjawab membuat dada Arsyad seketika merasa sesak.
Zahra terdiam, dia masih bingung dengan perasaanya.Arsyad bertanya sambil menatap dalam mata coklat Zahra yang kini menatapnya.Sesaat pandangan mereka terkunci. Zahra bisa melihat betapa besar kasih sayang Arsyad padanya. Dan juga dia bisa melihat tatapan terluka itu dalam mata Arsyad.
Arsyad bisa menangkap keraguan di mata Zahra, dia menghela napas berat."Apa kamu akan mencintaiku?" tanyanya lirih menatap mata Zahra dalam. "Insya Allah aku akan berusaha mencintaimu, Mas." tutur Zahra penuh ketulusan membuat Arsyad kembali berbahagia.
Setidaknya ini adalah sebuah kesempatan baginya untuk membuat Zahra bisa mencintainya dengan tulus. Semua ini adalah awal dari kisah cintanya yang harus kembali berjuang untuk mendapatkan cinta dari istrinya. Cinta yang tulus dan bukan karena rasa kasihan.
"Zahra," panggil Arsyad lembut.
Zahra tersenyum simpul menatap Arsyad, "Iya, Mas?"
"Bolehkah aku memelukmu?"
Zahra mengangguk, "Aku halal bagimu, Mas. Tak perlu kamu meminta izin dariku." ucap Zahra membuat Arsyad langsung memeluk Zahra dengan erat, penuh kelembutan dan kasih sayang. Mencoba menyalurkan segala rasa cinta dan kasih sayangnya pada Zahra.
Siang ini di kamar ini menjadi saksi akan pelukan pertama yang terjadi antara mereka. Pelukan hangat yang menjadi awal dari kisah cinta mereka.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Putri Raisa
Adem banget bacanya
2021-12-28
0
Zafran
ngakak dan baper
2021-10-29
0
Hendra Yenni
😍😍😍😍😍😍😍😍
2021-10-23
0