"SAYANG!"
"******!" teriak batin Arsyad dan Jefri yang memandang orang di depannya dengan tatapan horor mereka.
Orang itu berdecak. "Kalian kenapa sih! Kayak liat hantu saja!" gerutunya kesal sambil menghentakann kaki ke lantai.
Arsyad dan Jefri saling pandang dalam ketegangan mereka. Tatapan mereka seolah mengatakan, "Bukan hantu! Tapi kau jelmaan!" bahkan bulu kuduk mereka merinding sendiri.
Orang itu tampak berjalan mendekat dengan lemah gemulai. Membuat bulu kuduk Arsyad merinding pasalnya orang itu berjalan ke arahnya, "Mati aku! Selamatkan aku Tuhan!" batinnya menjerit seolah mencari pertolongan. Kakinya mendadak kaku tak bergerak setiap orang itu berjalan mendekat.
Sedikit lagi... Sedikit lagi...
Orang itu ingin merangkul mesra lengan Arsyad yang berdiri kaku. Sebelum.... Jefri dengan berani menerjang tubuh orang itu hingga mereka berdua jatuh kelantai.
"JANGAN BERANI MENYENTUHNYA! BANCI SIALAN!" pekik Jefri yang tanpa sadar terjatuh menindih orang itu.
"APA KAU BILANG!" orang itu berteriak murka di bawah Jefri. Sedangkan Arsyad hanya bisa menghela napas lega sambil melemaskan otot bahunya yang sedari tadi menegang.
Dia mengelus dadanya. Hampir setiap kali dia bertemu orang itu dia harus mati-matian menahan napas karena mempunyai sahabat yang tidak normal.
"Ck... Bilang saja kau mau aku peluk sayang!" suara itu membuat Arsyad dan Jefri mual. Orang itu mengerlingkan matanya pada Jerfri. Seketika dia sadar dengan posisinya.
"Sialann! Aku ternoda!" jeritnya frustasi ketika sudah bangkit dari tubuh orang itu. Atau bisa di bilang manusia jadi-jadian. Dia pria tapi berpenampilan seperti wanita.
Jefri menatap tubuhnya sendiri dengan sendu, "Kau lihat!" katanya pada Arsyad yang berdiri di sampingnya. "Hanya gara-gara menyelamatkanmu dari banci terkutuk itu! Aku merelakan tubuhku ternoda! Tidak mungkin!" teriaknya frustasi mendramatisir keadaan.
Arsyad menggeleng geli melihat tingakah Jefri, dia menepuk bahu Jefri seolah menenangkan padahal dia sendiri ingin rasanya tertawa terbahak melihat ekspresi sahabatnya itu seperti habis menjadi korban pelecehan. Dia memeluk tubuhnya erat sambil berpura-pura menangis.
"Sudah...sudah. Terima kasih pengorbanan hebatmu itu, sobat!" kata Arsyad dengan nada jenaka. Sambil terkekeh.
"Ck.. Drama!"sindir suara itu. Orang yang baru saja di tindih Jefri kini sudah berdiri sambil menepuk bokongnya yang terkena lantai tadi. "Sedang apa kau disini? Bukannya kepulanganmu dari London 4 hari lagi?" kini Arsyad bersuara sambil menatap orang itu.
Orang itu melirik Arsyad dengan menyungingkan senyum menggodanya, "Kau tidak ingin memeluk sahabatmu ini, sayang?" ucapnya dengan nada menggoda.
Arsyad berdecak, "Ck... Nanti kalau kau sudah normal!" jawabnya ketus. Dia kembali berjalan santai menuju mejanya. Membiarkan Jerfi yang masih diam mematung dengan tangan memeluk tubuhnya erat.
Orang itu berjalan memandang geli Jefri yang mematung, "Sepertinya dia masih Syok!" kekehnya.
"Tidak, lebih syok saat dulu kau mencium pipinya!" lanjut Arsyad yang kembali merinding mengingat dulu ketika mereka masih duduk di bangku kuliah, Jefri mendapat kecupan di pipinya oleh sahabatnya yang sekarang ada di hadapannya.
'Reynaldi Angkasa Fernando' namanya sangat keren. Tapi dia lebih suka di panggil 'Rere' katanya lebih cantik. Membuat Arsayd dan Jefri ektra sabar memiliki Sahabat yang seperti ini.
"Itukan masalalu!" sanggah Rey cepat. Dia berjalan mendekat kearah Jefri yang menatap kedepan dengan pandangan kosong. Mungkin dia kerasukan! Batin Rey. Dia mencoba menyentuh tangan Jefri yang masih memeluk tubuhnya.
Namun tiba-tiba Jefri memekik,"Jangan menyentuhku! Jangan sentuh aku! Aku jijik! Aku jijik sama kamu!" teriak Jefri ala-ala sinetron sambil berjalan mundur.
Rey mencibik kesal, "Apasih! Belum juga eke apa-apain!" ketus Rey dengan bibir manyun. Rey berjalan melewati Jefri kemudian duduk dengan santai di sofa. Dia menumpukan kaki kirinya di kaki kanannya sambil memain-mainkan kukunya yang berwarna.
Jefri menoleh ke Arsyad yang duduk santai di kursinya, "Kenapa kau terlihat santai saat dia datang?" tanya Jefri heran pada Arsyad. Masih dengan nada syok tidak percaya. Dia sudah menyusun acara untuk pergi ke bandung ketika sahabatnya bilang dia akan pulang 4 hari lagi. Nyatanya dia malah pulang sekarang!
"Biarkan saja, dia juga sahabat kita." ucap Arsyad datar sambil membaca kembali dokumennya.
"Aku pikir sahabat sepertinya sudah tenggelam di laut!" gumam Jefri yang masih di dengar Rey dan Arsyad.
"Apa katamu?!" teriak Rey marah, dan langsung bangkit dari duduknya. Dia menarik kerah seragam Jefri, membuatnya menatap Rey, "Ck... Padahal aku tahu kau yang paling merindukanku." sinis Rey pada Jefri.
"Ti-tidak!" kata Jefri terbata. Nafasnya tercekik oleh kerahnya yang di tarik Rey.
"Benarkah?" bisik Rey yang mendekatkan bibirnya di telinga Jefri.
Arsyad merasa jengah dengan tingkah kedua sahabatnya itu. Masalahnya pemandangan menggelikan itu tepat berada di depannya.
"Hentikan tingkah ko_"
"Astagfirullah!" pekik seseorang membuat Arsyad menghentikan ucapannya. Membuat kedua orang itu menoleh ke arah pintu. Mereka melihat Zahra tengah menutup mulutnya yang menganga dengan satu tangannya. Sedang tangan lainnya menenteng sebuah kotak bekal.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya Zahra dengan nada terkejutnya. Arsyad yang masih belum bisa melihat Zahra karena terhalan tubuh dua orang itu kemudian berdiri dari kursinya. Dia memutar hingga akhirnya bisa melihat wajah istrinya.
"Ti-tidak... Tidak ada apa-apa!" seru Jefri mendorong Rey menjauh darinya.
Rey berjalan ke arah Zahra dan menatapnya dengan menyelidik lalu kembali melirik ke arah Arsyad dan Jefri. "Siapa wanita ini?" tanya Rey dengan nada tak suka.
Arsyad tersenyum simpul melihat ke arah Zahra yang menundukan pandanganya. Ntah mengapa kembali merasa bersalah pada suaminya itu. "Dia istriku!" jawabnya mantap.
Terselip nada bangga saat mengucapkan bahwa Zahra adalah istrinya. Istri yang tadi malam menolaknya dan memfitnahnya ntah mengapa semua itu hilang dari ingatannya. Tergantikan oleh rasa bahagia ketika Zahra mengunjungi kantornya.
Rey menatap Zahra remeh, dia berjalan mendekat. Dengan tangan yang terlipat di dada dia berjalan memutari Zahra. "Jadi wanita alim ini yang kau pilih jadi istrimu?" ucapnya dengan nada seolah meremekan Zahra.
Dia berhenti saat sudah berada di depan Zahra. Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, "Kenalin gue Rere!" Zahra mendongak mentap Rey dengan tak percaya, "Rere?" tanyanya merasa mungkin dia salah dengar.
"Iya, Rere, kenapa? Lo gak suka?" tanyanya kembali membuat Zahra tergagap.
"Ma-maaf." ucap Zahra kemudian dia hanya mengatupkan tangannya di depan dada tanpa menyambut uluran tangan Rey yang Zahra percaya dia seorang laki-laki tulen yang terjebak dalam kebiasaan wanita.
"Cihh... Sok suci!" ketus Rey yang merasa tak terima karena uluran tangannya di abaikan. Padahal selama ini banyak orang yang berebut berjabat tangan dengannya. Secara dia seorang desainer terkenal.
"Hey! Jaga ucapanmu Rey!" tegur Arsyad merasa tak suka dengan ucapan Rey. Dia berjalan ke arah Zahra. Membuat Zahra tersenyum kikuk. Mendadak dia menjadi gugup.
"Ada apa kemari?" tanyanya dengan lembut membuat darah Zahra berdesir.
"I-Ini, Zahra mau antar makan siang," jawab Zahra terbata.
"Kenapa repot-repot, aku bisa makan masakan kantor saja." kata Arsyad dengan nada lembut yang membuat Zahra meleleh.
"Ti-Tidak kok!" sela Zahra cepat.
Arsyad tiba-tiba merangkul pundak Zahra membuat Zahra seketika menengang, "Kemarilah, kita bicara sambil duduk. Aku tidak ingin kamu kelelahan karena berdiri." aduh Zahra tambah meleleh mendengar ucapan Arsyad yang begitu memperhatikannya.
Perlahan pundak Zahra mulai mengendur dari ketengangannya.Zahra hanya mengikuti arah Arsyad yang mendudukannya dengan pelan di sofa.
Zahra hanya terdiam sambil menunduk hingga Arsyad kembali bersuara, "Boleh aku makan sekarang?" tanya Arsyad lembut. Seolah dia tak mau berbicara dengan nada kasar seperti malam itu. Saat dia tak bisa mengontrol emosinya.
"Tidak!"
"Tidak?" Arsyad mengernyit bingung saat Zahra mengatakan tidak.
Zahra gugup, bingung harus mengatakan apa, " Maksud Zahra, makannya nanti aja kalau Zahra udah pulang."
"Kenapa begitu?"
"Tidak apa-apa,pokoknya nanti saja kotak bekalnya di buka." pinta Zahra yang seolah tak mau di bantah.
Arsyad hanya mengangguk paham, "Baiklah!" sekilas Zahra melihat tangan Arsyad yang terbungkus perban. Dia ingin mengapai tangan itu tapi tidak jadi setelah dia menyadari masih ada dua teman Arsyad dalam ruangan itu.
"Kalau begitu Zahra pamit dulu, Assalamualaikum!" ucap Zahra kemudian bangkit dari duduknya. Duduk berlama-lama bersama Arsyad bisa membuatnya sakit jantung karena sedari tadi jantungnya terus berdegup kencang.
Arsyad tersenyum lembut, "Waalaikumsalam istriku!"ujar Arsyad membuat semburat merah tercetak pada pipi Zahra. Dia segera pergi melewati dua manusia yang sudah tak dianggap keberadaanya sejak kedatangan Zahra. Miris!
"Zahra!" panggil Arsyad saat Zahra ingin membuka pintu.
Dengan sisa keberaniannya Zahra menoleh kearah Arsyad."Iya, ada apa?"
"Terima kasih!" ucapnya sambil tersenyum lebar.
"Sa-sama-sama!" senyuman Arsyad lagi-lagi membuat pipi Zahra memerah. Dia langsung pergi keluar dari ruangan itu sambil memegang dadanya yang terus berdebar.
"Jantung jangan berisik! Aku kan malu!" teriak batin Zahra senang. Dia sangat senang setelah bertemu dengan Arsyad. Paling tidak dia bisa melihat bahwa Arsyad tidak lagi marah padanya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Harto Azhar
sudah pululuhan novel ane baca,,, baru ada mahluk jadi-jadian 🤣🤣🤣🤣🤣
2022-01-09
1
Dewa Tegar Jati Pratama
😂
2021-11-16
0
Iscamp Peter Violett
murah hati bgt kau Arsyad...coba suamiku bgtu, klepek2 tiap hari AQ 🤣
2021-08-08
0