BAB 3: PERTEMUAN DENGAN TAKDIR?
************
Zahra tengah terburu-buru berlari di sepanjang koridor kampusnya karena dia datang terlambat dia panik apalagi akan ada dosen baru yang masuk di kelasnya. Dan tentu saja Zahra murid nomor satu yang tidak mau di cap sebagai murid tidak disiplin dan akan mendapat nilai rendah. Karena semua biaya kuliah dia sendiri yang mencarinya jadi Zahra tak ingin semua terbuang sia-sia.
“Telat...telat... akkhhh....,ini semua karena Haikal!” gerutu Zahra sambil berlari dan dia semakin panik saat teras kelasnya sudah sepi.
“Kalau sampai aku kena hukum sama dosen baru, uang jajan Haikal kupotong 1 minggu!”omel Zahra kesal karena adiknya yang mengajaknya bertengkar pagi-pagi dan menyebabkan dia telat ke kampus.
“Telat...telat...,aduh!” Zahra memekik saat tak sengaja tubuhnya bertabrakan dengan seseorang di depan pintu kelasnya.
“Terlambat? Sungguh tidak disiplin.”suara yang terdengar sinis itu membuat Zahra mendongak sambil mengelus keningnya yang membentur dada seorang pria.
Pria itu terdiam membatu saat dia melihat wajah Zahra. “Apaan sih Anda! Ngalangin orang jalan aja?!” ketusnya lalu nyelonong masuk tanpa meminta maaf.
Pria itu masih tertegun di depan pintu lalu tersadar dari lamunannya dan menggeleng cepat. “Apa mungkin, itu dia?”gumam pria itu dengan senyum mengembang. Lalu ikut masuk ke dalam kelas Zahra.
Zahra sudah duduk di kursinya, saat dia meletakan tasnya di atas mejanya. Mata Zahra melirik pria yang tadi dia tabrak tanpa sengaja justru juga ikut masuk.
Zahra mengerutkan dahi bingung. “Siapa dia?” batin Zahra bertanya-tanya.
Berusaha acuh dan tak peduli, Zahra duduk dengan tenang di kursinya.
Namun seketika tubuhnya menegang saat para mahasiswa yang lain menyapa pria itu dengan serempak.
“SELAMAT PAGI, PAK!” mata Zahra melotot dengan mulut yang menganga lebar. “Dia dosen barunya? Mati aku!”rutuk batin Zahra.
Tapi Zahra berdehem dengan tenang berusaha stay cool berpura-pura tidak terjadi apapun padahal kejadian itu baru saja terjadi.
“Pagi semua, saya dosen baru kalian. Semoga lain kali kalian lebih D I S I P L I N lagi. Saya tidak suka ada yang terlambat di kelas saya. Kalian paham?” katanya penuh penekanan.
“Paham, pak!” sahut mahasiswa lain namun Zahra mendelik kesal kepada dosen baru yang tersenyum sinis padanya.
Pria itu duduk di kursi dosen yang persis berada di depan Zahra, sesaat pandangan mereka bertemu. Lagi dan lagi pria itu selalu terdiam saat memandang Zahra.
Sedangkan Zahra hanya memasang wajah datar tanpa ekspresinya.
Saat pandangan mereka terputus pria itu mulai membuka buku absen dan mulai memanggil nama para mahasiswa.
“Ehh... pak dosen tampan! Bapak kan belum kenalan sama kita? Nama bapak siapa?” seru salah seorang play girl kampus mulai tebar pesona.
“Tampan? Tampan dari ma_” Zahra ingin berkilah namun dia terdiam saat menatap dosen itu sekali lagi dengan saksama. “Memang tampan sih, tapi sayang orangnya menyebalkan!” gerutu Zahra memuji lalu menghina.
“Hey, kamu! Apa mengatakan sesuatu?”
Zahra merutuki dirinya yang bodoh mengapa tak mengumpat dalam hati saja agar pria itu tak mendengarnya.
“Tidak ada,Pak!” kata Zahra mengedikan bahu acuh.
Pria itu mendengus kesal. “Baiklah, saya memperkenalkan diri dulu. Nama saya Arsyad Malik Al-Mubarak. Usia 26 tahun dan pekerjaan sementara sebagai dosen kalian.”
“Wow... namanya se-keren orangnya. Minta wa nya dong, pak?”
“Intagram, twiter, alamat rumahnya sekalian pak! Mau daftar jadi istrinya ni!” semua mahasiswi bersorak heboh sedang pria itu hanya tersenyum tipis.
Para mahasiswa mulai panas karena mulai merasa tersingkirkan dengan adanya dosen tampan di kelas mereka.
“Norak kalian semua, woy! Mana mau pak Arsyad sama cewek dekil, kecentilan kayak kalian!” sorak ketua geng pria yang paling eksis.
Susasana mulai riuh sedang Zahra hanya acuh dan memlilih sibuk dengan buku catatannya. Semua itu tak luput dari perhatian Arsyad yang sedari tadi memandang Zahra.
Arsyad mulai meng-absen setiap orang. Namun dia terhenti saat membaca sebuah nama yang sangat di kenalnya. “Zahra?” tanpa sadar dia mengucap nama itu.
“Iya,” Zahra mengangkat satu tanganya. Arsyad menatap Zahra dengan tatapan yang sulit di artikan namun matanya berbinar, ada pancaran kebahagiaan di matanya.
“Zahra Khadijah Abdullah?”panggilnya sekali lagi.
“Itu saya, pak Arsyad!” Arsyad mengatup bibirnya menahan sebuah senyuman yang mengembang. “Oh, Tuhan! Benar dia?!”batinnya bersorak gembira.
Seperti ada kupu-kupu dan bunga yang bermekaran di hatinya.
Zahra bergidik ngeri melihat Arsyad yang terus menatapnya. “Dasar dosen mata elang, tajamnya bikin orang kesel!” gerutunya lalu kembali fokus membaca buku catatannya.
“Ekhmmm.... baiklah kita lanjutkan pelajaran!” titah Arsyad berusaha tetap cool di tengah rasa hati yang sedang berbunga. Namun tetap memperhatikan setiap gerak-gerik Zahra dalam diam.
“Sudah selama itu dan kamu selalu terlihat cantik dan mempesona.”batin Arsyad dan dia melanjutkan tugasnya dengan wajah ceria. Walau dengan senyum yang tertahan setiap kali dia menatap Zahra.
*********&************
Kelas Arsyad akhirnya telah selesai. Resiko kuliah jurusan Manajeman maka akan ada tugas yang selalu di kumpulkan di setiap akhir kelas. Menyebalkan!
Terlebih dosen baru yang 1000% lebih menyebalkan dari dosen sebelumnya. Dosen yang sekarang memberikan 3 kali lipat tugas saat pelajarannya dan harus di kumpulkan saat kelas usai apalagi di berikan tugas tambahan untuk di rumah. Doubel menyebalkan!
Zahra sedang menyusun buku catatannya sedang para mahasiswa lain satu persatu mulai keluar. Hanya tinggal dia sendiri.
Ya, mungkin?
“Lambat sekali, seperti siput!”
Zahra terlonjak kaget. “Astagfirullah!” pekiknya, bahkan buku-bukunya berserakan di lantai.
“Anda!” tunjuknya sengit pada Arsyad. Namun pria itu malah mengedikan bahunya acuh melihat buku Zahra yang berserakan karena ulahnya.
“Apa?”
“Menyebalkan!” dengus Zahra kesal.
“Kamu mengatakan sesuatu?”
“....” Zahra hanya diam enggan untuk menjawab. Mood nya benar-benar hancur karena dosen baru itu.
Dia lebih memilih untuk memungguti buku-bukunya di lantai. Lalu kembali memasukannya kedalam tas.
Saat Zahra ingin keluar dari barisan kursinya, namun Arsyad justru menghalangi jalan Zahra dengan tubuh tegapnya.
Zahra mencoba mengambil celah dari kiri tapi Arsyad malah ikut bergeser ke kiri. Jika Zahra bergeser ke kanan Arsyad juga mengikutinya.
Zahra memejamkan matanya berusaha mengatur emosi yang ingin meledak. Giginya sudah bergemeletuk dengan satu tangannya mengepal di samping gamisnya.
“Minggir!” serunya dengan nada amarah yang tertahan.
Arsyad menggeleng dengan menampilkan senyum polosnya membuat Zahra harus banyak-banyak beristigfar. Mereka berdiri saling berhadapan, Arsyad yang lebih tinggi dari Zahra membuat Zahra harus sedikit mendongak untuk menatap wajah Arsyad yang tersenyum polos di hadapannya.
“Bisa Anda minggir, pak?” tanyanya berusaha untuk tetap sopan.
“Kalau aku tidak mau, bagaimana?” tantangnya dengan senyum jahil.
Zahra mengangguk dengan senyum sinis. Lalu dengan keberaniannya Zahra menginjak kaki Arsyad dengan sepatu nya sekuat tenaga membuat Arsyad menjerit kesakitan dan akhirnya menyingkir dari hadapan Zahra.
“Awww... Sakit!” jeritnya sambil mengangkat sebelah kaki kananya yang terinjak oleh kaki Zahra. Tawa keras mengema dari Zahra saat dia sudah berada di depan pintu, lalu setengah berteriak dia berkata.
“Makanya jadi dosen jangan genit?! Rasain!” ejeknya dengan tawa nyaring sambil berlari keluar meninggalkan Arsyad yang meringis kesakitan sambil menggeleng kepala tak percaya.
“Wanita itu benar-benar menyebalkan!” bukan marah namun dia malah terkekeh dengan senyum merekah. Ya, mungkin Arsyad jenis pria yang mengidap kelainan jiwa karena tertawa saat dirinya di hina seperti itu.
Masih dengan senyum tampan di wajahnya Arsyad mengambil ponsel dari saku celananya dan men-dial seseorang. “Assalamualaikum, pa!” sapanya dengan suara riang gembira.
“Waalaikumsalam, nak. Bagaimana? Kamu suka kejutannya?” tanya sang papa dari sebrang telepon membuat Arsyad tersipu dengan senyum malunya. Walau papanya tak melihat.
Arsyad tak bisa menyembunyikan senyumnya, beruntung kelas sudah kosong jadi tak akan ada yang mengira dia gila karena tersenyum sendirian. “Su-suka, pa! Arsyad sangat menyukainya, bahkan lebih dari apapun.”
“Syukurlah! Lalu, bagaimana?”
Arsyad terdiam sejenak, senyumnya sedikit memudar. “Yah, mungkin harus bertahan sedikit lagi.”terdengar hembusan nafas panjang dari sang papa. “Bersabarlah, nak! Tak akan ada penantian yang tak berakhir!”
“Iya, pa. Terima kasih, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, nak. Jaga dirimu baik-baik dan jangan lupa kamu masih punya tanggung jawab lain yang harus kamu kerjakan.”
“Iya, pa!” panggilan terputus, Arsyad kembali menegakan tubuhnya dan berjalan keluar dari ruangan itu.
Hanya satu kata yang terpikirkan serta yang di rasakan hatinya. ‘Penantian?’ kapan penantian itu akan berakhir? Ya, akan ada saatnya. Karena semua ini baru saja di mulai.
*******************8*****************
#Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rinjani
Arsyad kok tahu Zahra ..laa papanya apa jodoh perjodohan juga nih
2023-01-03
0
Christina Hartini
Semoga ceritanya bagus seterusnya 🤭😘
2022-08-19
0
Dwi dewoll
siaapakah Arsyad tu thor
2022-04-22
0