BAB 7: MENUJU AKHIR PENANTIAN!
************
"Ummi, bagaimana keadaan kakak?" tanya Haikal yang duduk di sofa tamu ketika melihat Umminya keluar.
Ummi mengehla napas berat, "Kakakmu demam tinggi, Nak. Sepertinya dia tidak bisa masuk kuliah dan kerja hari ini." lirih Ummi sedih bahkan matanya sudah berkaca-kaca.
Haikal bangkit dari sofa dan memeluk erat Umminya, "Ummi, maafin Haikal ya! Haikal akan minta izin langsung ke pihak kampus kak Zahra."
Ummi hanya mengangguk, "Iya, Nak! Ummi enggak mau nilai kakakmu buruk, terlebih sebentar lagi dia skripsi. Ummi yakin bebannya bertambah berat."
"Ya Allah! Bagaimana aku bisa lupa kalau kakak sudah mau skripsi!" batin Haikal nelangsa.
"Ummi tidur dulu ya! Kamu juga tidurlah, besok juga mau sekolah!" perintah Ummi yang dibalas anggukan oleh Haikal.
Pagi Harinya, Zahra tertidur kembali setelah menunaikan sholat subuh dengan tubuh yang masih lemas. Dia sama sekali tidak mau meninggalkan sholat.
Ummi dan Haikal sedang berada di meja makan menyantap sarapan mereka.
Haikal melirik kearah Ummi yang duduk di depannya, "Ummi, kakak enggak makan?" tanyanya.
"Nanti Ummi buatkan kakakmu bubur saja, sekarang biarkan saja dia istirahat." jelas ummi.
Haikal hanya mengangguk paham.
"Oh, iya Haikal. Ummi udah buat surat izinnya. Nanti kamu antarkan ke kampus ya!"
"Oke Ummi." ujar Haikal semangat.
Usai sarapan Haikal pun berangkat. Namun tujuannya saat ini tidaklah kesekolah melainkan ke kampus Zahra.
Dia juga sudah berencana untuk tidak sekolah hari ini dan menggantikan pekerjaan Zahra di cafe. Bagi Haikal sudah cukup dia terus menerus menyusahkan Zahra. Dia juga ingin membantu kakaknya.
Haikal mengantarkan surat izin kakaknya ke kampus. Dan ternyata dia bertemu dengan Arsyad yang akan menjadi dosen pengajar hari ini di kelas Zahra. Ya, walaupun ada sedikit perdebatan kecemburan antara Arsyad kepada Haikal.
Selama dalam perjalanan pulang dari kampus Zahra. Haikal tak henti-henti menggerutu. Tentang bagaimana menyebalkannya Arsyad.
Arsyad?Tunggu! Haikal menghentikan langkah kakinya. Dia terdiam membatu setelah pikirannya melayang mencari nama Arsyad dari masa lalu.
“Arsyad? Apa dia Arsyad Malik Mubarak?” tanyanya pada diri sendiri. Matanya membulat seketika. Sekelebat ingatan silam menghantui Haikal. “Oh, tidak! Tidak! Dia benar –benar kembali.”
**************
Sementara itu di dalam rumah Zahra. Ummi tengah sibuk membujuknya untuk memakan bubur. "Nak, makanlah sedikit lagi. Agar kamu cepat sembuh!" pinta Ummi yang dibalas gelengan lemas oleh Zahra yang bersandar di kepala ranjangnya.
"Udah kenyang Ummi, Zahra enggak nafsu makan."rengek Zahra sambil membekap mulutnya menolak sendok bubur yang terulur kearah mulutnya.
"Ummi?"
"Iya. Zahra mau apa, Nak?"
Zahra terlihat malu-malu, bahkan pipinya sudah memerah dan tak luput dari pandangan Umminya.Ummi meneliti gerak-gerik Zahra hingga akhirnya Ummi menyadari sesuatu.
Ummi terkekeh geli. "Ya Allah, Nak. Ummi pikir kebiasaan kamu yang dulu udah enggak berpengaruh lagi." Senyum umi mengembang lebar.
Zahra menggaruk dahinya yang tak gatal. Salah tingkah. "Lagian cuman sama Ummi doang kok. Boleh, ya?pinta Zahra melas dengan kedua matanya yang berkedip manja. Membuat ummi tertawa keras.
"Kemarilah!" kata Ummi sambil menepuk-nepuk pahanya.
Zahra bergeser mendekat dan dengan manjanya dia mendaratkan kepalanya di paha Umminya. Tangan ummi dengan lembut mengelus kepala Zahra penuh kasih sayang.
Zahra mencari posisi ternyaman kemudian wajahnya menghadap kearah perut umminya. Kedua tangan Zahra melingkari pingang umminya dengan wajah yang dia sembunyinkan di perut umminya.
Ummi terkikik geli. "Ya ampun. Ternyata Zahra Ummi yang manja masih ada!" kekeh Ummi yang sama sekali di acuhkan Zahra yang nyaman bersembunyi di perut Umminya.
Ummi mengelus punggung Zahra. "Ummi berdoa semoga nanti kamu mendapatkan suami yang bisa memanjakan kamu seperti ini, Nak!" kata Ummi sambil tersenyum.
Zahra sontak melonggarkan pelukannya. Lalu, menatap umminya tajam, "Zahra belum mau menikah! Pokoknya Zahra mau tetep manja sama Ummi." protesnya sambil mengerucutkan bibirnya lucu.
Sedari kecil Zahra lebih suka bermanja dan tidur di pangkuan umminya selama sakit. Dan sama sekali tidak mau di pangku oleh orang lain termasuk ayahnya. Hanya umminya seorang tidak boleh yang lain.
Ummi hanya diam sambil terus mengelus kepala Zahra hingga putrinya itu tertidur."Percayalah Nak, bahagiamu tak hanya kamu temukan saat bersama ummi. Kebahagian akan segera menjemputmu!" gumam Ummi pelan. Dia mengecup kepala Zahra dengan sayang. Senyum manis terukir di bibirnya.
Bulan sudah menampakan cahayanya. Malam telah tiba, namun kini rumah Zahra penuh dengan raut wajah yang gelisah karena menunggu sang adik yang tak kunjung pulang.
"Ummi. Haikal kemana, ya?" tanya Zahra cemas. Tak kalah cemas dengan Umminya yang juga kebingungan dimana anak lelakinya itu. Pasalnya dia sudah menelepon pihak sekolah Haikal. Dan katanya Haikal tak masuk sekolah menambah kepanikan Ummi dan Zahra.
"Tuh anak kemana sih! Awas aja kalau sampai dia buat masalah lagi. Bakalan Zahra kurung di kamar dia selama 2 hari!' omel Zahra.
"Tenanglah Zahra. Ummi juga khawatir adikmu belum pulang juga. Mungkin dia main ketempat temannya." kata ummi mencoba menenagkan Zahra yang sudah kesal dengan adiknya.
"Tapi kan_" kata- kata Zahra terpotong oleh deringan ponselnya.
"Halo, Assalamualaikum Mbak."
Jawab Zahra mengangkat pangilan dari manajer cafe tempatnya bekerja, mbak Mia. Dia sudah meminta izin tak masuk kerja hari ini.
"Waalaikumsalam. Gimana keadaan kamu Zaa?" tanya mbak Mia di sebrang sana.
"Allhamdulillah baik Mbak. Gimana cafe, lancarkan?"
"Lancar Allhamdulillah. Untung ada adik kamu ikut bantuin.'
Zahra tercengang,. "Adik? Siapa?"tanyanya penasaran.
Mbak Mia berdecak. "Ck...ck...ck... Emang kamu punya berapa adik sih? Si Haikal pagi-pagi udah dateng bantuin Mbak buka cafe. Pas mbak tanya harusnya dia sekolah dia bilang dia lagi libur. Jadinya dia bantuin cafe dari tadi pagi sampai sore." jawaban Mbak Mia membuat Zahra melongo.
Ummi yang penasaran dengan raut wajah putrinya itu hanya mengedikan alisnya seolah bertanya 'ada apa' namun Zahra hanya mengisyaratkan kata 'Sebentar' tanpa suara.
"Owh yaudah Mbak, Zahra tutup telponnya ya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." setelah telpon tertutup Ummi langsung melayangkan pandangan interogasinya pada Zahra.
Zahra memutar bola matanya. Gemas dengan ke kepoan umminya. "Sabar-sabar.. Ini juga Zahra mau cerita."
Ummi tertawa garing sedang Zahra mendegus kesal. "Jadi tadi Mbak Mia nelpon katanya Haikal datang ke cafe buat gantiin kerjaan Zahra!" jelas Zahra membuat Umminya menghela napas berat.
"Anak itu benar-be_,"
"Udah Ummi enggak apa-apa, nanti Zahra bicara sama Haikal." Zahra mengelus tangan Umminya mencoba menenangkan.
Tak lama pintu rumah terbuka di barengi dengan seseorang yang masuk sambil mengucapkan salam."Assalamualaikum!" ucap Haikal. Dia memanggil-manggil Ummi dan kakaknya yang ternyata berada di kamar.
"Waalaikumsalam." jawab mereka berdua serempak.
Ummi langsung menatap tajam Haikal. "Baru pulang kamu ya?!" sela ummi cepat. Membuat Haikal menunduk takut.
"Haikal, kemarilah. Duduk di samping kakak." pinta Zahra menepuk sisi kanan ranjangnya yang kosong. Zahra menggeleng ke arah umminya isyarat agar ummi tidak memarahi Haikal.
Haikal pun menurut. Dia berjalan dengan lesu ke sisi ranjang kakaknya.
Zahra meneliti wajah adiknya yang terlihat kelelahan. Dia merasa bersalah begitpun ummi yang menyesal telah marah pada Haikal yang jelas sekali sudah berusaha untuk membantu Zahra.
Senyum lembut terukir di bibir Zahra. "Terima Kasih sudah membantu kakak. Kakak harap kedepannya Haikal bisa lebih mandiri dan lebih dewasa!" perkataan Zahra membuat Haikal menatap Zahra dengan mata yang berkaca-kaca.
Kemudian Zahra mengelus puncak kepala Haikal penuh sayang. "Kamu adik yang hebat! Kakak dan Ummi bangga punya kamu di sisi kami." kata Zahra yang di balas senyum bercampur air mata oleh Haikal.
Dia bahagia paling tidak hari ini dia bisa meringankan beban kakak dan umminya. Sebisa mungkin dia akan mencoba untuk tidak membuat masalah atau terlibat masalah apapun yang menyusahkan ummi dan kakaknya.
*****************
Hingga tengah malam Zahra masih berkutat dengan laptopnya. Tak terasa satu bulan juga telah berlalu dan sidang kelulusan akan di lakukan besok namun naskahnya masih belum kelar. Zahra begadang hingga pagi tiba. Bahkan wajahnya masih terlihat pucat. Tapi dia tetap berusaha untuk menyelesaikan semuanya.
Zahra datang lebih awal ke kampus. Dan langsung masuk ke dalam kelasnya yang terlihat sangat sunyi."Dari mana saja kamu?" tanya suara dingin itu ketika dia berada di kelas. Zahra mendongak menatap orang yang mengeluarkan suara dingin menyapanya.
"Dari rumah!" jawabnya santai.
Zahra tampak kesal saat orang di depannya memandanginya dengan intens. Ntahlah mungkin orang itu masih memperhatikan wajah pucatnya. Walaupun sudah sebulan sejak Zahra sakit tapi kondisi badannya sering menurun karena beberapa hari tidak tidur teratur.
"Kalau masih sakit kenapa masuk?" katanya terdengar berat. Seperti menahan rasa ke khawatiran.
Zahra memutar bola matanya malas, "Kalau saya tidak datang bagaimana saya bisa sidang bapak Arsyad yang terhormat!” jawab Zahra mengertakan giginya menahan kesal.
"Udah yakin banget emang bisa wisuda?" tanyanya dengan nada remeh membuat Zahra kesal bukan main.
Zahra bangkit dari kursinya, lalu menatap Arsyad tajam. "Sebenarnya Anda mau apasih!" kata Zahra dengan nada agak tinggi.
Arsyad tersenyum tipis. "Tidak ada! Hanya memeriksa mahasiswa yang akan ikut sidang nanti. Saya tidak yakin kamu akan lulus?" tantang Arsyad meremehkan Zahra.
Kening Zahra mengerut dengan mata yang menyipit tajam. "TERSERAH!" teriaknya lantang dan melogos pergi dari kelas.
Arsyad memutar badannya hingga menatap ke arah pintu yang baru di lewati Zahra. Dengan kedua tangan yang terselip di saku celananya Arsyad berdiri dengan gagahnya. “Hanya sebentar lagi. Sebentar lagi penantian ini akan berakhir Zahra. Kamu akan segera menjadi milikku, selamanya.” gumam Arsyad dengan senyum seringaiannya.
****************
Pagi ini adalah hari yang di nantikan Zahra dan keluarganya. Karena Saat ini Zahra sudah wisuda. Di temani Ummi dan adiknya Zahra sangat bersyukur atas pencapaiannya dan perjuangannya hingga akhirnya dia bisa lulus.
"Selamat ya, Nak! Ummi bangga padamu." ucap Ummi tulus bahkan kini matanya sudah berlinang kemudian memeluk putri kesayangannya itu.
Haikal pun tak mau kalah."Selamat ya kak! Kakak hebat deh! Haikal sayang sama kakak!" seru Haikal semangat dan memeluk erat Zahra.
Perlakuan Haikal sontak mengalihkan perhatian semua orang yang berada di ruangan menatap mereka berdua. Jarang sekali bahkan, sama sekali tak pernah mereka melihat Zahra di peluk seorang lelaki.
Zahra mencubit perut Haikal. "Malu di lihatin orang tahu!" bisik Zahra geram.
Bukannya langsung melepas pelukannya. Haikal malah mengecup pipi Zahra singkat lalu menjauh dan mengedipkan matanya jahil pada Zahra.
Cup..
"Selamat kak!" katanya santai dan berhasil membuat Zahra melotot kesal. Dan para mahasiswa lain bersorak heboh.
"Woyy... Zahra di cium cowok woy!!" seru Mahasiswa cowok heboh.
Yang lain ikut bersorak. "Wahh! Beruntung banget tuh orang bisa cium Zahra! Gua mau dong jadi adiknya juga! Adik rasa suami tapi.. Hahahhahaha!" kata seorang pria dengan nada candaannya. Membuat satu ruangan tertawa gembira.
Sedangkan Zahra hanya menuduk malu sambil tanganya memukul bahu Haikal dengan kesal. Justru menambah gelak tawa satu ruangan bahkan ummi dan Haikal pun ikut tertawa bahagia.Tanpa mereka tahu di sudut ruangan seseorang berdiri dengan gagahnya. Serta kedua tangannya yang terselip di kedua sisi saku celanannya. Menatap kesal pemandangan yang membuatnya tak suka serta tak rela itu.
"Untung dia calon adik ipar ku. Kalau enggak, udah ku ratakan bibirnya ke tembok!" desis Arsyad yang sedari tadi memperhatikan Zahra. Dan hatinya kesal bukan main saat melihat Haikal mengecup pipi Zahra.
Arsyad hanya bisa mendengus, pasrah. "Semoga setelah ini semuanya berjalan lancar ya Allah." batin Arsyad mengucap doa sebelum akhirnya ia meninggalkan ruangan dan mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai dosen dari kampus itu.
Baginya tugasnya sudah selesai. Tujuannya hanya satu, menemui wanita yang paling dia nanti. Setelah bertemu dia akan menunggu sedikit lagi. Lalu sekarang penantiannya akan berakhir. Bagi Arsyad tujuan hanya satu orang. Satu wanita, satu nama ‘Zahra Khadijah Abdullah’
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rinjani
Arsyad yg nabrak ayahnya Zahra makanya pingin ma Zahra ya thor
2023-01-03
0
Dhevy yuliana
hai hai hai mampir yuk di karya terbaruku berjudul.
Suami Dingin Itu Adalah Guruku dan Story Of Yulianika
matur suwun
2022-02-22
0
Hendra Yenni
Siapa arsyad thor.. 🤔haikal pun kenal
2021-10-22
0