BAB 2
************
Malam harinya, seperti biasa Zahra pulang jam sepuluh malam usai kerja di sebuah cafe. Setelah bersih-bersih Zahra menghampiri Haikal yang tengah duduk di teras rumah sambil bermain hp.
"Dek!" panggil Zahra saat dia sudah mendudukan diri di samping Haikal. Mereka berdua duduk di lantai teras yang agak tinggi. Dinginnya angin malam membuat suasana lebih sejuk.
"Dek!"panggil Zahra sekali lagi karena tak mendapatkan jawaban dari Haikal.
"Hmmm..." gumam Haikal tanpa menoleh dan tetap asik dengan hp nya. Zahra mencebik kesal, "Au ah kesel! Kakak pergi nih!" ancam Zahra beranjak bangkit.
"Eitss..." Haikal mencekal tangan Zahra yang hendak pergi, "Gitu aja ngambek! Dasar kakak ambekan." ejek Haikal.
"Bodo amat!" ketus Zahra melepaskan cekalan tangan Haikal.
Haikal terkekeh geli melihat kakaknya yang sedang kesal, "Ada apa sih kak? Serius banget kayaknya?" tanya Haikal. Dia menarik tangan Zahra hingga Zahra duduk kembali di sampingnya.
Haikal menutup hp nya dan menyimpannya di saku celanannya, dia melirik ke arah Zahra. "Ada masalah?" tanyanya. Zahra hanya mengeleng pelan dan hanya menatap fokus ke depan membuat Haikal merasa ada sesuatu yang menjadi kegelisahan kakaknya.
"Hari minggu besok kamu ada waktu enggak?" tanya Zahra pada Haikal.
Haikal mengeryit, "Hmmmm... Ada sih kak, emang kenapa?"
"Bisa temenin kakak gak? Ke acara nikahan temen."
Haikal mengangguk, "Boleh sih! Tapi ada uang jajannya gak?"
Zahra mendecih, "Ck..ck.. Gak jadi deh! Punya adik kok mata duitan! Apa-apa duit. Kerja sana!" kata Zahra sambil menoleh ke arah Haikal dan menatapnya kesal.
Sementara yang di tatapnya hanya bisa tertawa sambil mengaruk tengkuknya. "Eheheheheh.. Iya deh iyaa. Jam berapa emang?"
"Hmmm... Jam satu siang aja kita dateng ke acara resepsinya. Akadnya jam sepuluh pagi." jawab Zahra sambil mendongak ke langit menatap bintang yang indah.
"Oke deh!" seru Haikal sambil mengacungkan jempolnya dan Zahra hanya balas tersenyum sambil mengacak-acak rambut Haikal dengan gemas.
"Kak ih!! Rusak deh rambut seksi aku!" protes Haikal.
"Ck.. Rambut seksi dari Hongkong!" kekeh Zahra. Namun tiba-tiba wajah Zahra berubah mendung dan itu tak luput dari perhatian Haikal.
"Kamu tahu enggak kenapa bintang selalu adanya di malam hari?" tanya Zahra tiba-tiba, membuat Haikal beralih menatap bintang di langit.
"Ntah!" katanya sambil mengedikan bahu ,"Mungkin memang sudah aturan alamnya." sambungnya lagi.
Zahra tersenyum, "Bukan, bintang ada di malam hari karena dia yang menjadi penerang dan hiasan di kegelapan malam. Gelapnya malam akan terasa indah dengan hadirnya bintang maupun bulan. Sama seperti kehidupan! Terkadang hanya kita yang tak mengerti maknanya!"
Haikal menoleh ke arah Zahra ,"Maksudnya?" tanyanya heran.
"Suka dan duka dalam kehidupan, yang kita rasa sabagai derita dan cobaan yang selalu membuat kita menangis, sedih, kecewa, frustasi itu ibaratnya kegelapan malam. Kita mengeluhkan mengapa itu sungguh gelap? Mengapa hidup begitu kejam? Tanpa kita melihat ada bintang- bintang yang indah di sekeliling kita.”
“Ayah,ibu,adik,kakak,keluarga, guru, bahkan diri kita sendiri. Ada kebahagian yang begitu dekat dengan kita tapi itu tidak bisa terlihat dan kita rasakan karena kita terlalu fokus pada rasa sakit_" jeda Zahra menghirup udara malam.
"_Dan satu hal, segelap-gelapnya malam dan seindah-indahnya bintang semua akan sirna saat pagi menjelang. Tergantikan dengan cahaya matahari yang lebih terang!" jelas Zahra panjang lebar.
"Bener banget!" tambah Haikal. Lalu kakak beradik itu saling menatap dan tersenyum, "Dan...." kata mereka berdua kompak.
Mereka kembali menatap langit dan bersuara bersama-sama.
"Malam akan berganti pagi! Tangis akan menjadi tawa! Sedih akan menjadi bahagia! Sebagaimana roda kehidupan. Hidup tak akan lengkap tanpa derita!" seru mereka kompak ditutup dengan tawa yang menyenangkan dari dua bersaudara itu.
Tanpa mereka sadari ada seseorang yang sudah menitihkan air matanya menyaksikan mereka berdua. Siapa lagi kalau bukan Umminya yang sedang berdiri bersandar di pintu yang merasa bangga dan bersyukur di karuniai malaikat hidupnya.
"Semoga kalian berdua tetap akur dan selalu bahagia, Nak! Ummi bangga memiliki putra dan putri seperti kalian!" kata Umminya pelan sambil menghapus air matanya dan berlalu masuk kedalam meninggalkan anak-anaknya yang masih menikmati keheningan malam.
**********
Malam itu seorang pria sedang kerepotan dengan persiapan pernikahannya. Siapa lagi kalau bukan Riswan. Sampai-sampai iya melupakan surat yang sore tadi di berikan anak kecil padanya. Dia hanya menyimpannya di dalam buku catatannya sampai sekarang belum di bacanya. Belum lagi dia menyiapkan diri dari kegugupannya serta harus menghafalkan ijab qobul agar tak salah sebut.
Hingga pukul 2 dini hari, dia memasuki sebuah kamar hotel di mana tempat resepsinya akan di adakan besok siang setelah akad di masjid sekitarnya. Lelah dan kantuk sudah menghantam Riswan hingga seusai mandi dia langsung tepar di atas ranjang empuknya.
"Aku tidak percaya akan menikah dengannya!" kata Riswan sambil menatap langit-langit kamarnya. Kemudian dia menyamankan posisi tidurnya dan menarik selimut hangatnya.
"Baiklah, semoga aku bahagia dengannya." gumam Riswan “Zahra, maafkan aku menyakitimu. Aku juga mencintaimu tapi memang takdir tidak membiarkan kita bersama.” Riwan berkata lirih dan terlelap dengan luka hati yang terpendam.
Pagi menjelang.... Acara akad berjalan dengan lancar kini Riswan telah memiliki pendamiping seorang wanita cantik, model papan atas yang sangat terkenal kini menjadi pendampingnya, 'Kirana Malik Akalanka' itulah pendamping Riswan kini.
Mereka berdua tengah berkumpul dengan para keluarga besar. Menanti siang hari untuk resepsi, para desainer dan wo terkenal juga hadir untuk menata setiap desain dan penampilan mereka. Bagaimana tidak? Kelas mereka adalah konglomerat. Orang-orang kaya dan terkenal.
***********
Zahra dan Haikal sudah berangkat dengan motor mereka dengan Haikal yang membonceng Zahra.
"Dek, kok cuacanya enggak bersahabat ya? Kayaknya mendung gitu?" tanya Zahra setelah menyadari bahwa cuaca sudah mendung dan angin sudah cukup kencang membuat Zahra cukup kedinginan.
Haikal bergumam, sebelum akhirnya berkata, "Ntahlah! Mungkin akan terjadi sesuatu!" kata Haikal dengan santainya.
"Maksudmu?"
"Kita lihat aja nanti. Bagaimana emosi seseorang sedang di permainkan!"
Ntah mengapa perkataan Haikal terasa menusuk relung hati Zahra. "Apa Haikal sudah tahu siapa yang menikah? Tapi aku belum memberitahunya?" batin Zahra bertanya-tanya.
25 menit berlalu akhirnya mereka sampai di sebuah gedung mewah dan tinggi menjulang. Mobil-mobil mewah berbaris dengan rapih dan tertib. Berbagai karangan bunga sebagai ucapan mengelilingi gedung itu.
"Masyaallah! Mewah banget!" kagum Zahra, matanya berkeliling menatap gedung itu.
Hingga Haikal menghentikan gerakan kepala Zahra dengan menangkup kedua pipi Zahra dan mengarahkanya ke sesuatu.
"Berhentilah mengagumi gedung ini! Lihat itu! Dan cobalah untuk tidak menangis dari sekarang!" perintah Haikal dengan nada yang sudah tak bersahabat. Membuat Zahra menatap apa yang di arahkan Haikal.
Tiba-tiba saja matanya sudah berkaca-kaca, di sana dan di mana-mana dia melihat nama Riswan orang yang di cintainya terukir dan berdampingan indah dengan nama wanita lain yang kini sudah menjadi istrinya.
Haikal kesal bukan main saat melihat Zahra mulai berkaca-kaca, "Dasar cengeng!" umpatnya kesal. Haikal benar-benar tidak suka jika Zahra menangis apalagi karena orang lain dan ini karena seorang pria asing! Membuat ubun-ubunnya terasa panas ingin marah dan memukili Riswan.
"Ba-bagaimana kau tahu?" tanya Zahra berusaha tegar agar tak menangis.
Haikal memalingkan wajahnya, "Itu tak penting!" ketusnya.
Kemudian Haikal menarik Zahra masuk ke dalam gedung itu. Lagi-lagi hati Zahra tertohok dan teriris ketika dia melihat foto Riswan dan Istrinya terpampang sepanjang jalan.
Zahra tersenyum miris, "Wanita itu begitu cantik dan seksi. Bahkan di bandingkan aku hanya gadis biasa yang menutup diri dalam balutan gamis dan pakaian muslimahku. Berbeda dengan dia dengan bangganya mengenakan gaun yang seksi itu. Huhh.. Baiklah, aku benar-benar sudah menyerah!" batin Zahra sudah menangis pilu. Walau senyum paksa masih terukir di bibirnya.
Dengan menarik napas perlahan Zahra dan Haikal naik ke atas pelaminan untuk mengucapkan selamat kepada mempelai. Lagi-lagi Zahra terpukau dengan ke tampanan Riswan dengan balutan Jas pengantin yang terkesan simpel namun mewah itu, kemudian wanita di sampingnya dengan balutan baju pengantin putih dengan bahu serta leher yang putih terekspos hanya lengan gaun berada di pundak saja, wanita itu terlihat sangat cantik dan anggun.
Dengan rambut yang tergerai serta sebuah mahkota menghiasi kepalanya.
Haikal tahu kalau kakaknya itu terlihat minder, dengan sigap Haikal mengenggam tangan Zahra erat. Dan berjalan dengan santainya ke arah Riswan.
"Selamat untukmu!" kata Haikal mengulurkan tangannya di hadapan Riswan.
Riswan terkejut melihat Haikal ternyata datang dengan Zahra, "Haikal,kau?" ucapnya.
"Iya aku. Kenapa kau terkejut?"sinis Haikal menatap Riswan dengan tajam.
"Maafkan aku."lirih Riswan. Dia tahu kenapa sikap Haikal begitu sinis padanya. Dia tahu Haikal adik Zahra, dan mereka sudah kenal sangat dekat. Haikal tahu jika kakaknya menyukai Riswan tapi dari awal dia hanya diam saja tak menanggapi karena dia memang tidak suka dengan Riswan.
Dia mengakui jika sekilas Riswan seperti pria yang sholeh tapi dia merasa sangat jelas bahwa pria itu tidak pantas untuk kakaknya. Dia juga sudah memperingatkan Riswan agar tak menyakiti hati kakaknya. Tapi, saat ini yang dia lihat adalah kakaknya harus menangisi pria brengsek seperti Riswan.
Itu benar-benar membuat Haikal kesal dan marah. Riswan merasakan Haikal agak meremas tangannya. Haikal mencondongkan kepalanya ke samping telinga Riswan lalu berbisik. “Ku dengar pria itu yang di pegang adalah janjinya. Tapi mungkin itu tak berlaku untuk pria brengsek sepertimu!” bisiknya tajam membuat Riswan tertodong dengan rasa bersalah.
Hingga tiba giliran Zahra, Zahra berjalan dengan pandangan menunduk dan hanya mengatupkan tanganya di hadapan Riswan begitu juga pria itu. Dan untuk kali ini Zahra memberanikan diri mendongak menatap Riswan terakhir kalinya.
Pandangan mata mereka sesaat bertemu, namun segera Zahra menutup dalam perasaan itu, ia tak mau dosa karena mencintai suami orang dan detik ini dia harus bisa melupakan cintanya pada Riswan, walaupun sulit tapi dia yakin bahwa rasa itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Dan dia harus mengikhlaskan yang sudah bukan milik dan takdirnya.
Riswan ingin mengatakan sesuatu, tapi terlambat karena Zahra sudah pergi menjauh dari hadapannya. Menghilang dan tak lagi terlihat, “Bukan ini yang aku inginkan, Zahra. Aku juga mencintaimu tapi aku tidak bisa menolak perjodohan ini.”lirih nya dalam hati.
“Maafkan aku...,”
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rinjani
Haikal tahu ternyata Riswan yg suka dgn Zahra
2023-01-03
0
yuyu kekasih jk
ktktnyh sopan bangetttt suka sma crtanyaa:) tpi sedihh bangettt si:v
2021-06-26
0
Taz
Ada pengalaman apa Arsyad dengan Zahra????
2021-05-24
0