BAB 9: PENOLAKAN YANG MENYAKITKAN.
**************
Cukup lama Zahra terdiam di depan pintu dengan tampang terkejutnya ketika melihat Arsyad datang.
Dan bukan hanya itu dia merasa aneh dengan pakaian Arsyad yang terlihat sangat formal dengan mengenakan jas hitam serentak dengan orang-orang yang datang bersamanya.
Apalagi dengan dua orang yang berdiri di samping Arsyad yang Zahra yakin itu adalah kedua orang tuanya.
"Kok perasaan aku enggak enak, ya?" batin Zahra bertanya dengan gelisah.
Zahra menatap Arsyad dengan teliti dari ujung kaki hingga kepala, seolah meneliti penampilan Arsyad.
"Tampan." gumam Zahra pelan tanpa sadar.
Dan itu masih bisa di dengar Arsyad yang berdiri di depannya. Telinga Arsyad memerah di ikuti dengan kedua pipinya yang bersemu malu.
Arsyad menunduk mencoba menyembunyikan wajahnya yang memerah bercampur rasa gugup, malu, dan juga bahagia karena tanpa sadar Zahra memuji dirinya.
"Bo-boleh kami masuk," ucap Arsyad terbata karena gugup.
Berada sedekat ini dengan Zahra membuat jantungnya berdebar hebat. Apalagi sedari tadi Zahra terus menatapnya dengan tatapan kagum dan terpesona. Membuat Arsyad semakin salah tingkah.
"Huh?" beo Zahra dengan wajah cengonya. Matanya mengerjap lucu mencoba mencerna kembali tentang yang sebenarnya terjadi.
Melihat putra hanya diam dan terus menunduk malu membuat ayah Arsyad gemas sendiri. Bahkan calon menantunya pun hanya diam dengan raut wajah yang penuh dengan kebingungan.
Ayahnya mencoba menengahi suasan cangung mereka berdua. "Ekhmmm... Maaf, Nak! Boleh kami masuk?" tanya ayah Arsyad sopan. Ntah mengapa Zahra hanya mengangguk kaku dengan pikiran berkecambuk.
"Silahkan pak!" ucap Zahra membuka pintu lebih lebar dan sedikit bergeser untuk memberi jalan.
Saat mereka berjalan masuk, pandangan Zahra tertuju pada kotak-kotak yang di bawa oleh lima orang berjas. Kotak yang berlapis plastik mika yang di hiasi pita indah, di dalamnya terdapat berbagai jenis barang.
Seperti mukenah, Al-Qur'an, kosmetik, kue, pakaian muslimah, dan satu benda yang menarik perhatian Zahra. Sebuah kotak mika yang di dalamnya terdapat kotak berudu berwarna merah tempat biasa menyimpan cincin.
"Ini sebenernya ada apa sih?" gumam Zahra bertanya-tanya.
Tak lama Ummi dan Haikal keluar dari kamar mereka masing-masing, dengan sudah berpakaian rapih. Membuat Zahra tidak tahan untuk bertanya dan segera berjalan ke arah umminya.
"Ummi, ini sebenarnya ada apa?" bisik Zahra berdiri di samping umminya yang sudah berpakaian rapih dengan gamis nya yang indah. Bukannya menjawab ummi hanya tersenyum penuh arti membuat Zahra mengerutkan keningnya bingung.
Dia beralih menatap sang adik yang berada di samping umminya. Matanya seolah bertanya 'Ada apa?' tapi Haikal hanya mengedikan bahunya acuh.
Membuat Zahra bertambah kesal.
Ummi berjalan menuju ke sofa tamu dan menyambut ketiga orang yang duduk di sana. Menyapanya dengan ramah di ikuti Haikal yang juga menyalami orang-orang itu.
Sedangkan Zahra hanya berdiri kaku dan sama sekali tak berniat bergerak. Zahra hanya termenung dengan pikirannya sendiri.
Hingga ummi memanggil Zahra dan membuyarkan lamunannya yang sudah berkelana jauh.
"Zahra. Kemarilah, Nak! Ngapain kamu berdiri seperti patung di situ."tegur ummi membuat Zahra mengangguk kaku. Zahra tersenyum paksa dan berjalan mendekati umminya dan Haikal yang sudah ikut duduk di sana.
"Kenalkan, ini Pak Malik Al-Mubarak dan istrinya Ibu Maya ." tunjuk Umminya kepada dua orang pasangan suami istri yang sudah berusia setara dengan umminya.
Zahra mengangguk kaku, dan tanpa di suruh Zahra mencium kedua tangan orang tua itu dengan sopan. "Saya Zahra, Omm, tante." sapa Zahra memperkenalkan diri dengan sopan.
"Dan ini_," tunjuk ummi pada Arsyad.
“ Arsyad Malik Al-Mubarak. Putranya pak Malik dan Ibu Maya." tutur ummi membuat Zahra melirik ke arah Arsyad. Namun pandangannya berbeda. Aura Zahra terlihat sangat mengerikan dengan tatapan matanya yang tajam seolah ingin menguliti Arsyad hidup-hidup saat ini juga.
Sedangkan Arsyad bergidik ngeri sembari menelan salivanya, takut dengan tatapan tajam namun dalam dari Zahra.
Takut jika dia akan menjadi santapan buas kemarahan Zahra, juga takut jika hatinya akan semakin tenggelam dalam tatapan Zahra dengan mata coklatnya yang begitu indah.
Arsyad hanya bisa tersenyum kaku. Zahra dan Arsyad mengatupkan kedua tangan mereka di depan dada. Kemudian Zahra ikut duduk bersama ummi dan adiknya. Dia mendapatkan posisi duduk di tengah antara adik dan ibunya.
"Jadi, niat mereka kemari untuk melamar kamu, Nak." kata-kata ummi membuat Zahra menoleh cepat kearah umminya.
Namun bukannya kaget Zahra malah terkekeh."Ummi bercanda, ya?" tanya Zahra dengan kekehanya seolah ini semua hanya candaan.
Namun kekehan itu terganti dengan pekikan kala ayah Arsyad berbicara. "Benar Nak, Zahra. Kami datang kemari untuk meminang kamu untuk putra kami Arsyad!"
"APAAAA?!" Pekik Zahra membuat semua orang kaget. Beruntung mereka tidak ada yang menderita sakit jantung. Nafas Zahra memburu, dia marah dan itu sangat telihat oleh Arsyad karena Zahra memandang Arsyad tajam.
Zahra menatap ummi dan adiknya bergantian."Apa-apaan ini ummi?"tanya Zahra lirih menatap sendu kedua mata umminya.
“Astagfirullah, Zahra baru wisuda ummi. Zahra juga baru mulai membuka toko roti kita. Apa harus secepat ini?” air mata mulai tergenang di kedua bola mata Zahra.
"Nak, mereka kemari dengan niat dan tujuan baik untuk menjalin tali silaurahmi yang halal antara kita. Terutama kamu dan Nak, Arsyad." mendengar nama Arsyad di sebut membuat Zahra lagi-lagi menatap Arsyad namun, kini dia menatap Arsyad dengan tatapan sarat akan luka. Seolah memohon agar lamaran ini di batalkan. Sungguh hatinya masih belum siap.
Arsyad mengerti semuanya. Dia mengerti bahwa semua ini sangatlah mengejutkan bagi Zahra. Dia juga mengerti jika tatapan Zahra padanya yang memohon agar lamaran ini tidak dilanjutkan. Menyadari hal itu tentu hatinya sangat sakit. Apa akan berakhir seperti ini cinta yang telah dia tunggu dan perjuangkan selama ini?
"Kami, termasuk ummi ingin kalian untuk menikah dan menyempurnakan agama kalian dengan menikah. Ummi ingin_"
“Maaf,” Zahra menyela ucapan umminya. “Saya tidak ingin menikah!” satu kalimat, sekali tarikan nafas, ucapan Zahra menghancurkan hati Arsyad.
Bagi Zahra hatinya masih belum siap jika harus ada orang lain yang masuk mengisi hatinya. Dia masih mencintai pria itu.
Tapi, kini hal itu juga terjadi pada Zahra. Seorang pria yang baru di kenalnya selama sebulan yang dulu berstatus sebagai dosennya. Tidak dia kenal, tidak dia cintai. Kenapa Tuhan mengizinkan cinta Riswan dan Zahra terpisah karena perjodohan. Mereka saling mencintai tapi tak bisa saling memiliki. Kenapa cinta mereka begitu tragis?
Namun, bagi seorang Arsyad penolakan Zahra juga mengancurkan harapan dan hatinya. Lalu, bagaimana takdir membawa kisah mereka?
*****************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Merzin Prismi
zahra jgn di tolak donk.... arsyad udh lama loh nungguin kamu. syedih aku thor liat arsyad 😥😥
2021-12-15
0
Rose Ssy
Ibu nya juqa salah sc,, oranq mau jodoin anak malah tiba² bukan nya gmg dulu sama yg nau d jodohi,,,,, ampun ampun. Jadi greget banqet 🙄🙄😂😂😂😂
2021-05-11
1
Hencece06
waduh blm mulai ydh ditolak ajahh
2021-04-27
0