BAB 10: PERSIAPAN PERNIKAHAN.
******************
Suasana menjadi sunyi dan tegang. Semua orang kecewa akan jawaban yang Zahra berikan. Kenapa dengan mudahnya Zahra mengatakan hal itu tanpa memikirkan perasaan Arsyad pria malang yang sangat terpukul mendengar jawabannya.
Ummi menatap iba kepada Arsyad calon menantunya itu yang ummi tahu Arsyad sedang menahan dirinya agar tidak menangis. Lalu, ummi manatap Zahra yang tertunduk di sampingnya. Zahra meremas kedua tanganya yang terasa dingin ntah takut atau karena dia merasa bersalah karena ucapannya.
“Ikut ummi!”pukas ummi menarik tangan Zahra dan membawanya masuk kedalam kamar. Saat pintu tertutup detik itu juga Arsyad menangis dalam diam sambil memeluk ayahnya yang duduk di sampingnya.
“Pa. Apa salahku? Apa aku pria yang tidak pantas untuk Zahra. Hingga dengan mudahnya dia menolak lamaran ini. Apa aku begitu buruk Pa?” bisik Arsyad dengan bahunya yang gemetar. Ayah, ibu juga Haikal menatap iba Arsyad yang sangat terpukul.
“Sabar nak. Semua ini bukanla sebuah akhir. Berdoa kepada sang kuasa agar Allah membantu ummi membujuk Zahra.”pak Malik terus memberikan kalimat positif agar Arsyad tak putus asa.
Haikal merasa tak tega dengan Arsyad. Dia juga menyesali kenapa kakaknya bisa dengan mudah mengatakan hal yang menyakitkan pada orang lain yang jelas mempunyai niatan baik baginya. Dia juga kecewa pada Zahra. Yang Haikal harap semoga ummi berhasil membujuk Zahra agar mau menerima Arsyad.
Arsyad melepaskan pelukan.
Dia mengusap kasar air matanya dan dalam hati dia berdoa. “Ya Allah, izinkan aku egois kali ini. Aku tidak peduli jika Zahra menerimaku karena terpaksa atau tidak. Yang kuinginkan, Zahra menikah dan menjadi miliku. Kumohon! Izinkan aku menjaganya walau dia tak mencintaiku. Tapi, biarkan dia menjadi istriku.”
Semua orang yang berkumpul di ruang keluarga minimalis itu. Berharap akan ada perubahan dan kabar baik saat Zahra dan umminya keluar dari kamar itu.
Sedang di dalam kamar. Zahra masih terus di bujuk oleh umminya. “Nak, kenapa kamu menolak Arsyad? Dia pria yang baik Zahra.”jelas ummi pada Zahra yang masih menundukan kepalanya.
Ummi menangkup kedua pundak Zahra. Mengapit ujung dagunya agar menatap mata umminya. “Tatap ummi, dan katakan alasanmu menolaknya?” tanya ummi lirih.
Zahra menatap dalam mata umminya. Ada satu hal yang ingin dia katakan tapi mulutnya sama sekali tak bisa bersuara. Dia ingin mengatakan bahwa, “Zahra mencintai orang lain ummi. Hanya dia yang Zahra cintai. Dia masih ada di hati Zahra walau pria itu sudah menghianati cinta kami.”jerit hatinya ingin mengatakan semua itu. Tapi dia tidak bisa menyakiti perasaan umminya.
Ummi menghembuskan nafas kasar, “Arsyad adalah orang yang baik. Ummi yakin dia bisa menjadi imam yang baik untukmu. Ummi_”
“Apa ummi akan bahagia jika Zahra menikah dengannya?”tanya Zahra menyela perkataan umminya.
Sejenak ummi terdiam. “Ya. Ummi akan bahagia kalau kamu menikah dengannya. Karena ummi tahu suatu saat kamu akan bahagia bersamanya. Saat kamu tahu seberapa baiknya keluarga mereka!”kali ini ummi juga ikut egois. Biarlah, karena dia tahu Zahra tak akan menolak jika dia mengatakan hal seperti itu.
Zahra tak akan membuatnya kecewa, dia mungkin jahat karena memanfaatkan kebaikan dan kasih sayang Zahra untuknya. Tapi ummi tahu bahwa keputusnya ini bukanlah hal yang salah.
“Baiklah. Jika itu yang memang ummi inginkan! Zahra sama sekali tidak bisa mengecewakan apalagi membuat ummi sedih.”ummi tersenyum mendengar keputusan anaknya. Ya, untuk kali ini semua orang egois. Egois untuk kebaikan Zahra dan kebahagiaannya.
***************
Zahra keluar dari kamar bersama umminya. Membuat semua orang menatap ke arahnya. Berharap kabar buruk menjadi kabar baik. Terutama Arsyad yang sedari tadi menunggu dalam cemas dengan hasil akhirnya. Dia sangat berharap Zahra mengubah keputusannya.
"Bagaimana, mbak? Apa ada perubahan?"tanya Ibu Maya, mamanya Arsyad.
Ummi melirik Zahra. "Tanyakan saja langsung kepada anaknya," kata ummi membuat semua mata teruju pada Zahra. Terutama Arsyad dan juga Haikal yang tak kalah kepo menunggu keputusan sang kakak.
Zahra menarik napas dalam sebelum berucap. "Bismillah, saya terima lamaran anak Bapak!"keputusan Zahra membuat semua bernafas lega. Suasana tegang berubah menjadi lebih hangat karena kabar gembira perubahan keputusan Zahra yang akhirnya menerima Arsyad.
"Allhamdulillah!" ucap mereka bersyukur. Wajah lesu tadi seolah menghilang ntah kemana terganti dengan senyuman indah dan mereka.Bahkan Arsyad tak hentinya berucap syukur kepada sang maha kuasa sambil memeluk kedua orang tuanya erat.
"Perjuanganmu tak sia-sia, Nak!" bisik Ayah Arsyad dalam dekapannya.
Arsyad mengangguk. "Iya pah! Allhamdulillah akhirnya penantian ini segera berakhir!" lirih Arsayd.
Suasana seketika menjadi penuh haru. Bahkan Haikal ikut bahagia dengan keputusan kakaknya. "Kau tidak memilih orang yang salah kak! Semoga kakak bahagia!" bisik Haikal saat memeluk kakaknya memberikan ucapan selamat.
Semua orang bergemibira. Tapi, bagaimana dengan Zahra? Baginya hanya dengan melihat keluarganya bahagia itu sudah cukup. Walau saat ini hatinya sedang menangis pilu.
Selang 3 hari tanggal pernikahan mereka sudah di tetapkan. Sekitar satu minggu lagi saat ini mereka tengah sibuk untuk mempersiapkan semuanya. Seperti hari ini Arsyad membawa Zahra untuk mencoba gaun pengantin yang cocok untuknya.
Mereka berdua berada dalam satu mobil dalam suasana keheningan yang membuat keduanya cangung. "Kamu mau bajunya warna apa?" tanya Arsyad mencoba membuka pecakapan.
Zahra menoleh sekilas kearah Arsyad sebelum kembali menoleh kedepan menatap jalanan."Warna apa aja boleh." jawab Zahra singkat.
Arsyad mengangguk. "Apa kamu ingin gaunnya berwarna biru?" tanya Arsyad lagi membuat Zahra tampak berpikir. "Ehmm, boleh sih! Biru juga kelihatannya bagus." ucap Zahra tesenyum sangat tipis. Tapi walau begitu Arsyad masih menyadarinya.
"Apa tadi dia baru saja tersenyum? Masya Allah, sangat cantik sekali bidadari syurgamu ini!" batin Arsyad berteriak girang. Dia beruntung memiliki calon pengantin seperti Zahra. Ya, sangat bersyukur. Setelah perbincangan singkat itu akhirnya mereka memutuskan untuk mengenakan gaun berwarna biru dan 5 warna lainnya.
Tak henti-hentinya Arsyad memandang Zahra penuh kagum setiap kali gadis itu mengenakan gaun pengantin yang berbeda. Kecantikannya tebilang sempurna dengan wajahnya yang tampak bersinar seperti cahaya. Mungkin karena gadis itu sering menjaga wudhunya dan Arsyad sangat tahu itu.
Tak terasa waktu malam telah tiba...
Arsyad dan Zahra berniat makan malam terlebih dahulu. Tadinya Arsyad mau mengajak Zahra ke restoran mewah. Tapi Zahra bersikukuh untuk makan di cafe tempatnya bekerja dulu. Dia berniat mengantarkan undangan ke mbak Mia mantan manajernya.
"Assalamualaikum Mbak Mia!" Sapa Zahra pada Mbak Mia yang sedang duduk di meja kasir. Di ikuti oleh Arsyad di belakangnya.Mbak Mia langsung berdiri dari kursinya dan berlari menghampiri Zahra.
“Waalaikumsalam. Masya Allah! Calon pengantin, adik ku tersayang!" serunya gembira langsung memeluk Zahra. Hampir saja Zahra terjerembab ke belakang jika Arsyad tidak menopang tubuh Zahra tanpa sengaja. Karena Arsyad berada tepat di belakangnya.
Zahra menoleh sedikit ke arah Arsyad. "Maaf!"gumam Zahra pada Arsyad yang masih diam mematung di belakang Zahra. Tubuhnya menegang karena untuk pertama kalinya di bersentuhan dengan Zahra. Walaupun itu tanpa di sengaja.
Zahra mencoba kembali menormalkan posisinya. Dengan sedikit bantuan Arsyad yang menegakan kembali tubuh Zahra.
"Hampir aja aku jatuh. Pelan-pelan dong mbak? Zahra gak akan lari kok!" canda Zahra, kembali bersikap santai seolah tak terjadi apapun.
Sedangkan Arsyad masih diam mematung di tempatnya. "Pertama kalinya aku bersentuhan dengan Zahra? Walaupun tanpa sengaja tapi rasanya hatiku sudah mau meledak. Hatiku berbunga-bunga hanya karena ini? Gila kau Arsyad!" batin Arsyad berteriak girang, sambil merutuki dirinya.
Arsyad sedang berusaha menormalkan detak jantungnya yang mengebu, sampai terdengar sebuah teriakan dari arah dapur.
"Mbak! Ini baby Qiyanya nangis!" teriak seseorang dari arah dapur membuat semua orang serempak memandang arah dapur.
Namun tidak dengan Zahra justru memandang mbak Mia. "Baby?" tanya Zahra menatap Mbak Mia dengan dahi mengkerut. "Sejak kapan Mbak Mia punya baby? Mbak kan belum menikah?" tanya Zahra penuh selidik.
Mbak Mia berdecih dan menatap Zahra kesal. Karena Zahra terus mencurigai dirinya. "Bukan baby mbak! Tapi babynya si bos Riswan!"
Degg...
Seolah tersentil, hati Zahra kembali terpengaruh medengar nama itu. Lagi-lagi nama Riswan masih berpengaruh untuknya. Kenapa? Bukankah pria itu sudah menghianati cinta mereka?
Tanpa dia sadari masih ada Arsyad yang berdiri disampingnya. Yang terus menatap Zahra dan memperhatikan setiap raut perubahan wajah Zahra. Arsyad menyadari makna ekspresi itu membuat hatinya kembali terluka.
"Kenapa kamu masih mencintainya, Zahra? Ada aku di sini dan kamu tidak pernah menatap ku sama sekali.”lirih hati Arsyad terpukul sedih. Menyadari kenyataan pengantin nya masih belum melupakan cinta pertamanya.
*************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rinjani
Riswan pasti hmmm hamil dulu bininya nakal makanya Haikal marah untung tdk jd kakak iparnya
2023-01-03
0
Umriyah Purnawati Sholikhah
Zahra ayo move on ada hati yg menunggumu...
2021-06-22
0
lhiiea fardhika
udah lah zahra lupain rizwan, belajar lah mencintai arsyad..
2021-05-09
1