BAB 8 : MELAMAR KAMU!
***********
Arsyad Pov
Sekarang aku sudah kembali ke pekerjaanku yang sesungguhnya. Menjadi Direktur di perusahaan 'Air Voice' perusahaan komunikasi terbesar di Indonesia. Perusahaan yang di bangun papaku dan di teruskan kepadaku generasi satu-satunya dari Papa.
Kembali harus berkutat dengan laptop dan dokumen-dokumen yang harus aku baca dan teliti sebelum menandatanganinya. Hari ini aku benar-benar tidak bisa fokus. Karena aku tidak bisa melihat gadis pujaanku lagi bahkan untuk melihat wajah galaknya.
"Akkhh...Menyebalkan! Baru dua minggu aja udah kangen banget!" rutukku kesal melempar asal pulpen yang kupegang kelantai.
"Kenapa lo bro!" tiba-tiba sebuah suara yang berasal dari arah pintu mengalihkan perhatianku. Sedang apa dia disini? Pikirku melihat seseorang yang sangat menyebalkan mengusik hariku yang sudah ceria ini.
"Ngapain lo kesini?" tanyaku ketus. moodku benar-benar buruk sekarang.
Dia berdecih. "Selow dong bro! Baru juga dua minggu. Masih kalah dong sama penantian loh yang lebih lama dari satu hari!" katanya seolah mengingatkanku. Kurasa dia benar? Satu hari ini tak sebanding dengan waktu ku menantinya lebih dari ini.
"Lo kayak enggak ada kerjaan aja. Lagi sepi job ya?"cibirku membuat dia berdecak kesal.
"Enak aja! Gue tadi kebetulan habis tugas di daerah sini. Makanya sekalian gue mampir buat ngunjungin sahabat yang lagi terpuruk.... Ahahahhaa!"
Kurang ajar! Datang-datang main ngatain orang terpuruk aja. “Mau gue sumpel mulut lo pakai sabun, huh? Biar mati sekalian!”
“Uhhh, takut. Ahahaha... putus asa amat ya pak? Di pisahin lagi dari pujaan hati.”lagi-lagi dia mengejekku.
Emang dia pikir aku mau apa menunggu selama ini? Sejak saat itu aku bahkan ingin menjadikan dia milikku sepenuhnya.
Tapi aku tak mau egois dan menghancurkan masa depan dan impiannya yang masih panjang. Aku hanya memberi dia waktu untuk tumbuh.
Sedang aku bekerja keras hanya untuk bisa memilikinya dengan sepenuhnya tanpa kekurangan satu hal apapun. Karena bagiku ‘Cinta bukan ke egoisan, tapi sebuah ketulusan dan pengorbanan.”
Aku mengorbankan perasaanku untuk jauh darinya. Hanya agar dia bisa tumbuh dan hidup sesuai keinginannya.
Mati-matian aku menahan rasa rindu dalam hatiku yang semakin lama justru semakin kuat hingga membuat ku frustrasi. Bahkan aku sempat menjalani perawatan dari pskiater hanya karena rasa rindu yang perlahan membuatku gila. Ya, dan itu hanya karena Zahra.
"Jadi?"
Suara itu membuatku tersentak dari lamunan lama ku. Ternyata orang itu masih duduk dengan santai di depanku. “Apa?” tanyaku mengedikan alis ku bingung. Dia bertanya apa? aku sama sekali tidak mendengarnya.
Orang itu berdecak. "Kau ini bodoh atau apa sih?! Kapan kau akan melamarnya? Zahra. Kapan kau melamar wanita itu?" tanyanya geregetan membuatku tersadar. Aku tersenyum lebar mendengar pertanyaan itu. Pertanyaan dari Jefri sahabatku.
Besok!" ucapku Final.
Ya, besok aku akan melamar Zahra. Memang ini akan sangat terasa cepat baginya karena besok tepat dua minggu setelah dia wisuda. Biarlah dunia menganggap aku terlalu terburu-buru. Tapi satu hal yang aku yakin. Bagi Tuhan tidak ada hal yang tidak mungkin. Besok akan menjadi penentuan sebuah awal atau akhir dalam kisah hidupku.
*************
Malamnya aku mendiskusikan semuanya pada papa dan mama dan respon mereka tentu saja sangat senang. Bahkan mereka berkali-kali memelukku dan mengucapkan terima kasih. Yang aku tahu perasaan mereka sangat senang karena mereka akan memiliki menantu yang mereka nantikan sejak lama.
Namun berbeda denganku. Ntah mengapa aku malah takut jika Zahra menolakku dan tak mau menikah denganku. Aku memang gugup tapi, perasaan yang ku alami malam ini lebih kepada perasaan kalah sebelum berperang. Ya, yang kurasakan dalam hatiku seperti terasa sesak takut jika nantinya aku akan patah hati.
Pemikiran bodoh memang! Karena semua belum terjadi dan akan di tentukan besok.
Jangan mundur sebelum mendapatkan kepastian. Karena sesuatu yang baik seperti ini akan banyak godaan dan bisikan yang membuat aku merasa harus mundur. Padahal sebenarnya aku harus tetap berjalan maju mengejar sebuah cinta yang Allah ridhoi untukku.
Walaupun aku sudah yakin jika pihak keluarga Zahra akan menerima lamaranku. Tapi mungkin tidak dengan Zahra. Dan untuk hal itu, aku hanya bisa menyerahkan semua kepada sang kuasa. Karena dia sang pemilik hati, walaupun selama ini aku juga berdoa kepadanya agar membukakan jalan bagiku.
Dan ya, akhirnya aku bertemu kembali dengannya.
Dan kali ini aku akan berdoa agar Allah membukakan sedikit pintu hati Zahra untuk menerima lamaran ini tanpa paksaan sedikitpun. Dengan ketulusan, dan bukan keterpaksaan. Mungkin terjadi dan mungkin juga hal itu tak terkabul. Hanya Tuhan yang tahu jalan takdirku. Aku hanya bisa berdoa, ikhtiar dan berusaha.
************
Author PoV
Malam yang sama di rumah Zahra, ummi dan Haikal tengah berbicang secara diam-diam di teras rumah. Setelah mereka lihat Zahra sudah tertidur di kamarnya."Jadi? Besok adalah waktunya Ummi?" tanya Haikal pada Umminya yang duduk di lantai teras rumah sambil menatap bintang di langit.
Ummi mengangguk. "Iya! Sesuai perjanjian yang di tetapkan. Besok adalah hari, tanggal dan waktunya."kata ummi sambil mengulas senyum manisnya.
Haikal menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar. "Haikal masih enggak percaya waktu ketemu dia lagi. Haikal fikir itu semua hanyalah impian di masa lalu yang tak akan pernah terjadi. Namun nyatanya dia malah kembali." ucap Haikal lirih. Terdengar nada tak rela dari ucapannya.
"Ummi yakin sama dia?" tanya Haikal melirik kearah ummi yang duduk disampingnya.
"Tidak, tapi_,"
"Tidak! Lalu kenapa ummi menyetujuinya?" sela Haikal cepat.
Ummi mendengus. Anaknya satu ini suka sekali memotong pembicaraan. "Dengarkan dulu kalau ummi ngomong! Main potong-potong aja kamu!" protes ummi.
Haikal hanya terkekeh, "Ehehe.. Maaf ummi. Yaudah lanjutin deh, Haikal bakalan dengerin."
"Ummi tidak yakin pada dirinya. Tapi, ummi yakin pada HATINYA, ummi bisa melihat dari matanya sebuah ketulusan yang berasal dari hati. Dan ummi yakin dia bisa menjadi imam yang baik untuk kakakmu!" tutur ummi membuat Haikal bernapas lega.
“Setiap manusia pasti punya kekurangan Haikal. Begitu juga dengan Arsyad, banyak kekurangan dalam dirinya. Tapi, ummi yakin Cintanya memang nyata untuk Zahra. Ummi sama sekali tidak meragukan hal itu.”lanjut ummi sambil menatap Haikal dengan penuh keyakinan.
Membuat bibir Haikal bungkam. Setidaknya pilihan umminya tidak pernah salah. Apalagi menyangkut kakaknya. Memang benar, sebuah ketulusan adalah kunci sebuah kebahagiaan.
Sekaya apapun Arsyad jika hatinya tidak tulus mencintai kakaknya. Maka dia yakin Arsyad tak akan mungkin menunggu Zahra sampai selama ini.
Penampilan bisa membohongi matamu
Tapi perasaan dan cinta yang tulus
Tak akan bisa menutup hatimu.
Pagi harinya Zahra di buat bingung sendiri saat banyak makanan dan cemilan yang sudah tertata rapih di meja makan. Dan rumah tampak lebih bersih dari biasanya.
"Ummi, ini mau ada acara apa? Kok banyak makanan?" tanya Zahra sambil menunjuk kearah meja makan. "Ini lagi, kenapa rumah jadi lebih bersih dari biasanya?" Zahra heran menatap ruang tamu keluarganya.
Bahkan kain gorden sudah berganti warna lebih cerah dengan warna biru muda. Warna favorite Zahra.
"Kita akan kedatangan tamu, kak!" bukan ummi yang menjawab melainkan Haikal yang baru datang dari dapur membawa nampan berisikan kue dan cemilan. Zahra mengernyit, "Emang bener ummi?" tanya Zahra pada umminya yang masih sibuk menata piring di meja.
Ummi mengangguk. "Benar sayang. Dan tamunya sangat spesial makanya ummi mempersiapkan semua ini."
"Owwh..!" jawab Zahra singkat. Tak mau banyak berpikir Zahra ikut membantu mempersiapkan segalanya.
Tak lama terdengar suara orang mengetuk pintu dan mengucapkan salam."Zahra, kamu tolong buka pintunnya. Itu tamunya sudah datang!" teriak ummi dari dalam kamar karena ummi masih sibuk berdandan. Zahra menurut, dengan menghentakan kakinya kesal. Dia membukakan pintu itu.
"Waalaikumsalam."ucap Zahra saat membuka pintu. Seketika Zahra memekik dengan matanya membulat lebar. "PAK ARSYAD!"
***************
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Rinjani
lo Haikal kok tahu tp Zahra gak tahu iiih thor
2023-01-03
0
Hendra Yenni
Nggak ngerti smpi sini ceritNyA,,
2021-10-22
0
Odeh Widarti
ngak ngerti...
2021-08-14
0