Bab 6

BAB 6: HUJAN DAN AIR MATA.

**************

Zahra PoV

Ada yang bilang hujan itu adalah simbol kesejukan. Aku sangat menyukai hujan, bagiku hujan adalah ciptaan Tuhan yang sangat indah. Dia turun dan menghapuskan segala debu di aspal, bisa menghidupkan tumbuhan. Juga bisa membuat orang bahagia juga menangis.

Tapi, kenapa Hujan tidak bisa menyembuhkan luka dalam hatiku?

Aku selalu bertanya, apa hujan hanya di ciptakan untuk menutupi air mata orang yang ingin menangis, tapi tidak bisa menyembuhkan luka orang itu?

Saat air mataku berlinang di tengah derasnya hujan aku bahkan tak sanggup jika terus berjalan.

Aku harus menepi untuk bisa menangis dan meraung. Menjerit dan berteriak, mengapa jatuh cinta begitu menyakitkan?

Sakit.

Hanya itu yang aku rasakan, aku bahkan tidak peduli jika seluruh tubuhku harus basah karena air hujan.

Aku tidak peduli jika orang-orang menatapku. Karena aku hanya seorang wanita yang begitu rapuh saat ini.

Aku menutup kedua mulutku dengan tangan berusaha untuk tidak kembali menangis. Tapi aku justru kembali terisak saat bayangan Kak Riswan bersama istrinya sangat bahagia.

Hatiku sakit mengetahui kenyataan dia sangat bahagia sedang aku menderita karena dirinya.

Aku bodoh! Karena aku terlalu tulus mencintai pria yang salah. Pria yang sama sekali tidak Tuhan takdirkan untukku.

Aku menengadah ke atas langit. Ku pejamkan mata dan dapat kurasakan air hujan menghantam setiap inci wajahku.

" Ya Allah, jadikanlah hujan ini sebagai berkah dan rahmatmu. Hapuslah luka dan sakit dari hati ini. Sungguh, aku wanita yang lemah dan tak berdaya tanpa pertolonganmu. Berikanlah yang lebih baik untukku. Aku tahu kau tak akan ingkar dari janjimu bahwa 'Setiap kesulitan pasti ada kemudahan' saat ini hatiku sedang sulit dan tersesat ya Allah. Gantikan aku dengan yang lebih baik untuk hatiku ini. Aamiin!" doaku kepada sang kuasa.

Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa air mata ini adalah air mata terakhir yang akan aku keluarkan untuk dirinya. Tapi aku tak yakin, apa aku bisa?

************

AUTHOR PoV

Sementara di rumah, Haikal dan Umminya berjalan modar mandir di teras rumah dengan gelisah. Menunggu kepulangan Zahra.

Sudah jam 12 malam, bahkan sudah melewati jam pulang kerja Zahra yang biasanya jam 11 malam. Mereka sangat khawatir terjadi sesuatu pada Zahra.

"Kakakmu kok belum pulang ya?" tanya Ummi gelisah.

"Haikal enggak tahu Ummi. Hujannya deres banget lagi!" gerutu Haikal.

Tak lama Motor Zahra terlihat di halaman rumah. Ummi memekik saat melihat pakaian anaknya basah semua. "Ambilkan handuk Haikal!" teriak Ummi sangkin paniknya.

Haikal pun tak kalah panik. "Iya Ummi!" Haikal langsung berlari kedalam rumah mengambil handuk kering.

Zahra berjalan dengan sedikit sempoyongan, bibir merah mudanya sudah pucat bersamaan dengan wajah pucat dan tubuhnya yang menggigil.

"As-Assalamualaikum U-Ummi!" ucap Zahra dengan suara menggigil bahkan tubuhnya bergetar dan tangannya sudah sangat dingin saat menyalim tangan Ummi.

"Ya Allah, Nak! Tanganmu dingin sekali!"jerit Ummi yang sudah tak bisa lagi menahan rasa cemasnya bahkan air mata sudah menetes karena melihat wajah Zahra sangat pucat.

"Handuknya Haikal!" teriak Ummi marah karena Haikal tak kunjung datang.

Haikal datang dengan tergopoh, dia mencari handuk baru di lemari, karena semua handuk yang lain agak basah. Jadinya Haikal mengobrak-abrik lemari Ummi untuk mengambil handuk baru yang kering.

"Lama banget kamu!" bentak Ummi marah.

Haikal tak sakit hati, karena ia juga tak kalah khawatirnya dengan Umminya melihat kondisi Zahra kakaknya tersayang. Ummi melilitkan Handuk ke tubuh Zahra. Zahra hanya tersenyum di balik bibir pucatnya itu.

Ummi mendekap Zahra dan menuntunnya masuk rumah. Namun, baru selangkah berjalan, tubuh Zahra sudah limbung, lemas dan seketika semuanya terasa gelap. Zahra jatuh pingsan.

"Ya Allah, Zahra!" pekik Ummi histeris, hampir saja Zahra tersungkur kelantai jika Haikal tak menahan tubuh Zahra.

"Kakak?" panggil Haikal lirih, dia merasa sangat bersalah karena telah menjadi adik yang tidak berguna.

"Bawa kakakmu masuk Haikal!"perintah Ummi. Haikal langsung menggendong Zahra dan menidurkannya di ranjang Zahra.

Ummi mengantikan pakaian Zahra sedangkan Haikal keluar dan menyiapkan teh hangat untuk kakaknya.

"Maafin Haikal kak! Haikal selalu nyusahin kakak!" isak Haikal, bahkan dia sudah menangis sesegukan di dapur.

Tangannya bahkan sudah terhenti mengaduk teh di gantikan dengan deraian air mata yang begitu menyakitkan.

”Bodoh! bodoh! Aku sangat tidak berguna!”hardik Haikal memukul dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga kakaknya justru malah membuat Zahra selalu kesusahan dan menderita seorang diri.

Setelah mengganti pakaian Zahra. Ummi duduk di bawah ranjang dan menggenggam tangan Zahra yang sangat dingin yang terbaring lemah di atas ranjang. Mulutnya tak berucap, namun air mata itu mengalir deras di pipi Umminya. Ummi terisak hebat melihat putri kesayangannya terbaring lemah. Ibu mana yang tak sedih saat melihat putrinya sakit karena harus bekerja seharian untuk menghidupi keluarga mereka.

Zahra sama sekali tak pernah menyakiti ataupun membuat Umminya menangis. Tapi kali ini Umminya menangis karena dia merasa sedih bercampur bangga terhadap putri kesayangannya itu.Masih dengan mengenggam erat tangan Zahra seolah-olah ingin menyalurkan kekuatan dan kehangatan untuk putri tersayangnya.

"Maafkan Ummi, Nak! Ummi tahu ini semua berat untuk kamu. Beban yang begitu berat, namun kamu menahannya seorang diri!" Ummi mengecupi pungung tangan Zahra membuat air matanya membasahi tangan Zahra.

Seolah dia mengucapkan permintaan maaf yang sebesar-besarnya karena telah menyusahkan putrinya.

"U-Ummi merasa seperti ibu yang tidak berguna? Membiarkan kamu berjuang sendirian bertahan sendirian. Sejak ayahmu meninggal kamu berubah sangat drastis. Kamu yang dulunya anak yang paling manja kepada Ummi dan ayah tiba-tiba menjadi anak yang tangguh. Dia usia kamu yang masih SMA kamu bekerja keras untuk kami semua. Kamu menjadi buruh cuci, menjadi pengasuh anak di tengah-tengah kegiatan sekolah kamu.”

“Ummi sedih dan terpukul melihat kamu yang seperti itu? Ummi merindukan Zahra ummi yang manja, yang selalu bergantung pada orang tuanya. Tapi tiba-tiba kamu berubah menjadi Zahra yang tangguh dan kuat. Ummi bingung harus bersikap bagaimana terhadapmu. Tapi satu hal, Nak! Ummi bangga sama kamu!" lirih Ummi kini sudah menangis terisak.

Air mata itu mengalir sangat deras. Matanya menujukan betapa terlukanya dia sebagai seorang ibu melihat anaknya terbaring lemah karena memperjuangkan keluarganya.

Tanpa Ummi tahu, Haikal juga menangis dalam diam dari balik pintu. Tadinya dia berniat mengantarkan teh untuk kakaknya. Tapi saat mendengar Umminya berbicara dia menjadi sangat terpukul.

Bahkan Haikal tak tahu ternyata sebegitu besarnya pengorbanan Zahra untuk mereka. Dia jadi teringat bagaimana jahatnya dia dulu pada Zahra.

Flash Back ON

Haikal yang masih duduk di bangku Smp itu terus saja merengek meminta uang jajan pada Zahra "Kak, minta uang!" Zahra menatap Haikal dengan penuh kasih sayang.

"Berapa?" tanyanya Zahra lembut yang sedang mengemas buku sekolahnya.

"20ribu." ucapnya membuat Zahra melotot kaget.

"Ya Allah dek, banyak banget! Buat apasih?" tanya Zahra lirih.

Namun dengan santainya Haikal menjawab, "Ya buat main sama temen lah!" kesalnya.

Zahra menghela napas berat, dia mengambil selembar uang hijau 20ribu yang tersisa dari dompetnya. Dia tidak memiliki uang lagi, selebihnya sudah ia berikan untuk uang belanja Umminya.

"Nah, ambilah!" kata Zahra memberikan uang itu.

Haikal memekik senang. "Terima kasih kak! Haikal sekolah dulu Assalamualaikum!' ucapnya pamit setelah mencium tangan Zahra. Haikal sudah pamit lebih dulu pada Ummi.

"Zahra?" panggil Ummi yang baru dari dapur menghampiri Zahra di kamarnya.

Zahra menoleh dengan senyum mengembang. "Uang buat ongkos kamu masih ada? Ini ummi tambahin ya, nak?" Ummi ingin memberikan uang pada Zahra.

Zahra bangkit dari ranjangnya dan dengan segera menolak uang itu dengan kedua tanganya yang di arahkan untuk memundurkan uang itu menjauh.

"Masih ada kok Ummi." jawab Zahra dengan senyumnya.

"Zahra sarapan aja ya. Habis itu mau langsung sekolah." ucap Zahra yang langsung melogos pergi ke meja makan.

Ummi hanya menghela napas berat, ia tahu Zahra akan menolak uang pemberiannya.Setelah selesai sarapan Zahra langsung pamit pergi ke sekolah.

Namun dia tak memiliki uang lagi untuk manaiki angkot pasalnya sekolahnya sangat jauh. Dan juga berbeda arah dari sekolah Haikal hingga mereka berangkat terpisah.

Di tengah perjalanan, Zahra melihat seorang wanita paruh baya sedang kerepotan membawa belanjaannya. Zahra berjalan mendekati wanita itu.

"Biar saya bantu, buk?" tawar Zahra. Wanita itu menoleh dan tersenyum pada Zahra. "Boleh nak! Terima kasih!" ujar wanita itu.

Zahra memindahkan belanjaan wanita paruh baya itu ketanganya. "Lumayan berat juga!" batinnya. Tapi dia tetap tersenyum dan berjalan mengikuti wanita itu hingga sampai di mobilnya.

"Terima kasih, Nak!"

Zahra tersenyum ramah. "Sama-sama buk."

"Ini untuk kamu!" wanita itu menyodorkan lembaran uang merah sebayak 3 lembar padanya, Zahra tekejut. "Tidak buk! Saya ikhlas menolong ibu!" tolak Zahra tulus.

Wanita itu tersenyum. "Karena kamu ikhlas lah ibu memberimu uang ini! Tidak baik menolak rezeki loh!" wanita itu memasukan uangnya kedala tas sekolah Zahra.

Mau tak mau Zahra menerima uang itu dengan hati bahagia. Dia akan membelikan baju untuk Ummi dan adiknya Haikal. Dia juga bisa membelikan mukenah dan sepatu baru untuk adiknya. Ya, yang ada di pikiran Zahra hanyalah kebahagiaan keluarga kecilnya. Kebahagian mereka adalah yang paling utama dari pada dirinya sendiri.

*************

Malamnya Zahra baru pulang kerumah karena dia harus bekerja di sebuah rumah makan untuk tambahan uang sekolahnya dan juga Haikal. Namun, saat dia sampai dirumah dia mendengar keributan dari dalam rumah. Haikal tengah berteriak dan marah-marah pada Umminya.

Sontak saja membuat darah Zahra memuncak naik. Dia segera berlari masuk dan mendekap Umminya yang sudah menangis karena teriakan Haikal. Bahkan kamar dan juga seisi rumah sudah berantakan.

"APA YANG KAU LAKUKAN HAIKAL?!" teriak Zahra murka. Menatap nyalang Haikal penuh amarah.

Haikal seolah tak peduli dengan teriakan Zahra. "Haikal butuh uang untuk jalan bersama teman." jawabnya santai membuat Zahra naik pitam.

Plakkk

Plakkkk

Zahra menampar dengan keras kedua pipi Haikal. Hingga anak itu meringis sakit memegangi pipinya yang merah dengan stampel lima jari.

"Kenapa kakak menamparku!" teriaknya.

Plaakk..

"JANGAN BERANI BERTERIAK PADAKU?!" murka Zahra lagi. Habis sudah kesabarannya.

Ummi sudah menangis di dalam dekapan Zahra, sesaat Zahra tersadar jika dia tak seharusnya membiarkan Ummimya melihat dia membentak Haikal.

"Ummi, masuklah ke kamar."pinta Zahra dengan suara yang sedikit melembut. Karena dia tidak bisa membentak Umminya.

Ummi menggeleng sambil terisak. "Nak_." kata-katanya terhenti saat Zahra menatapnya dengan memohon.

"Ummi, tolonglah! Mengerti keadaannya." pinta Zahra memelas.

Ummi pun akhirnya menuruti permintaan Zahra. Saat pintu sudah tertutup Zahra kembali menatap tajam Haikal dengan tatapan mata yang menusuk. Bahkan Haikal merinding di buatnya.

"Ikut aku!" sergah Zahra menarik pergelangan tangan Haikal.

"Mau kemana? Haikal enggak mau!" teriak Haikal meronta.

Tapi beruntungnya tenaga Haikal masih kalah kuat dengan tangan Zahra lebih kuat mencekalnya. Zahra menarik Haikal ke kamar mandi, dia menarik Haikal dengan kasar dan mendudukannya ke lantai kramik kamar mandi.

"Apa yang_" belum sempat dia melanjutkan. Zahra sudah menyiraminya dengan air.

Byuurrr....

Byurrrr...

Byuurrr.....

Haikal terus berteriak dan meronta, berulang kali dia berusaha bangkit namun Zahra segera mendudukannya kembali. Zahra terus menerus menyiram Haikal hingga Haikal tenang dan tak meronta lagi.

Dia bahkan tak tega melakukan ini pada adiknya tapi Haikal harus di sadarkan agar dia tahu bahwa yang dia lakukan adalah salah. Setelah Haikal tenang, Zahra berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Haikal, lalu berucap.

"Sudah menyesal?"tanya Zahra lembut.

Haikal mengangguk, air mata sudah menetes deras di pipinya. "Maafkan Haikal kak, Haikal salah!" ucapnya sambil menangis sesegukan.

Zahra terseyum dan mengusap kepala Haikal yang basah penuh kasih sayang. "Haikal, cobalah untuk lebih peduli pada keluargamu. Ada Ummi, kakak, yang harus kamu perhatikan dan kamu jaga. Bukan mereka yang sekedar teman yang menerimamu hanya untuk mengajak mereka main dan memintamu membayari mereka. Ingatlah Haikal, mereka hanya akan ada di sampingmu saat kamu punya harta dan saat kamu sehat. Tapi kami, keluargamu akan selalu ada di sampingmu. Saat kamu sehat atau sakit, saat kamu kaya atau miskin. Mengertilah?" jelas Zahra lembut namun terdengar rasa kecewa yang teramat besar.

Haikal kemudian memeluk Zahra. "Maafkan Haikal, kak!”

Flash back end

**********************

Terpopuler

Comments

Rinjani

Rinjani

sedih juga Haikal br tahu perjuangan Zahra

2023-01-03

0

Agung Rya

Agung Rya

😭

2022-10-08

0

Kezie Fitri

Kezie Fitri

😭😭😭😭

2022-02-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Sakit dan terluka dalam Cinta
2 Bab 2: Menguatkan Hati
3 Bab 3: Pertemuan dengan Takdir
4 Bab 4: Dia Mengemaskan
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47 (Cobaan untuk suami dan istri)
48 Bab 48
49 Bab 49 (Merindukan Kakak)
50 Bab 50 (Rahasia yang terungkap)
51 Bab 51 HADIAH TERINDAH
52 Bab 52 (Shoping time)
53 Bab 53 (Persalinan)
54 Bab 54 : ZAYN AKBAR AL-MUBARAK.
55 Bab 55 (Keluarga Bahagia)
56 BAB 56: KEEGOISAN UNTUK MEMILIKINYA.
57 Bab 57 (Penghianat)
58 Bab 58 (Pelipur Lara )
59 Bab 59 : (Kegundahan Hati REY)
60 Bab 60 (Because I U)
61 Bab 61 : Ketenangan Hati
62 Notif
63 Bab 62 (Melepaskan Beban hati)
64 Bab 63 (Menjenguk Zayn)
65 Bab 64 (Pulang!)
66 Bab 65 (Bonyok)
67 Bab 66 (BAIKAN)
68 BAB 67 (PDKT ala Jefri)
69 Bab 68 (Berita mengejutkan untuk Jefri)
70 Bab 69 (Jefri patah hati BAG 1)
71 Bab 70 (Ending S1)
72 Bab 71 (Flash back Jefri dan Zara di rumah sakit)
73 PENGUMUMAN SEASON 2 WAJIB DI BACA!
74 S2-DUNIA ZARA (Bahagia menuju sirna)
75 S2-DZ BAB 2 : KEPALSUAN BELAKA.
76 S2-DZ - BAB 3: BERBOHONG
77 S2-DZ BAB 4 : ANCAMAN
78 S2-DZ BAB 5 (KEPUTUSAN BERAT)
79 S2-DZ BAB 6 (MENERIMA)
80 S2-DZ BAB 7 (Kau tak pernah Cinta)
81 S2-DZ BAB 8 (BIARLAH)
82 S2-DZ BAB 9 (HARI H-)
83 S2-DZ BAB 10 (SECOND WEDDING)
84 S2-DZ BAB 11 (MALAM YANG MENYAKITKAN)
85 S2-DZ BAB 12 : SEMUA SUDAH BERBEDA
86 S2 DZ BAB 13 : KEPERCAYAAN?!
87 S2-DZ-BAB 14: HARI BARU DAN KEBIASAAN BARU.
88 S2-DZ Bab : 15 RACUN PERTAMA!
89 S2-DZ Bab 16 HATI YANG MERAGU.
90 S2-DZ Bab 17 SEBUAH HADIAH
91 S2-DZ Bab 18 Cemburu!
92 S2-DZ Bab 19 Alya dan Syifa
93 S2-DZ Bab 20 TERUNGKAP?!
94 S2-DZ Bab 21: MULAI TERSINGKIR!
95 S2-DZ BAB : 22 RACUN KEDUA!
96 S2- DZ Bab 23 : Tuduhan Palsu.
97 S2-DZ 24 Bab : Rasa yang tersembunyi
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Bab 1: Sakit dan terluka dalam Cinta
2
Bab 2: Menguatkan Hati
3
Bab 3: Pertemuan dengan Takdir
4
Bab 4: Dia Mengemaskan
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47 (Cobaan untuk suami dan istri)
48
Bab 48
49
Bab 49 (Merindukan Kakak)
50
Bab 50 (Rahasia yang terungkap)
51
Bab 51 HADIAH TERINDAH
52
Bab 52 (Shoping time)
53
Bab 53 (Persalinan)
54
Bab 54 : ZAYN AKBAR AL-MUBARAK.
55
Bab 55 (Keluarga Bahagia)
56
BAB 56: KEEGOISAN UNTUK MEMILIKINYA.
57
Bab 57 (Penghianat)
58
Bab 58 (Pelipur Lara )
59
Bab 59 : (Kegundahan Hati REY)
60
Bab 60 (Because I U)
61
Bab 61 : Ketenangan Hati
62
Notif
63
Bab 62 (Melepaskan Beban hati)
64
Bab 63 (Menjenguk Zayn)
65
Bab 64 (Pulang!)
66
Bab 65 (Bonyok)
67
Bab 66 (BAIKAN)
68
BAB 67 (PDKT ala Jefri)
69
Bab 68 (Berita mengejutkan untuk Jefri)
70
Bab 69 (Jefri patah hati BAG 1)
71
Bab 70 (Ending S1)
72
Bab 71 (Flash back Jefri dan Zara di rumah sakit)
73
PENGUMUMAN SEASON 2 WAJIB DI BACA!
74
S2-DUNIA ZARA (Bahagia menuju sirna)
75
S2-DZ BAB 2 : KEPALSUAN BELAKA.
76
S2-DZ - BAB 3: BERBOHONG
77
S2-DZ BAB 4 : ANCAMAN
78
S2-DZ BAB 5 (KEPUTUSAN BERAT)
79
S2-DZ BAB 6 (MENERIMA)
80
S2-DZ BAB 7 (Kau tak pernah Cinta)
81
S2-DZ BAB 8 (BIARLAH)
82
S2-DZ BAB 9 (HARI H-)
83
S2-DZ BAB 10 (SECOND WEDDING)
84
S2-DZ BAB 11 (MALAM YANG MENYAKITKAN)
85
S2-DZ BAB 12 : SEMUA SUDAH BERBEDA
86
S2 DZ BAB 13 : KEPERCAYAAN?!
87
S2-DZ-BAB 14: HARI BARU DAN KEBIASAAN BARU.
88
S2-DZ Bab : 15 RACUN PERTAMA!
89
S2-DZ Bab 16 HATI YANG MERAGU.
90
S2-DZ Bab 17 SEBUAH HADIAH
91
S2-DZ Bab 18 Cemburu!
92
S2-DZ Bab 19 Alya dan Syifa
93
S2-DZ Bab 20 TERUNGKAP?!
94
S2-DZ Bab 21: MULAI TERSINGKIR!
95
S2-DZ BAB : 22 RACUN KEDUA!
96
S2- DZ Bab 23 : Tuduhan Palsu.
97
S2-DZ 24 Bab : Rasa yang tersembunyi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!