Qeiza menangis dengan keras, hanya ada mereka bertiga di pantry sehingga dia bisa dengan bebas meluapkan emosinya.
“Sudahlah Qei, kau tahu pria itukan. Semua orang diperusahaan bahkan menjulukinya si mulut besi. Sudah tidak usah dimasukkan kedalam hati,” Rezvan berusaha membuat temannya itu sedikit tenang.
Tapi wanita itu masih saja menangis, “Aku tidak tahan lagi, bagaimana dia bisa berkata seperti itu tanpa tahu apa yang sudah kita lakukan. ini tidak adil,” wanita itu masih berbicara dengan air mata yang terus menetes.
“Bahkan setelah semua usaha yang kita lakukan, itu masih belum cukup,” Kenzo terlihat menyesal.
“Hey come on guys! Ini kan bukan pertama kalinya kita diomeli karena kerjaan.. Calya lebih sering marah – marah di ruangan,” Rezvan berkata demikian bermaksud meningkatkan kembali semangat kedua temannya.
“Kalau dipikir – pikir lagi Calya sungguh luar biasa. Entah sudah berapa kali dia mengalami hal seperti ini tapi dia tetap tegar, sedangkan kita baru sekali dimarahi oleh Bapak Besi sudah down,” Kenzo berkata pada pengalaman dimasa lalu.
“Benar sekali. Apa yang kita lakukan beberapa hari ini adalah menggantikan tugasnya. Dia melakukan semuanya dengan baik, sedangkan kita melakukannya bersama - sama namun masih saja kacau.
“I feel like we did nothing these two years,” ucap Qeiza yang akhirnya berhenti menangis.
Mereka kembali keruangan. Tak peduli apapun yang terjadi mereka tetap harus kembali bekerja. Apalagi setelah mendapat peringatan, ada banyak hal yang harus diperbaiki. Saat kembali keruangan suasana tidak setenang apa yang mereka pikirkan. Ada suara seorang wanita asing yang terdengar sedang berbicara.
“Apa maksud kalian dia tidak ada disini! Kalian main – main dengan saya ya!” sayangnya wanita itu tidak datang dengan damai, melainkan menyebabkan keributan.
“Maaf ibu. Tapi mba Calya memang tidak ada disini dan kami juga tidak bisa memberi informasi dimana keberadaannya,” Salah satu staf disana mencoba menjelaskan kepada wanita itu.
“Itu pasti cuma alasan kalian saja kan?” wanita itu masih saja tidak percaya.
“Maaf ada apa ya ini? Kenzo mencoba bertanya kepada wanita itu.
“Saya kesini mencari Creative Director kalian, Calya!” wanita itu tetap mempertahankan nada bicara yang ketus.
“Mohon maaf ibu tapi Calya saat ini sedang tidak berada di tempat. Silahkan tinggalkan nama dan pesannya nanti akan kami sampaikan,” Kenzo mencoba berbicara setenang mungkin.
“Dari tadi hanya alasan itu terus yang kalian katakan. Kalian mau membodohi saya? Mana mungkin staf tidak tahu pimpinannya dimana!” jika terus seperti itu wanita itu bisa membuat seluruh staf diruangan itu menjadi emosi.
Qeiza kemudian maju “Maaf sebenarnya anda ini siapa dan ada urusan apa mencari Calya?” Wanita ituvmenatap Qeiza dari atas sampai bawah, seakan memastikan wanita itu pantas berbicara dengannya.
“Saya Rita, manajer dari Kanaya artis papan atas, nation princess. Kalian pasti tahu dia kan?” Wanita itu akhirnya memperkenalkan dirinya, nada suaranya lekat akan kebanggaan.
“Lalu ada urusan apa anda dengan Calya?” Qeiza kembali bertanya, nada suaranya penuh dengan ketegasan.
“Saya datang kemari karena tempo hari
Calya datang menemui kami dan mengatakan ingin menjadikan Kanaya modelnya. Tapi apa kenyataannya dia malah menggunakan artis lain. Bahkan saya tidak bisa menghubunginya, sangat tidak professional,” wanita sangat ahli membuat orang kesal, dia memberi penekanan pada setiap kata – kata kejam yang dia ucapkan.
“Mohon maaf sekali ibu manager Rita, sebaiknya anda berbicara dengan lebih sopan,” Qeiza adalah salah satu orang yang saat ini sudah emosi karena wanita itu. “Saya tidak perlu bicara sopan kepada penipu!”
Mendengar kalimat itu Qeiza hampir kehilangan kesabarannya, untung saja ada suara seseorang yang tiba – tiba bicara.
“Mohon maaf ibu Rita,” semua mata melihat kearah pria itu.
“Masih ingat dengan saya? Saya datang bersama dengan Calya untuk mewawancarai Kanaya saat itu,” Ray secara mengejutkan ada di Parama Ad, bahkan diruang Creative Department.
“Ya, benar sekali kalian datang bersama – sama waktu itu. Katakan dimana wanita itu?” ucap ibu Rita.
“Saya rasa anda telah salah paham,” Ray melangkah maju mendekati wanita itu, “Jika anda berusaha mencari kambing hitam atas kegagalan artis anda menjadi model iklan, anda salah tempat,” Wanita itu terkejut “Apa anda bilang? Maksud anda saya hanya mencari keributan?” tanya wanita itu.
“Tentu saja, wawancara itu sudah dilakukan lama sekali. Saya ingat betul saat itu kami mengatakan akan menghubungi kembali jika modelnya sudah diputuskan. Kami tidak pernah menjanjikan Kanaya sebagai modelnya. Jika memang Kanaya itu artis papan atas, dia tidak akan peduli jika hanya kehilangan satu iklan. Managernya pun pasti lebih memilih mengurusi jadwal artisnya yang padat dari pada meluangkan waktu untuk datang kesini dan mengamuk,” penjelasan Ray yang panjang bagaikan sebuah peluru yang tidak dapat ditahan, tepat mengenai sasaran.
Wanita itu mulai kelihatan kikuk “Siapa anda berani menilai Kanaya. Jika memang ada alasan untuk menolak Kanaya saya hanya akan mendengar alasan itu dari pihak Niskala, bukan dari perusahaan periklanan,” wanita itu masih saja sombong.
“Anda sedang mendengarkannya sekarang,” ucap Ray santai.
“Apa?” wanita itu tidak mengerti.
“Saya belum memperkenalkan diri dengan baik kan. Perkenalkan saya Ray salah satu executive di Niskala,” mendengar perkenalan diri Ray membuat wanita itu terdiam, seperti sebuah skakmat tidak mampu melakukan apapun.
***
“Terima kasih, entah bagaimana kami harus mengungkapkannya. Tapi kami benar – benar berterimakasih atas bantuan anda tadi,” Kenzo mewakili timnya berterima kasih pada Ray. Hanya mereka berempat yang saat ini yang ada di ruang rapat itu.
“Tidak perlu, aku hanya mengatakannya karena memang aku ada disana saat itu. lagi pula..“ Ray menggantungkan kalimatnya.
“Kedatanganku kesini bukanlah kunjungan yang tidak disengaja. Aku dengar kabar bahwa departemen kalian sedang mengalami kekacauan. Sepertinya itu benar.”
Ketiga orang itu bingung harus mengatakan apa, “Ya sebenarnya kami cukup kewalahan karena Calya tidak ada disini. Kami sudah berusaha untuk melakukan yang terbaik, tapi ternyata kami tidak bisa melakukan semuanya tanpa Calya,” sepertinya tidak ada gunanya berusaha berbohong, itulah yang dilakukan Rezvan saat ini mengutarakan
kebenaran.
“Perlu kalian ingat kalau tim ini bertanggungjawab atas proyek Nikala, tujuanku datang kesini karena ingin mengatakan bahwa aku tidak ingin proyekku sampai gagal. Aku berharap kalian tidak mengecewakanku,” Ray baru akan beranjak dari kursinya.
Kemudian, dia teringat sesuatu “Aku tidak tahu bagaimana cara kerja kalian selama ini, tapi bukankah kalian bekerja diperusahaan ini sebagai individu. Kalian tidak bekerja disini sebagai tim Calya, sebaiknya kalian tidak terlalu bergantung pada seseorang,” Dia mengucapkan itu sebelum meninggalkan
ruangan, tepat sebelum melewati pintu pria itu kembali berbalik.
“Qeiza Oksana,” Qeiza menoleh, “Iya?” tanyanya.
“Bisa bicara sebentar,” pria itu berjalan keluar dengan Qeiza mengikutinya dari belakang.
“Ada apa?” Qeiza bertanya begitu mereka berhenti dilorong lantai tujuh.
“Apa kau benar – benar tidak tahu kabar tentang Calya?” tanya Ray.
Qeiza menggeleng “Tidak ada satupun telepon kami yang diangkat, bahkan pesan pun tidak dibaca,” Qeiza terlihat sedih saat mengatakannya.
“Bagaimana dengan rumahnya, kau sudah kesana?” tanya Ray lagi.
“Sudah. Saya menunggu lebih dari sejam sambil terus mengetuk pintu dan memencet bel. Tidak ada siapapun yang keluar,” Ray mengangguk, “Baiklah kalau begitu.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments