Tok tok..
Suara ketukan berasal dari seorang pria dengan potongan rambut pampodour klasik. Bukan sebuah pintu, melainkan sebuah meja yang ia ketuk. Sang pemilik meja seharusnya bisa langsung melihatnya, tapi tidak.
Seluruh perhatian wanita itu sedang terpaku pada sebuah tablet dimejanya. Dua buah ketukan itulah yang membawa kembali kesadarannya kelingkungan itu.
“Hei Cal.. Do you have a time?” Kenzo, pria berkacamata itu meminta waktu sang Creative Director.
“Duduklah,” Calya menunjuk kearah sebuah kursi didepan meja nya, “Jadi?” tanyanya pada rekan kerjanya itu.
“Tentang iklan parfum itu, I need your opinion about the tag line,” Kenzo menyerahkan tablet miliknya kepada Calya.
“Hmmm.. Let’s see. – Show your charm – too common – walking with fragrant – no – good smell, live well – weird – lame – nah – definitely no! is that all?”
Calya dengan jelas menunjukkan ketidakpuasannya terhadap semua tagline yang ditunjukan oleh Kenzo.
“Hahaha.. of course not. Sebenarnya itu semua cuma contoh – contoh tagline yang kubuat asal - asalan,” pria itu berbicara sambil tersenyum lebar, namun senyum itu hilang seketika saat melihat tatapan tajam Calya yang tertuju kearahnya.
“Sorry,” dia buru – buru mengambil tabletnya “This is the real one.”
Calya kembali membaca.
–*Your right to choose, the true you–
-Feel the emotion, smell life–
-You are special & this is your special offer* -
Wanita itu menaruh konsentari penuh pada setiap kalimat itu, namun semakin ia membaca semakin ia terganggu.
Otaknya membuka kembali ingatan yang serupa. Kata – kata yang dia baca itu terdengar mirip dengan yang pernah diucapkan Ray padanya. Dia gagal berkonsentrasi.
“You know what, I don’t really have a problem. Kau saja yang pilih!” respon itu membuat Kenzo heran.
Dia menunggu kritikan – kritikan membangun yang biasanya akan dia dengar, sungguh tidak biasa mendengar Calya menyuruhnya untuk memilih sendiri.
“Well then,” pria itu kembali ke meja kerjanya.
‘My mind is error’ ucap Calya mengutuk diri.
***
“See you guys!”
Kata – kata perpisahan terdengar diseluruh ruangan. Beberapa staf sudah meninggalkan ruangan itu, beberapa masih berbenah. Semua orang terlihat gembira, tentu saja mereka selalu terlihat begitu senang saat jam pulang kantor.
Tapi ada alasan mengapa jam pulang kali ini lebih istimewa. Sabtu esok bertepatan dengan hari libur nasional, artinya mereka memiliki dua hari libur minggu ini. Angin segar libur yang tidak hanya disukai anak sekolah tapi juga pegawai kantoran.
“Cal.. Cal.. mau ikut?” Qeiza menghampiri Calya yang sedang membenahi meja kerjanya.
“Kemana?” tanya wanita itu.
“Makan. Rezvan’s treat,” Qeiza menjawab sambil menunjuk kearah kedua orang pria yang sedang menghampiri mereka.
“Ada acara apa tiba – tiba?” Calya bertanya karena biasanya ketiga orang itu hanya akan jalan atau makan tapi kata ‘traktiran’ itu memang jarang terdengar.
“Perayaan teman kita yang baru membeli rumah baru,” jawab Kenzo.
Jelas acara ini adalah acara dadakan yang dibuat oleh Qeiza dan Kenzo. Mereka menjahili Rezvan.
“Qeiza.. Qeiza.. nga paham juga. Calya pasti sibuk dengan pekerjaannya, dia nga bisa ikut,” Rezvan berucap demikian berharap dapat menyelamatkan beberapa lembar uangnya.
Namun wanita yang hari ini pikirannya sedang sensitif itu kembali teringat akan sesuatu, ‘I am not a working machine’ ucapnya dalam hati.
“Siapa bilang! Aku bisa ikut!” ucap Calya. Dia akan membuktikan bahwa dia juga bisa menikmati hidup, atau setidaknya ia ingin mengubahnya sekarang “Let’s go!”
“Hei siapa yang tadi punya ide pergi kesini?” tanya Qeiza.
Rezvan menunjuk kearah Kenzo “Dia yang buat reservasi.”
“Oh my goodness Kenzo, kamu sengaja ya!”
Qeiza melontarkan protes kepada rekannya dengan suara yang sengaja ditahan agar bevolume kecil untuk mencegah perhatian orang – orang tertuju padanya.
Memang ada banyak orang direstoran itu saat ini, apa itu yang membuat Qeiza kesal? Bukan, fakta bahwa hampir semua orang disitu itu adalah pasangan membuat dia merasa aneh.
Tapi siapa yang menyangka bahwa banyak pasangan yang datang kerestoran itu, begitu juga dengan Kenzo.
“Mana kutahu. Aku pilih tempat ini karena senja disini sangat indah,” Kenzo membela diri, pembelaan itu terdengar seperti gong kuat bagi wanita yang sedari tadi hanya diam dan mengamati.
“Apa?” Calya merespon.
“Senja disini bagus,” ulang pria itu, dia melihat jam di pergelangan tangan kirinya “Sebentar lagi bisa liat.”
‘Coba bayangkan, matahari terbenam disebelah sana. Warna emas dari matahari dengan kombinasi warna orange, merah, biru, dan ungu sebagai latarnya. Saat matahari sudah menghilang dan semua menjadi gelap, lampu – lampu disini akan menyala. Kau akan menikmati melihat langit gelap dengan kelap – kelip bintang dan lampu dari
bangunan - bangunan disana’.
Calya dapat mengerti ucapan pria itu sekarang karena dia bisa melihatnya sendiri saat ini, meskipun di tempat yang berbeda.
Jika tempatnya berada saat itu adalah perbukitan, maka tempatnya berada saat ini adalah kawasan pantai. Tidak ada lampu – lampu dari bangunan yang terlihat melengkapi bintang – bintang, tapi ada air laut yang seperti cermin memantulkan setiap warna yang tergambar di langit.
Memang benar langit gelap itu terlihat indah dengan kelap kelip bintang dan lampu – lampu dari restoran. Wanita itu melihat sekeliling, restoran dengan konsep outdoor itu memang dipenuhi dengan pasangan.
“Kenapa Cal?” tanya Qeiza padanya,wanita itu menggeleng.
“Apa tempat ini favorit dikalangan pasangan?” kali ini Calya yang bertanya kepada rekan – rekannya itu.
“Tentu saja. Coba perhatikan, pantai, lilin dan sunset. Bukankah itu romantis?” jawab Kenzo, dia menjelaskan poin – poin keunggulan restoran seolah dialah manager disitu.
“Tahu apa kau soal romantis, kerja mu tiap hari hanya membuat tag line untuk iklan,” Rezvan merespon Kenzo seperti ucapan pria itu tidak ada benarnya.
“Lalu kau tahu?” ucap Kenzo tidak terima.
“Tentu saja aku punya banyak pengalaman dengan wanita,” kata – kata itu keluar dari mulut Rezvan lengkap dengan ekspresi bangga disana.
“Maksudmu para wanita yang kau kencani lewat sosial media?” itu sebenarnya bukanlah sebuah pertanyaan melainkan sindiran, Kenzo berhasil menghancurkan ekspresi bangga diwajah Rezvan.
“Lihatlah kedua orang ini. The only one who got the real relationship experience is me!” dengan Qeiza yang ikut merespon perbincangan mereka sudah resmi merubah perbincangan itu menjadi ajang pamer.
“Benar sekali, short relationship experience lebih tepatnya!” Rezvan mengungkapkan fakta.
“Hei, but it was real!” Qeiza mencoba bertahan, “Real-ly short maksudnya,” Kenzo melengkapi kalimat Qeiza dengan cepat, membuat mereka semua tertawa.
“Ada yang membuatku penasaran,” Calya melanjutkan pembicaraan.
Mereka semua berusaha menyimak, mengingat wanita itu biasanya selalu mengatakan hal yang serius mungkin ini penting “What did you get from that short relationship?
“Calya!” ucap Qeiza seketika.
Rezvan dan Kenzo tertawa, mereka tidak menyangka bahwa Calya akan bergabung dalam permainan ‘bragging and tackle' mereka dengan melancarkan serangan kedua untuk Qeiza.
Keadaan lebih tenang setelah hidangan tersaji di meja itu. Mereka semua terlihat sangat menikmati makanan mereka, mungkin ‘jamuan cuma – cuma’ menjadi poin plus disana. Tapi yang jelas ada ekspresi santai disana, bukan ekspresi serius seperti yang sering terlihat saat mereka ada di kantor.
Apalagi Calya, jarang sekali melihatnya terlihat santai dengan senyum yang tulus di wajahnya bukannya senyum bisnis. Orang – orang penting di Creative department itu telah melepaskan beban kerja mereka sejenak dan itu bisa mereka lakukan selama dua hari kedepan.
“Coba lihat disana,” Rezvan mengajak temannya melihat kearah ujung restoran. Beberapa menit telah berlalu setelah mereka menyantap habis seluruh hidangan. Tapi mereka masih disana, enggan untuk beranjak.
Mereka masih ingin menikmati pemandangan indah nan romantis dari restoran bernuansa pantai itu. Romantis, ya tentu saja untuk tempat yang dipenuhi dengan pasangan dimana – mana. Itu juga yang sedang diperhatikan Rezvan saat ini, sebuah momen romantis dari pasangan yang sedang melakukan sesi foto didekat sebuah jetski.
“Apa itu Pre Wedding?” tanya Kenzo.
“Romantis!” ucap Qeiza sambil tersenyum.
“Tapi jika dilakukan ditempat seperti ini…“
“Aneh” kata – kata Rezvan yang menggantung langsung diselesaikan oleh Calya,seperti sebuah eksekusi.
“They are enjoy to be in attention, I think,” Kenzo mencoba menawarkan sudut pandangnya.
“That’s not the point guys!” Qeiza berbicara dengan nada sedikit kesal, membuat ketiga orang itu menatapnya.
“Coba bayangin ada diposisi mereka. Mengabadikan sebuah momen istimewa, apalagi kalo itu adalah momen sekali seumur hidup. Pasti mereka lagi senang banget sekarang,” Qeiza berbicara dengan mengepalkan kedua tangannya didekat bibirnya, itulah dia saat membicarakan sesuatu yang membuatnya kagum.
“Dan coba bayangkan setelah sesi foto itu mereka putus, pasti mereka akan hancur banget nanti,” Rezvan berbicara dengan menirukan gaya Qeiza.
“Rezvan!” Qeiza marah seketika ketika dia sadar Rezvan sedang menjahilinya.
***
Calya berbaring diatas kasur ukuran king size dikamarnya. Sudah jam 11.35 malam saat ini, satu jam setelah ia tiba di apartemennya. Tapi ia tidak buru - buru tidur, ia pikir tidak jadi masalah kalaupun besok ia bangun siang.
Jadi ia memutuskan untuk bermain dengan smartphone nya. Instagram adalah yang pertama ia tuju, saat aplikasi itu terbuka foto – foto mereka langsung terpampang disana.
Foto – foto yang baru saja diambil direstoran tadi. Solusi yang disarankan Kenzo agar Qeiza dan Rezvan berhenti memperdebatkan pasangan di ujung restoran itu. Mengingat hal itu membuat Calya tersenyum.
Ia memberi like pada foto itu. Pertama yang diunggah oleh Kenzo, kedua foto yang diunggah oleh Qeiza dan beberapa dari akun Rezvan.
Calya terlalu asik menggerakkan jempol hingga tanpa sengaja menyentuh iklan yang terhubung ke sebuah link website. Dia kaget, website yang terbuka itu memperlihatkan logo LOVATY.
Calya ingat pernah membuka website itu sebelumnya. Saat rekan – rekannya berkata bahwa isi website itu bisa memberi inspirasi. Membuatnya tertarik untuk melihat – lihat isi website itu lagi.
‘Patah Hati Terobati dengan LOVATY’
‘Love Trainer ARFriend’
‘Hidup Penuh Warna di LOVAWorld’.
Calya terkesan, memang benar bahwa Klandestin menyiapkan segala sesuatu tentang LOVATY dengan baik. Bahkan judul – judul artikel kiriman para pengguna telihat menarik. Membuat orang ingin membacanya, termasuk dirinya saat itu.
Dia sempat berpikir apakah harus membaca artikel itu atau tidak. Tapi ia pikir tidak ada salahnya, ia pun membaca salah satunya.
‘Love Trainer ARFriend’
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments