A Proper Way

Ding Dong

Suara bel terdengar di apartment Calya. Wanita yang sedang duduk sambil menonton telivisi itu bangkit dari sofa berwarna torquise miliknya dan berjalan menuju pintu. Tanpa bertanya siapa yang datang melalui intercom dia langsung membuka pintu dan mempersilahkan sang tamu masuk.

Sosok yang sudah tidak asing baginya,

Qeiza. Wanita yang selalu datang hampir di setiap hari libur itu melangkah masuk sambil menyodorkan sebuah bungkusan kepada temannya.

Calya membawa bungkusan itu ke dapur, mengeluarkan sebuah es krim rasa strawberry cheesecake didalamnnya dan meletakkannya diatas sebuah nampan. Dia membawa kembali nampan berisi es krim bersama dua botol jus jeruk menuju sofa, dimana Qeiza sedang duduk sambil bermain dengan smartphone miliknya.

“Are you going to play LOVATY again today? If yes then it’s all mine,” ucap Calya sambil menyendok es krim ke mulutnya.

Qeiza yang mendengar itu langsung meletakkan smartphone-nya, mengambil satu sendok yang tersisa dinampan dan menyantap es krim tersebut.

“Jangan mimpi!” ucapnya. Dia lanjut berbicara sambil tetap  memasukkan sendok demi sendok es krim ke mulutnya “Lagi lelah, males mau main.”

Es krim itu bahkan belum leleh di mulutnya tapi dia tetap berbicara “Besides, I have another mission coming here.” Calya menyerahkan box es krim  ke tangan Qeiza “What kind of mission?” dia bertanya.

“Misi interogasi,” jawab temannya.

Tangan wanita itu meletakkan sendok kembali ke atas nampan dan beralih menggapai sebotol jus jeruk disana “Are you curious about that –Niskala Man-?” ucapnya sebelum meneguk isi botol itu.

“Of course!” jawab temannya itu.

Dia meletakkan box es krim kosong beserta sendok nya kembali ke atas nampan. Dia juga mengambil botol jus jeruk yang disediakan untuknya, mencoba menbuka tutupnya namun gagal.

“So, apa aja yang terjadi di selama tugas luarmu?” ucapnya yang masih kesulitan membuka tutup botol minumannya.  Melihat itu Calya merebut botol jus dari tangan temannya dan langsung membuka botol itu dalam sekali coba.

“Ini akan jadi cerita yang panjang dan menyebalkan,” ucapnya sembari menyerahkan botol yang sudah terbuka. Qeiza mengambil botol itu dan langsung meneguk isinya.

“That’s okay, I’m ready!” katanya meyakinkan.

“He did that to you? Unbelievable!”

Qeiza menanggapi cerita panjang Calya begitu dia menyelesaikannya. Mungkin Qeiza juga terhanyut dengan cerita itu. Mungkin dia juga merasakan apa yang dirasakannya, pikir Calya.

“Akhirnya,” ucapnya lagi, tepat saat ia menyelesaikan tetes terakhir jus jeruknya.

Calya terdiam sesaat, dia berpikir kata – kata itu terhubung dengan jus jeruknya yang telah habis.

“Akhirnya kenapa?” tanyanya.

Qeiza menyandarkan punggungya dan dengan santai menjawab “Finally you feel what I and the other staff feel.”

Calya mencoba mengerti perkataan temannya itu. Bukan karena bahasa yang digunakan, melainkan maksud dari kata – kata itu.

“Wait a minute, I don’t get it. Kenapa kamu nyamain apa yang aku rasain dengan kamu dan staf kantor? Do you mean that I am as annoying as him? Seriously Qei!” Calya sadar bahwa kata – kata temannya itu ditujukan untuk mengejek dirinya.

Qeiza tertawa melihat ekspresi Calya “Cal, sekali – kali kamu juga harus liat dari kacamata para staf!” ucapnya mencoba menjelaskan.

“Hidup kami juga tidak begitu mudah selama ini,” tambahnya lagi.

Calya tak percaya dengan apa yang didengarnya, ia menyandarkan punggungnya sambil menatap tajam kearah temannya.

“Everything I’ve done, it’s all based on my responsibility!” katanya dengan tegas, marah mungkin.

Qeiza terlihat mengangguk – anggukan kepalanya “I know, we know. Makanya kita masih bertahan. Listen, it’s not about how you two have the same annoying side,” Qeiza mulai merasa ini akan berakhir buruk jika sampai temannya itu marah, maka dari itu dia mencoba menjelaskan dengan lebih rinci dan berhati – hati tentunya.

Memang itu sedikit membuat Calya melunak, setidaknya tidak ada lagi tatapan tajam yang tadi terlihat disana.

“Jadi? What’s the point?” ia bertanya kembali. Qeiza merasa lega karena berhasil terhindar dari bahaya. Ia berpikir sejenak sebelum menjawab, mencoba memilih kata – kata yang aman.

“Like what you said, everything you've done is based on responsibility. Aku pikir dia juga sama.” Calya mengernyitkan dahi mendengar kalimat itu, “Are you sure? with those kind of behavior that he shows?”.

Pertanyaan itu membuat Qeiza menghela napas, dia tahu memang tidak mudah untuk meyakinkan temannya ini.

Qeiza mengambil botol jus milik Calya yang isinya belum habis, kemudian meminumnya.

“Listen! semua hal merepotkan dan menyebalkan tentu saja menurutmu, intinya semua hal dia lakukan saat itu. He does all of that because of he wants this project goes well, at the other words he’s perfectionist just like you.” Calya menyipitkan matanya dan memberi tatapan aneh pada temannya itu.

“It seems like you know him better, why are you always siding him?” Calya mulai meragukan sudut pandang objektif temannya.

“Hey, I don’t have any other intention. From

professionalism point of view, dia bisa aja biarin proyek ini berjalan gitu aja dan kalo hasilnya nga sesuai, he just gonna blame it on us. But, he’s not. Malah dia milih buat kerja bareng kita. Berarti dia memang serius kan?”

Kali ini giliran Calya yang menghela napas, lebih panjang dan lebih berat. “So it’s me who has narrow minded here”.

Sedikit banyak perkataan Qeiza berhasil mempengaruhi Calya. Bukan nya tentang Ray kali ini, tapi topik apapun yang mereka bahas.

Memang selalu seperti itu. Seringkali Calya bisa sangat berpendirian teguh tentang pandangan dan pemikirannya, kemudian datanglah Qeiza yang akan mengacaukannya dengan menawarkan berbagai sudut pandang yang berbeda.

Dari sudut pandang Qeiza seperti ia menawarkan berbagai jalan alternatife agar sampai ditujuan lebih cepat dan aman, sementara dari sudut pandang Calya seperti ia adalah benang lurus yang dibuat kusut oleh Qeiza.

Qeiza masih duduk di sana dengan kepala bertopang pada tangan kanan yang diletakkan disandaran sofa. Masih setia dengan acara televisi favoritnya, program jalan – jalan dan kuliner.

Sesekali ia melirik kearah Calya yang sedang sibuk di dapur, berharap temannya itu akan kembali dengan membawa cemilan. Setidaknya cukup untuk membuatnya berhenti menelan air liur akibat makanan – makanan lezat yang dia lihat di televisi. Keinginan itu mungkin cukup kuat hingga dapat terkabul, Calya keluar dari dapur kembali dengan membawa nampan yang berisi dua piring pancake bertoping saus stroberi. Qeiza yang kegirangan ingin langsung mengambil jatahnya,

“Eiiittt!” Calya menghentikannya sebelum Qeiza dapat menggapai piring itu.

“Ambil air sama gelas dulu sana” ucapnya lagi. Qeiza melangkah sambil sedikit merungut, namun dengan cepat kembali ke sofa setelah mengeluarkan satu

teko air mineral dari kulkas beserta dua buah gelas.

Calya menyambutnya dengan langsung memberikannya pancake bagiannya, membuat Qeiza tersenyum bahagia. Tapi bukan Qeiza namanya jika tidak makan sambil berbicara.

“By the way Cal, si Ray itu beneran nga pernah chat atau telpon selain masalah kerjaan?”

Qeiza melihat kearah Calya dan mendapati temannya itu mengangguk,“Aneh” tambahnya lagi.

“Kenapa?” Calya mulai penasaran sekarang.

”Aneh aja. Kalo dipikir – pikir at first he really shows a big interest in you doesn’t he?” Qeiza berbicara sambil mengacungkan sendok kearah temannya.

“So?” jawab Calya santai.

“So, why he suddenly act like nothing happened?”

Calya menggeleng – gelengkan kepalanya merasa tidak habis pikir. Melihat temannya ini sedang bertingkah seolah – olah detektif yang sedang membicarakan sebuah kasus, meskipun sudah berteman cukup lama tetap saja dia merasa heran.

“You are the one that said because of his professionalism at work, kenapa sekarang malah heran?” Calya mengucapkannya sambil menirukan cara bicara Qeiza.

“Then, he will make a move after this project finish I guess,” jawab Qeiza dengan santai.

“What did you say?” jawab Calya seketika saat mendengar kata – kata temannya itu.

“What? Don’t say that you never think about it at all. Ya setidaknya kamu harus udah persiapin sesuatu tentang ini, Don’t you think so?”

Qeiza menuang air mineral ke gelas dan meminumnya, memberi jeda sejenak pada percakapan itu. Waktu yang cukup untuk Calya memikirkan jawabannya

“It’s not necessary to think about it.”

Qeiza mengangguk, dia tidak berharap temannya akan bersikap berbeda secara tiba – tiba.

“Eventhough you will refuse him –if he does confess to you- you still have to think a proper way to do it, bagaimanapun juga dia klien kita. ”

Terpopuler

Comments

yeez_

yeez_

hallo thor! aku datang bawa dukungan boomlike nih. nanti boleh main ke tempatku ya hehehe. semngat terus thor 🤗

2020-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Creative Department
3 Rumor
4 Calya Shalitta
5 Kenapa Tidak Tertarik?
6 Hidup dan Pilihan
7 Defensive Mode
8 Mengutuk Diri Sendiri
9 Jebakan yang Elegan
10 A Proper Way
11 Yang Tak Diharapkan
12 Special Offer
13 Gong Flashback
14 Simpati dan Ketakutan
15 In LOVAWorld
16 Kabar Baik?
17 Berbeda
18 Menjalin Ikatan
19 The Disaster (Permulaan)
20 The Disaster (Bertubi - Tubi)
21 Pemicu (Awal Mula)
22 Pemicu (Menghindar)
23 Comeback
24 Sudden Plan
25 As If It Your Last (The Fun)
26 As If It Your Last (The Memory)
27 Indah dalam Kegelapan
28 Malam Pertama dan Terakhir
29 Lupakan!
30 Keputusannya
31 Tidak Nyaman
32 Terpana
33 Kebetulan
34 Bukan Double Date
35 Face to face
36 Kacau
37 Sedang apa?
38 Sopan santun
39 Peminjam
40 Kesalahpahaman
41 Pria itu
42 Terima kasih
43 Qeiza's Rumor
44 D-1
45 D - DAY
46 Menawarkan diri
47 Tidak Penting
48 Seandainya
49 That Man
50 Arion K. Radhika
51 This Man
52 Rayshiva Zachery
53 Penting
54 TIDAK!
55 Kemarahan
56 Kebetulan Berulang
57 Rencanaku
58 Kenapa?
59 Alasannya
60 PR
61 Taktik
62 Notifikasi
63 Versi Beta
64 Don't be
65 It can be
66 You Know
67 Asumsi
68 LOST
69 Waspada
70 Bahaya
71 Empati dan Kompetisi
72 Menyebalkan
73 Heartless
74 Mindset
75 Perhatian
76 Tidak Bisa Dipercaya
77 Friendship
78 History
79 Let's Trade!
80 Investor
81 Not a Test
82 Situation
83 Pembaca Situasi
84 Confession
85 Mendung
86 Reminder
87 Kesiapan
Episodes

Updated 87 Episodes

1
PROLOG
2
Creative Department
3
Rumor
4
Calya Shalitta
5
Kenapa Tidak Tertarik?
6
Hidup dan Pilihan
7
Defensive Mode
8
Mengutuk Diri Sendiri
9
Jebakan yang Elegan
10
A Proper Way
11
Yang Tak Diharapkan
12
Special Offer
13
Gong Flashback
14
Simpati dan Ketakutan
15
In LOVAWorld
16
Kabar Baik?
17
Berbeda
18
Menjalin Ikatan
19
The Disaster (Permulaan)
20
The Disaster (Bertubi - Tubi)
21
Pemicu (Awal Mula)
22
Pemicu (Menghindar)
23
Comeback
24
Sudden Plan
25
As If It Your Last (The Fun)
26
As If It Your Last (The Memory)
27
Indah dalam Kegelapan
28
Malam Pertama dan Terakhir
29
Lupakan!
30
Keputusannya
31
Tidak Nyaman
32
Terpana
33
Kebetulan
34
Bukan Double Date
35
Face to face
36
Kacau
37
Sedang apa?
38
Sopan santun
39
Peminjam
40
Kesalahpahaman
41
Pria itu
42
Terima kasih
43
Qeiza's Rumor
44
D-1
45
D - DAY
46
Menawarkan diri
47
Tidak Penting
48
Seandainya
49
That Man
50
Arion K. Radhika
51
This Man
52
Rayshiva Zachery
53
Penting
54
TIDAK!
55
Kemarahan
56
Kebetulan Berulang
57
Rencanaku
58
Kenapa?
59
Alasannya
60
PR
61
Taktik
62
Notifikasi
63
Versi Beta
64
Don't be
65
It can be
66
You Know
67
Asumsi
68
LOST
69
Waspada
70
Bahaya
71
Empati dan Kompetisi
72
Menyebalkan
73
Heartless
74
Mindset
75
Perhatian
76
Tidak Bisa Dipercaya
77
Friendship
78
History
79
Let's Trade!
80
Investor
81
Not a Test
82
Situation
83
Pembaca Situasi
84
Confession
85
Mendung
86
Reminder
87
Kesiapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!