Kenapa Tidak Tertarik?

“Ya LOVATY lah!” Calya akhirnya mengerti namun tak berarti ia menyetujui.

“Not interested,” membuat Qeiza menjadi kesal.

“What! you said you wanna do it!” Qeiza berusaha sedikit memaksa.

“I’m not the one who said it, but you!” tapi usahanya sepertinya sia sia.

“Cal….”

Mereka telah selesai membereskannya dan kini Qeiza terus membuntuti Calya seperti seorang anak yang sedang merengek minta uang kepada ibunya.

Calya kini duduk di sofa dan mendekap telinganya dengan bantal karena terusik dengan suara temannya yang terus memanggilnya.

Tapi itu tidak menghentikan usaha Qeiza, dia terus berteriak memanggil nama temannya itu. Sampai ia merasa lelah diabaikan dan akhirnya merebut kedua bantal yang sedari tadi menutup telinga temannya

“Just tell me why you are not interested?” Qeiza kembali mendesaknya.

Setidaknya jika Calya memberi alasan yang logis dan kuat ia akan berhenti membujuknya.

“Emangnya perlu alasan buat nga tertarik?” sayangnya alasan Calya terlalu lemah baginya. Hal ini memberi celah bagi Qeiza untuk bertanya lebih jauh

“Ya pasti ada alasan.. apa jangan - jangan gara - gara kita nga dapat proyek ini?” karena Calya tidak mau membari alasan yang pasti, Qeiza mencoba menebaknya.

“Ya engga lah… it’s an old story!” Calya mengelak, alasan seperti itu terdengar tidak masuk akal baginya.

“Terus? Wait..” Qeiza memundurkan sedikit badannya sebelum lanjut berbicara. “You are straight right Cal”.

Calya tidak percaya dengan apa yang dia dengar “What! Of course i am!” dia tidak menyangka temannya bisa berpikir seperti itu.

“So, why?” jika memanghal ia pikirkan bukanlah alasannya Qeiza tidak mengerti kenapa Calya terlihat sangat anti dengan idenya itu.

“There is no other reason. I don’t wanna waste my time!” jawab Calya ketus.

“Listen, you work almost 365 a year. Ini sudah dua tahun, sejak kamu kerja Parama Ad. Have you ever take a holiday before? Hidup kamu nga cuma tentang kerja, Cal!”

Qeiza terdengar lebih serius saat ini, mungkin alasannya membujuk Calya untuk bermain LOVATY bukan sekedar iseng. Dia benar – benar ingin temannya sedikit bersantai, tidak hanya terpaku pada pekerjaan mereka yang tidak ada habisnya.

“As a Creative Director I have to do my job properly, you know that!” hal yang sudah dapat diprediksi oleh Qeiza, temannya itu akan menggunakan jabatan dan pekerjaan sebagai alasan.

“Kamu melakukan tugas sebagai Creative Director dengan baik.. Semua orang tahu. But as your friend, I do want you to live your life properly,” jawaban Qeiza membuat perbincangan mereka terdengar semakin serius.

“Jadi menurut kamu hidup aku nga layak?” Calya terbawa suasana.

“I do think you live a proper life but imbalance one,”  Qeiza memberikan jawaban yang jujur kepada temannya itu.Keduanya terdiam sejenak, sebelum Qeiza kembali berbicara “Cal, dari dulu pernah nga kamu cerita masalah pribadi ke aku, atau pernah nga kamu kenalin teman dekat kamu, nga kan? Oke, kalau kamu memang nga pernah tertarik sebelumnya that’s fine. But I don’t think it’s right to avoid it now.”

Tik tok tik tok

Suara jarum jam berdetak terdengar jelas di telinganya. Satu, dua, tiga, … semenit, dua menit, tiga menit, … Ini tidak seperti ia sedang menunggu sesuatu. Tidak disaat semua orang sedang tertidur nyenyak.

Pukul satu lewat lima belas dini hari, biasanya ia juga sedang tertidur nyenyak pada jam segini. Apalagi besok hari atau lebih   tepatnya pagi nanti adalah hari senin, artinya ia harus berangkat kerja. Tentu saja waktu istirahat saat ini sangat penting. Tapi ia disana hanya berbaring dengan mata terbuka yang terus menghadap langit - langit.

‘I do think you live a proper life, but imbalance one’. Entah kenapa sedari tadi aku terus memikirkan kata - kata Qeiza. Proper but imbalance, kenapa itu terdengar salah? Bukankah layak saja sudah cukup, kenapa harus ditambah seimbang dan tidak seimbang? Apalagi yang harus ku perbaiki sekarang?

Ia memiringkan tubuhnya ke sebelah kiri. Mencoba menghilangkan segala pikiran negatif. Memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Ia sudah berusaha sangat keras, dari kecil hingga sekarang, dalam pekerjaan, dan sekarang ia juga harus berusaha keras untuk tidur. Entah apalagi yang akan membuatnya berusaha keras selanjutnya, yang dia tahu dia hanya ingin tidur saat ini.

***

Kembali ke senin pagi di Parama Ad, dengan Calya yang sedang berjalan di lorong menuju ruang kerja nya. Saat ia melewati pintu Creative Department, ia tidak disambut dengan sapaan selamat pagi seperti biasanya. Bahkan ia tidak melihat satu orangpun saat ia membuka pintu itu.

Ia terus melangkah menuju meja kerjanya, saat ia duduk ia melihat pemandangan tidak biasa di sudut ruangan tersebut. Semua staf mulai dari intern hingga staf lama sedang berkumpul di meja dimana terdapat papan bertuliskan Copywriter disana.

“Apa yang sedang mereka lakukan?” pikirnya.

Saat ia sedang berpikir tiba - tiba terdengar suara mereka berteriak “uwaaa!” secara serentak. Tentu saja itu membuatnya kaget, namun ia berusaha tetap tenang. Bersandar pada kursinya sambil mengamati mereka yang sedang bertepuk tangan seolah mengapresiasi sebuah bakat luar biasa.

Orang - orang disana saat ini sedang berbicara satu sama lain, tidak terdengar jelas topik pembicaraannya saat masing - masing dari mereka saling mengeluarkan suara.

Sampai salah satu dari mereka tanpa sengaja menoleh dan mendapati Creative Director mereka ada disana sedang menatap mereka. Seperti orang yang sedang tertangkap basah, dengan gugup ia berusaha memberitahu rekan kerja lainnya.

Satu - persatu dari mereka menyadari situasinya dan mereka mulai diam. Keadaan mulai tenang, atau bisa dibilang keadaan paling tenang yang bisa ditemui.

“Qeiza Oksana, Rezvan Azada, Kenzo Devano, kemari sebentar!” ucap Calya.

Ketiga orang itu kini duduk didepan meja Calya. Semua staf tahu alasan kenapa ketiga orang itu yang dipanggil, para main person Creative Department.

Masing - Masing adalah Art Director, Web Designer dan Copywriter. Artinya apa pun yang terjadi mereka adalah orang pertama yang akan dipanggil. Itulah yang sedang dilakukan Calya Sekarang.

“Apa yang terjadi disana?” mereka bertiga secara bergantian mencolek satu sama lain agar menjawab pertanyaan tersebut.

“Kami sedang melihat konten baru dari LOVATY,” jawab Rezvan.

“Disaat seharusnya kalian menyiapkan proyek yang dikejar deadline?” Calya menatap Rezvan, membuat Rezvan gugup dan mencolek rekan disebelah kanannya untuk meminta bantuan.

“Ini sebagai referensi,” jawab Qeiza. “Jadi perkembangan pengguna LOVATY bisa berguna sebagai referensi untuk proyek kita sekarang?” tanya Calya yang kini menatap Qeiza.

Tidak ada jawaban yang terpikirkan olehnya sehingga ia memberi kode kepada rekan disebelahnya agar membantunya. “Bisa,” jawab Kenzo singkat.

“Reason?” Kali ini bukan hanya Calya yang menatapnya, tapi juga Qeiza dan Rezvan. Tatapan - tatapan yang bisa diartikan –kini-kau-sendirian-, -kami-mengandalkanmu- dan –kau-pasti-bisa-.

“Oke. Jadi kalau kita lihat lagi, Klandestin mengeluarkan iklan pertama yang sederhana sementara melakukan grand launching yang luar biasa. Mengundang banyak orang penting kesana untuk menarik perhatian para pengikut mereka. Itu langkah yang efektif dan efisien. Tapi ternyata setelahnya mereka tidak menggunakan iklan yang berulang, melainkan terus mengikuti konten - konten baru yang mereka rilis. Mereka membuat video animasi di sosial media untuk memperkenalkan Lovatory dan website nya. Sekarang seiring makin banyaknya pengguna LOVATY, mereka terus melakukan update di sosial media dan website mereka. Jika diperhatikan mereka tidak main - main karena mereka selalu menggunakan bahasa yang meyakinkan dan visualisasi yang menggugah, yang artinya akan menarik lebih banyak pengguna,”

Jelas Kenzo panjang lebar. -Memang-tidak-diragukan-dari-seorang-copywriter- pikir kedua rekannya.

“Sejauh ini yang saya dengar seperti kamu sedang membanggakan Klandestin dan  LOVATY. Dimana letak referensinya?” tanya Calya kembali, ia ingin memastikan bahwa ini bukan hanya sekedar alasan yang dibuat – buat.

“Kerjasama berkelanjutan, visualisasi, dan pemakaian bahasa. Secara keseluruhan ide promosinya sangat cerdas dan tentu saja menguntungkan kedua pihak!” lanjut Kenzo meyakinkan.

”Kenapa nga coba langsung cek sendiri?” sambung Qeiza dengan cepat.

“Ya! Silahkan cek dan kami mau lanjut kerja,” tutup Rezvan. Mereka langsung putar badan dan kembali ke meja masing - masing.

Calya mencoba saran dari rekan - rekannya ia beralih ke komputernya dan langsung mengetik alamat website, . Saat masuk ke website tersebut ia langsung memperhatikan design web nya sampai matanya tertuju ke artikel teratas disana.

‘Setelah Menggunakan LOVATY Sekarang Aku Bisa Menikah’

Terpopuler

Comments

pinnacullata pinna

pinnacullata pinna

mampir thor dan memberikan like


dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️

2020-12-29

1

Daratullaila🍒

Daratullaila🍒

Hai author! Aku mampir nih😁 semangat terus nulisnya🤗 ditunggu feedbacknya🤗 5 like dan 5 rate sudah mendaraattt

Numpang promo ya, mampir juga ke novel pertamaku
Salam dari Calon Istri CEO

2020-12-26

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Creative Department
3 Rumor
4 Calya Shalitta
5 Kenapa Tidak Tertarik?
6 Hidup dan Pilihan
7 Defensive Mode
8 Mengutuk Diri Sendiri
9 Jebakan yang Elegan
10 A Proper Way
11 Yang Tak Diharapkan
12 Special Offer
13 Gong Flashback
14 Simpati dan Ketakutan
15 In LOVAWorld
16 Kabar Baik?
17 Berbeda
18 Menjalin Ikatan
19 The Disaster (Permulaan)
20 The Disaster (Bertubi - Tubi)
21 Pemicu (Awal Mula)
22 Pemicu (Menghindar)
23 Comeback
24 Sudden Plan
25 As If It Your Last (The Fun)
26 As If It Your Last (The Memory)
27 Indah dalam Kegelapan
28 Malam Pertama dan Terakhir
29 Lupakan!
30 Keputusannya
31 Tidak Nyaman
32 Terpana
33 Kebetulan
34 Bukan Double Date
35 Face to face
36 Kacau
37 Sedang apa?
38 Sopan santun
39 Peminjam
40 Kesalahpahaman
41 Pria itu
42 Terima kasih
43 Qeiza's Rumor
44 D-1
45 D - DAY
46 Menawarkan diri
47 Tidak Penting
48 Seandainya
49 That Man
50 Arion K. Radhika
51 This Man
52 Rayshiva Zachery
53 Penting
54 TIDAK!
55 Kemarahan
56 Kebetulan Berulang
57 Rencanaku
58 Kenapa?
59 Alasannya
60 PR
61 Taktik
62 Notifikasi
63 Versi Beta
64 Don't be
65 It can be
66 You Know
67 Asumsi
68 LOST
69 Waspada
70 Bahaya
71 Empati dan Kompetisi
72 Menyebalkan
73 Heartless
74 Mindset
75 Perhatian
76 Tidak Bisa Dipercaya
77 Friendship
78 History
79 Let's Trade!
80 Investor
81 Not a Test
82 Situation
83 Pembaca Situasi
84 Confession
85 Mendung
86 Reminder
87 Kesiapan
Episodes

Updated 87 Episodes

1
PROLOG
2
Creative Department
3
Rumor
4
Calya Shalitta
5
Kenapa Tidak Tertarik?
6
Hidup dan Pilihan
7
Defensive Mode
8
Mengutuk Diri Sendiri
9
Jebakan yang Elegan
10
A Proper Way
11
Yang Tak Diharapkan
12
Special Offer
13
Gong Flashback
14
Simpati dan Ketakutan
15
In LOVAWorld
16
Kabar Baik?
17
Berbeda
18
Menjalin Ikatan
19
The Disaster (Permulaan)
20
The Disaster (Bertubi - Tubi)
21
Pemicu (Awal Mula)
22
Pemicu (Menghindar)
23
Comeback
24
Sudden Plan
25
As If It Your Last (The Fun)
26
As If It Your Last (The Memory)
27
Indah dalam Kegelapan
28
Malam Pertama dan Terakhir
29
Lupakan!
30
Keputusannya
31
Tidak Nyaman
32
Terpana
33
Kebetulan
34
Bukan Double Date
35
Face to face
36
Kacau
37
Sedang apa?
38
Sopan santun
39
Peminjam
40
Kesalahpahaman
41
Pria itu
42
Terima kasih
43
Qeiza's Rumor
44
D-1
45
D - DAY
46
Menawarkan diri
47
Tidak Penting
48
Seandainya
49
That Man
50
Arion K. Radhika
51
This Man
52
Rayshiva Zachery
53
Penting
54
TIDAK!
55
Kemarahan
56
Kebetulan Berulang
57
Rencanaku
58
Kenapa?
59
Alasannya
60
PR
61
Taktik
62
Notifikasi
63
Versi Beta
64
Don't be
65
It can be
66
You Know
67
Asumsi
68
LOST
69
Waspada
70
Bahaya
71
Empati dan Kompetisi
72
Menyebalkan
73
Heartless
74
Mindset
75
Perhatian
76
Tidak Bisa Dipercaya
77
Friendship
78
History
79
Let's Trade!
80
Investor
81
Not a Test
82
Situation
83
Pembaca Situasi
84
Confession
85
Mendung
86
Reminder
87
Kesiapan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!