Minggu berlalu, batas waktu yang diberikan Calya untuk menyelesaikan semua proposal ide proyek juga selesai. Semua proposal sudah diserahkan ke management.
Sesuatu yang baik, karena itu artinya ada sedikit waktu luang di pagi hari bagi mereka. Hal itu yang dimanfaat oleh para karyawan magang, berkumpul dan berbincang.
Terkadang berbincang itu tidak harus bergunjing, tidak pada awalnya. Bisa juga dimulai dari pujian atau rasa syukur, pada mulanya.
Sama seperti yang di lakukan para karyawan magang itu “Akhirnya hari - hari penuh tekanan berakhir,” keluh Wikan.
“Untuk sementara,” Rana menjawab seolah tak ingin membiarkan pria itu lengah.
“Iya tahu!” jawab pria itu ketus.
“Katanya management suka banget dengan hasil kerja kita,” Davidya bertanya kepada kedua temannya dengan serius.
“Ya iya lah. Darah, keringat dan air mata aku ada disitu!” namun respon dari Wikan menghancurkan niatnya untuk serius.
“Lebai banget sih!”
“Hahaha.”
Mereka semua tertawa, para anggota termuda di departmen. Para Intern yang masih lekat dengan sisi mekanakannya. Kadang mereka mengeluh saat banyak tugas, lalu mereka menangis saat membuat kesalahan hingga bersorak saat senang. Anggota termuda memang selalu menjadi penyemangat, itulah mereka.
Wikan yang sudah Intern selama enam bulan, Rana lima bulan dan Davidya tiga bulan. Tapi mereka sadar akan tugas mereka dan juga sadar atas bantuan - bantuan yang diberikan kepada mereka.
“Kalo waktu itu mba Calya nga marah - marah waktu rapat, mungkin sekarang semua proyek nya berantakan” Davidya sepertinya menyadari makna dari apa yang terjadi.
“Yah meskipun diomelin pas rapat itu nga enak, but it’s worth it!” Rana menjawab seolah dia telah terbiasa.
“Tapi emang mba Calya juga strict gitu ya sama yang lain?” topik pembicaraan ini telah memancing rasa penasaran yang lebih pada Davidya.
“Ya dia memang begitu sama semua staf kan?” Rana mencoba menjawab sesuai dengan apa yang ia ketahui.
“Bukan sama staf, tapi sama yang lain. Misalnya pacar?” saat membicarakan seseorang sulit untuk tidak bertanya tentang masalah pribadinya, itulah yang dilakukan Davidya saat ini.
Tapi sayangnya dia tidak bisa mendapatkan jawaban dari Rana “Mba Calya punya pacar?”.
Mereka berdua menatap ke arah Wikan untuk mencari jawaban. Wikan sendiri sedikit terkejut mendapati kedua rekannya tiba - tiba menatapnya.
Dia menatap ke arah lain sambil mencoba mengingat - ingat apakah ia pernah mendengar sesuatu tentang ini sebelumnya. Ia terdiam selama beberapa detik begitu jua kedua wanita itu.
Saat ia kembali menatap mereka, wanita - wanita itu bersiap mendengar sebuah cerita menarik.
“Nga tahu,” jawabnya singkat.
Kedua wanita itu menatapnya sambil mengangkat alis, heran, marah mungkin juga kesal. “Seriously!”
Tidak ada yang tahu tentang kehidupan pribadi Calya, tidak Wikan ataupun staf lain. Tidak ada yang pernah bisa melihat kehidupannya sejauh itu, yang mereka lihat hanyalah seorang wanita berumur 25 tahun yang bekerja sebagai Creative Director di Parama Ad salah satu perusahaan ternama.
Kehidupan yang sempurna, itu yang mereka katakan. Kehidupan yang sempurna, itu yang ia dengar. Namun selayaknya manusia yang berbeda - beda, pandangan tentang sesuatu juga pasti berbeda. Disana bilang baik, sementara disini bilang tidak. Disana bilang sempurna, sementara disini…
Sempurna
Itu namaku, Calya yang berarti sempurna dan Shalitta yang berarti gembira. Orang selalu memanggilku Calya dan melihatku sebagai Calya. Sedangkan aku, selalu melakukan segalanya sebagai Calya. Sempurna. Apakah itu aku? Kenapa itu aku? Sampai kapan itu tetap aku? Jika aku tidak pernah tahu arti itu dan jika aku tidak pernah mendengar mereka berkata begitu mungkin aku tidak akan berusaha terlalu keras.
*Sejak keluargaku tahu aku mendapat peringkat satu di kelas, mereka terus berharap aku bisa meraih lebih atau setidaknya tetap mempertahankannya. Itu menyenangkan saat mendapatkan pujian atas keberhasilanmu.
Kebahagiaan yang mereka rasakan saat aku memenuhi harapan mereka juga membuatku bahagia. Tapi saat satu kesalahan muncul, itu seperti kesalahan terburuk yang pernah ada. Entah hanya aku yang berpikir begitu, atau
mereka yang membuatku berpikir begitu*.
*Tanpa sadar aku tumbuh besar seperti ini, hidup dengan memenuhi ekspektasi orang. Aku membangun ekspektasi orang lain dan menghancurkan ekspektasiku secara bersamaan. Ekspektasi ku pada dunia.
Mungkin hanya sesuatu yang sempurna yang dilihat, mungkin hanya sesuatu yang sempurna yang dikenali dan mungkin hanya sesuatu yang sempurna yang diterima.
Tapi untuk menjadi sempurna memang dibutuhkan banyak tenaga, dan itu hanya bisa kulakukan pada satu hal di hidupku. Pekerjaanku, semua konsentrasi dan tenaga ku hanya cukup untuk itu. Tidak ada waktu dan tenaga yang tersisa untuk menjadi sempurna dalam hal lain*.
“Qeiza Oksana!”
Calya memanggil nama temannya setengah kesal. Bagaimana tidak! Di Satu - satunya hari libur yang dia miliki setiap minggu harus terusik karena temannya itu datang ke apartemen nya pagi - pagi sekali.
Tapi sudah beberapa menit berlalu sejak temannya itu datang tidak ada satu topik pun yang mereka bicarakan berdua. Temannya itu sedari tadi selalu sibuk dengan smartphone dan kacamata transparan nya yang aneh.
Pada intinya Calya saat ini sedang diabaikan oleh tamu nya di rumahnya sendiri. Sekarang kesabarannya sudah berada pada level -mau-apa-kau-sebenarnya-.
“Kenapa Cal?” Qeiza menjawab panggilan temannya dengan sangat santai.
“Ngapain sih dari tadi?” Calya menunggu penjelasan dari temannya itu, berdiri sambil berkacak pinggang.
“Haven’t i told you?” jawabnya sembari
menunjukkan layar ponsel nya, ada logo LOVATY disana.
“Tell me what? and what’s that mean?” jawaban dan ponsel itu tidak berhasil membuat Calya mengerti.
“Ampun Cal, i told you last night. look?” dia menunjukan layar ponselnya yang kali ini memperlihatkan pesan - pesan yang dikirim tadi malam.
Ada tiga buah pesan di sana,
pertama –i-downloaded-LOVATY-<3-
kedua -i’m-going-to-try-it-tomorrow-in-your-house-,
dan ketiga –see-you-3-.
Ketiga pesan itu memang terkirim tadi malam, tapi sama sekali belum dibaca oleh si penerima.
Calya sekarang mengerti alasankeberadaan temannya itu disini namun tidak menghilangkan kesal yang di rasanya.
“Do whatever you want!” ucapnya sambil melangkah pergi.
Calya kini kembali ke pekerjaannya di hari minggu, membersihkan rumah. Sedari tadi ia sibuk menyapu, mengepel, mencuci pakaian dan tugas lainnya. Sesekali ia melihat ke arah temannya itu, dan itu membuatnya kesal.
Baginya temannya itu terlihat sangat aneh sekarang, tertawa, tersenyum dan bicara tidak jelas sendirian. Tapi ia memilih untuk mengabaikannya, setidaknya untuk saat ini. Dia benar - benar fokus apa yang sedang ia lakukan, ia bahkan melindungi konsentrasinya dari berbagai gangguan dengan sepasang earphone di telinganya.
Waktu makan siang pun tiba dan dia telah selesai memasak menu makan siang sederhana. Saat dia berpikir bahwa temannya terlalu sibuk untuk lapar dia terkejut melihat temannya itu telah duduk di meja makan sambil tersenyum seperti anak umur lima tahun yang kelaparan.
Ia tertawa sebentar sambil membawa hidangan dan menyajikannya keatas meja. Disanalah mereka makan bersama, bukan suatu hal yang baru. Calya yang tinggal sendiri di sebuah apartemen memang sering dikunjungi Qeiza,
Itu bermula sejak mereka memulai internship mereka di Parama Ad hingga saat ini. Bagi Qeiza yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya tidak ada tempat senyaman rumah Calya. Karena disana dia bisa melakukan segalanya dengan bebas, termasuk saat ingin mencoba LOVATY seperti saat ini.
“Cal,” Qeiza memulai pembicaraan di sela - sela mereka yang sedang membereskan meja makan dan mencuci piring.
“Hmm,” Calya menjawab seadanya.
“What you gonna do after this?” Qeiza mulai penasaran, tapi belum tahu kemana arah pertanyaan ini sebenarnya.
“Just lying down, why?”Calya berpikir temannya itu akan mengajaknya kesuatu tempat.
“You better do that,” Qeiza mulai mengucapkan kalimat ambigu, membuat temannya kembali bertanya.
“Do what?” namun qeiza bertindak seolah – olah Calya sudah mengerti maksud perkataannya.
“You know,” padahal ia memang tidak.
“Know what?” akhirnya dia berkata terus terang “Ya LOVATY lah!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
savage me
😃
2023-11-13
0
pinnacullata pinna
aku mampir thor dan memberikan like dukung juga novelku cinta adalah sebuah perjalanan yang indah 🙏☺️
2020-12-17
1