Kini pria itu mulai merasa bingung “Salah paham?” Calya berhenti sejenak dari kegiatannya berberes, menatap pria itu.
“Ya, salah paham. Pertama aku tidak sedang buru – buru untuk kembali bekerja di kantor, ini sudah lewat jam kantor dan aku ingin segera pulang. Kedua, aku sudah pernah pergi kesini dan aku juga tahu tempat – tempat lain seperti ini. Ketiga, aku punya caraku sendiri untuk menghilangkan penat,” Calya berbicara panjang lebar, ada sedikit nada tidak suka disana.
“Jadi maksudmu aku salah menilaimu selama ini, begitu?” Ray mengerti arah pembicaraan wanita itu.
“Mungkin lebih baik berhenti bersikap seperti kau sangat mengenalku, itu maksudku,” Calya tidak segan untuk menyimpulkan makna perkataannya dengan lebih tegas.
“Baiklah kalau begitu,” Ray menuruti kemauan wanita itu. Calya selesai mengemasi barang – barangnya dan ingin beranjak dari kursi.
“Satu hal lagi,” Calya berhenti sejenak, pria itu melanjutkan kata – katanya “Seperti katamu, mungkin selama ini aku salah menilaimu. Tapi Calya yang selama ini kutahu adalah sosok yang perfectionist dan professional dalam bekerja, orang yang memimpin banyak proyek iklan dengan sukses. Aku harap aku tidak salah dengan itu."
Calya langsung pergi dari tempat itu tanpa mengucapkan apapun. Sementara Ray disana masih menatapnya, dia menghela napas. Tidak disangka pertemuan mereka akan diakhiri dengan suasana yang menegangkan.
***
Bunyi pintu terbuka, Calya muncul dari balik pintu. Masuk kerumahnya dengan raut muka yang letih, bahkah langkah tubuhnya mempertegas kesan itu. Dia langsung merebahkan tubuhnya disana.
Bukan kasur empuk didalam kamar, melainkan sofa terdekat yang bisa dia jangkau dari pintu masuk. Dia mencoba memejamkan matanya, berharap untuk tidur tapi tidak berhasil. Dia duduk secara tiba – tiba.
“Apa!”
‘Calya yang kutahu selama ini,’
“Tahu apa dia tentang aku!”
‘Sosok yang perfectionist dan professional dalam bekerja, orang yang memimpin banyak proyek iklan dengan sukses,’
“Aku bahkan tidak bisa menyangkal ucapannya!” dia mulai berteriak, frustrasi.
‘Aku harap aku tidak salah dengan itu,’
“Jadi apa maksudnya sebenarnya? Mengancamku?” dia terus berteriak, meluapkan semua rasa kesal yang dia rasakan.
Puncaknya air mata mulai mengalir di pipinya, ‘Ini tidak adil!’ itu yang dia rasakan saat ini. Kenapa kata – kata yang Ray ucapkan bisa membuatnya kesal seperti itu? Dia bisa saja mengabaikannya, kenapa penilaiannya jadi begitu penting?
Dia berkutat pada pertanyaan – pertanyaan yang dia sendiri tidak bisa menjawabnya. ‘Haahhh..’ untuk kesekian kalinya dia menghela napas dengan berat hari ini. Saat tak sengaja menyentuh smartphone miliknya dia teringat akan LOVATY. Tanpa pikir panjang dia langsung menggunakan ARGlasses dan membuka aplikasi tersebut.
“Kau menagis?” kata pertama yang diucapkan pria itu begitu ia terlihat.
“Tidak!” Calya menyangkalnya.
“Lalu air apa itu di pipimu?” katanya sambil menunjuk kearah pipi wanita itu.
“Ini,, ini.. keringat! Kau tidak tahu betapa panasnya hari ini? Ya, kau kan tidak bisa merasakannya!” Calya bicara terbata – bata karena panik memikirkan alasan.
“Hari ini suhunya 30 derajat celcius,” seperti tertangkap basah sedang berbohong, itu yang dirasakan Calya setelah mendengar kata – kata pria itu. Belum lagi raut wajah tanpa ekspresinya yang membuat kesal.
“Aku sangat sibuk hari ini sampai – sampai banyak berkeringat,” ucap wanita itu lagi. Tidak disangka – sangka kejujuran dari pria itu bisa terasa sangat menyebalkan, atau mungkin itu karena dia gagal untuk berbohong.
“Jadi kau baru pulang kerja?” Pria itu bertanya kembali, meninggalkan percakapan yang sebelumnya ia mulai.
“Iya,” jawab wanita itu singkat.
“Sepertinya ada sesuatu yang tidak berjalan lancar?” pria itu melanjutkan percakapannya dengan pertanyaan lainnya.
Calya terlihat menjadi semakin kesal, “Kenapa semua orang merasa tahu tentang ku!” yang berarti kenapa aku begitu mudah ditebak.
“Karena semuanya terlihat jelas diwajahmu,” jawab pria itu kemudian, “Terserah!” respon yang dingin berarti ia tidak ingin membahas itu lebih lanjut.
“Hanya ingin mengingatkan, jika ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu kau bisa cerita padaku. Tentu saja rahasiamu pasti aman,” kata – kata pria itu membuat Calya tertawa.
Kata – katanya terdengar penuh perhatian sementara dia terlihat kaku, sangat tidak selaras.
“Terimakasih. Sebenarnya.. hmm.. entahlah,” dia bingung harus mulai dari mana, bukan sifatnya untuk terbuka pada orang lain terutama tentang isi hatinya. Tapi pria itu terus menatapnya, seakan memaksa gadis itu untuk bercerita.
Tentu saja itu hanya perasaan Calya saja. Nyatanya pria itu tidak melakukan apapun, dia memang tak bisa.
“Haaahhh..” wanita itu menghela napas, menyingkirkan rasa gugup. Entahlah, apakah rasa gugup terhadap sosok tidak nyata itu perlu.
“Bukankah aku pernah bilang bahwa aku bekerja disebuah perusahaan periklanan kan? Sudah lebih dari dua tahun sejak aku bekerja di perusahaan itu, harus kukatakan tidak mudah untuk bekerja di perusahaan itu. Bahkan sejak aku masih menjadi karyawan magang, aku harus berurusan dengan pimpinan yang semena – mena. Pada akhirnya aku bisa bertahan hingga menduduki posisiku sekarang ini. Aku bertekad untuk menjadi berbeda dari pimpinanku sebelumnya. Aku benar – benar berusaha keras untuk itu. menjadi pimpinan yang bertanggung jawab dan kompeten.”
Calya mulai merasa lebih santai, dia berhenti sejenak untuk sekedar menyadarkan punggungnya.
“Setelah berusaha keras selama dua tahun, aku mendengar orang – orang mulai membicarakanku dibelakangku. Mereka bilang aku terlalu tegas, dingin, sombong, kaku dan sebagainya. Bahkan kerja lembur yang kulakukan agar semua proyek kami selesai tepat waktu dan berjalan lancar dibilang berlebihan. Awalnya aku tidak peduli, tapi lama–lama itu mempengaruhiku. Aku tidak bisa mencegah diriku untuk berpikir bahwa ada yang salah dengan diriku. Lucu sekali bahwa aku bahkan menganggap diriku sendiri orang aneh,” dia mengakhiri kalimatnya dengan sebuah seringai diwajahnya.
“Belakangan aku mulai berpikir untuk mengubah pandangan orang terhadapku. Tidak, sebenarnya aku hanya ingin menjalani hidup yang aku inginkan. Entahlah! Yang jelas aku mulai melakukan hal – hal yang tidak pernah kulakukan sebelumnya. Aku pikir tidak ada yang salah dengan itu, tapi orang – orang mulai membicarakanku lagi. Kali ini mereka berkata bahwa aku mulai bersikap aneh, mereka bahkan berpikir bahwa aku sedang dalam masalah. Aku bersikap aneh karena bekerja terlalu berlebihan dan lain – lain,” Calya mengernyitkan dahinya, mengekspresikan rasa kesal.
“Terakhir mereka malah berkata bahwa diriku yang dulu jauh lebih baik daripada aku yang sekarang. Padahal aku melakukan semua ini karena dia.. maksudku mereka bilang aku harus bersikap santai dan menikmati hidup, tapi saat aku melakukannya mereka malah ingin aku kembali menjadi diriku yang dulu. Bukankah itu menyebalkan!” Calya mengakhiri ucapannya, menunggu respon dari lawan bicaranya.
“Aku tidak tahu apa itu menyebalkan, dan semua yang kau ucapkan terlalu panjang bagiku,” Mendengar itu Calya langsung protes “Apa!” ucapnya sambil menghempaskan tangannya disofa.
“Lalu kenapa kau memintaku untuk bercerita?” wanita itu mulai emosi sekarang.
“Katanya mengungkapkan perasaan bisa membuatmu merasa lebih baik,” pria itu kembali menjawab.
Calya memalingkan wajahnya, masih merasa kesal. Dipikir – pikir lagi memang benar apa yang dikatakannya. Entah bagaimana dia merasa sedikit lega. Dia menatap kearah pria itu kembali, ‘Jadi seperti ini rasanya punya teman cerita,’ pikirnya. Pria ini benar – benar seperti apa yang dia butuhkan.
“Hei, apa kau punya nama?” Calya bertanya.
“Nama? Aku tidak tahu tentang itu,” jawab pria itu.
“Kalau begitu aku akan memberimu nama. Coba kupikir dulu nama apa yang cocok ya kira – kira,” Calya memperhatikan pria itu, memikirkan karakteristik apa dari pria itu yang bisa membantunya memilih sebuah nama.
“Aku tahu! Keanu!” tiba – tiba sebuah nama
terbesit dibenaknya.
“Keanu?” tanya pria itu.
“Hal yang paling menarik dari dirimu menurutku adalah nada suaramu yang lembut dan terkadang itu menenangkan, seperti angin. Keanu artinya hembusan yang lembut dari atas gunung. Cocok denganmu!” wanita itu mengakhiri penjelasannya sambil tersenyum.
“Baiklah,” ucap pria itu, dia mungkin tidak akan pernah mengerti tentang sebuah nama dan artinya itu.
Tapi yang harus dimengerti adalah saat seseorang memberikan nama panggilan pada sesuatu entah itu sebuah benda, hewan peliharaan atau bahkan manusia, artinya dia telah membangun ikatan dengannya.
Calya memberikan ARFriendnya sebuah nama, setelah merasa nyaman dan dekat. Kini Calya telah membangun ikatan dengannya, apakah itu sesuatu yang baik atau malah awal yang buruk? Tidak ada yang tahu, bahkan wanita itu tidak pernah memikirkan tentang hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments